WKUTM – Debat Calon Wakil Presiden Mahasiswa (Cawapresma) periode tahun 2025 Universitas Trunojoyo Madura (UTM), telah digelar di Gedung Pertemuan RP. Mohammad Noer dengan sub tema beasiswa serta kampus inklusif dan harmonisasi, Selasa (24/12).
Pukul 21.00 WIB debat antara Cawapresma dibuka dengan pengundian sub tema yang berujung pada terpilihnya beasiswa sebagai bahasan pertama, dengan Cawapres nomor urut 02 sebagai penjawab.
Veby Hidayatur Rohmad, Cawapres nomor urut 02, memaparkan bahwa permasalahan utama perihal beasiswa di UTM adalah penerima beasiswa yang tidak tepat sasaran. Ia menyebut, kerap kali beasiswa justru diterima oleh mahasiswa yang tidak benar-benar membutuhkan.
Baca juga: Debat Terbuka Capresma Bahas Aksesibilitas Kampus serta Transparansi dan Akuntabilitas Ormawa
”Langkah pertama adalah keterbukaan kebijakan yang berbasis data, yaitu keterbukaan antara mahasiswa dan pihak rektorat. Dengan begitu, program beasiswa bisa lebih efektif. Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui survei, wawancara, dan forum diskusi,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum (FH) tersebut.
Menanggapi pernyataan Veby, Rizka Lailatul Qadaria, Cawapres nomor urut 01 mengatakan bahwa sejatinya, survei maupun wawancara telah dilaksanakan oleh pihak UTM. Namun, yang menjadi permasalahan, meski telah dilaksanakan, masih belum menyelesaikan permasalahan beasiswa tidak tepat sasaran.
"Maka apa yang perlu dilakukan agar beasiswa itu tepat sasaran?," tanya Rizka kepada Veby.
Veby menanggapi pertanyaan tersebut dengan menuding Rizka menggunakan argumen ad hominem. Ia menekankan bahwa meskipun UTM telah melakukan survei dan wawancara untuk program beasiswa, dalam praktiknya masih terdapat kejanggalan. Veby memberikan contoh kejadian penjegalan dengan motif politik identitas kedaerahan dalam wawancara beasiswa Generasi Baru Indonesia (GenBi), yang menurutnya dapat diatasi melalui program yang ia tawarkan yaitu Trunojoyo Protect.
”Oleh sebab itu, kami masih menekankan, bisa dikembangkan hal-hal seperti itu agar apa? Agar ke depannya kita mahasiswa sebagai check and balance kebijakan di rektorium, lokal, maupun daerah,” ucapnya.
Rizka, mengungkapkan bahwa pemaparan Veby masih belum cukup. Ia menyebutkan bahwa program Pasangan Calon (paslon) nomor urut 02 bukanlah suatu gebrakan, melainkan program Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai periode terakhir yang hanya diubah namanya.
”Menurut saya Trunojoyo Protect hanya perbaikan nama, tidak ada inovasi di dalamnya,” ungkapnya.
Veby menjelaskan bahwa program Trunojoyo Protect juga akan dibuat berbentuk aplikasi. Menurutnya perlu adanya solusi atas masalah yang terjadi di UTM, hal itu dapat dilakukan dengan mengedepankan Check and balance.
”Maka perlu digaris bawahi, kita perlu menciptakan solusi,” pungkasnya.
Kampus Inklusif dan Harmonisasi
Pembahasan sub tema kedua dibuka dengan penjawab dari Cawapres nomor urut 01.
Rizka mengungkapkan bahwa jika pihaknya, Paslon nomor urut 01 terpilih, akan mengedepankan akses terbukanya bagi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam membentuk UTM yang lebih baik.
”Kami tidak akan menutup akses kepada mahasiswa,” ungkapnya.
Veby menanggapi bahwa perlu adanya harmonisasi, program yang berbasis kebutuhan mahasiswa, peningkatan partisipasi mahasiswa di masyarakat, serta membangun ekosistem yang dapat mendorong kreativitas dan inovasi.
Rizka, menjanjikan bahwa pihaknya akan mengawal isu mengenai sarana dan prasarana di UTM agar ramah disabilitas. Ia menilai masih banyak sarana dan prasarana yang sulit diakses oleh penyandang disabilitas.
”Mereka memiliki hak karena mereka adalah bagian dari kita, bagian dari civitas academica UTM,” tuturnya.
Veby menyoroti bahwa juga terdapat permasalahan terkait gender, terutama kerentanan perempuan.
”Kesetaraan gender dan isu-isu terkait masih sangat relevan hingga saat ini,” ucapnya.
Rizka menjawab bahwa inklusif yang ia maksud tidak hanya perihal disabilitas, tapi segala pihak tanpa pandang bulu.
”Sudah saya jelaskan kampus inklusif memberikan akses dan kesempatan yang sama tanpa melihat perbedaan, baik itu latar belakang, orientasi seksual dan gender,” pungkasnya. (frd/wn)