![]() |
Banjir di UTM. Foto : Uya |
WKUTM – Sistem drainase buruk dan kondisi tanah yang sulit menyerap air menjadi penyebab banjir di beberapa titik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), di antaranya sekitar perpustakaan lama hingga laboratorium dasar dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya ( FISIB).
Amrin
Rozali, selaku staf Unit Layanan Pengadaan (ULP),mengungkapkan bahwa salah satu
penyebab banjir di UTM karena kondisi
tanah yang sukar menyerap air karena tergolong tanah liat berpasir. Selain itu,
area perpustakaan lama dan FISIB merupakan daerah yang permukaannya lebih
rendah.
”Jenis tanah UTM yang grumusol, lempung
berpasir bersifat mudah jenuh terhadap air, jika kemarau sering
retak sedangkan kalau hujan tidak bisa
menyerap air. Selain itu bangunan perpus
lama dan FISIB daerahnya rendah, ” ungkapnya (09/03).
Untuk
menyiasati keadaan tersebut, Amrin menjelaskan jika pihak kampus sudah
melakukan upaya penanggulangan banjir dengan menggunakan teknik Run Off , karena
dianggap paling efektif. Dimana air sudah
otomatis mengalir langsung di atas tanah
menuju tempat yang lebih rendah dan
sebagiannya akan meresap kedalam tanah.
”Proses
infiltrasi lama karena tanahnya mudah jenuh, tapi teknik run off langsung mengalirkan air, jadi dapat
mengurangi banjir. Tapi kalau run off menyebabkan banjir di area luar
kampus, di abel misalnya karena di sana titik pertemuan air, ” sambungnya.
Amrin
juga menambahkan jika sistem run off di
UTM juga memanfaatkan danau yang ada di sebelah barat FISIB sebagai tempat
penampungan air. Ia mengungkapkan jika danau tersebut terbentuk secara alami,
kemudian pihak kampus melakukan pengoptimalan seperti menggali lebih dalam dan
memperluas. Hal itu dilakukan agar dapat dimanfaatkan sebagi penampungan air
dan ketika musim kemarau dapat dimanfaatkan
untuk menyiram tanaman. Selain run off, pihak kampus juga
menggunakan teknik infiltrasi
(penyerapan) dengan memanfaatkan media pasir yang ada di bawah paving karena
sifat pasir yang mudah menyerap air.
”Teknik
infiltrasi juga digunakan, tetapi hal
ini sering berdampak pada amblesnya
paving karena pasir yang semakin terkikis oleh air hujan. Namun itu tidak
masalah, itu mudah tinggal dibuka terus isi pasir lagi,” imbuhnya.
Adanya
banjir tersebut mendapat keluhan dari berbagai pihak. Lilik Halimatus Sakdiyah,
selaku Kepala Bagian Tata Usaha FISIB mengeluhkan jika kondisi banjir berdampak
kepada keresahan dosen dan mahasiswa. Meski demikian, dirinya menilai bahwa banjir
tersebut dampaknya lebih dirasakan mahasiswa. Pasalnya, dosen masih dapat
berkendara mobil sehingga terhindar dari banjir, sedangkan mahasiswa
menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki.
”Dampak
dari banjir itu selain tidak sehat juga tidak nyaman, mahasiswa jadi malas
untuk kuliah karena banjir,” ungkap Lilik saat ditemui di ruangan.
Siti
Lusiawati,Mahasiswa Program Studi Sosiologi ini mengeluhkan bahwa banjir
menyebabkan dirinya sulit menuju kampus karena akses jalan terendam air. ”Sulit
kemana-mana karena saya jalan kaki, semua akses jalan banjir dan bikin macet, ”
keluh mahasiswa asal Jombang tersebut.
Danil
Junaedi, mahasiswa asal Tangerang juga mengeluhkan
dan merasa terganggu akibat banjir. Banyak pengendara yang melambatkan lajunya sehingga
akses menuju FISIB menjadi lebih lama,
belum lagi pejalan kaki yang terkena imbasnya karena takut sepatu basah dan
terkena cipratan air dari pengendara motor.
”Banjir
yang terjadi di sekitar Telang menurut
saya cukup mengganggu, akses menuju kampus menjadi agak tersendat karena para
pengendara motor melambatkan lajunya. Para pejalan kaki sering kena imbas,
misalnya sulit berjalan karena takut sepatu basah ataupun terkena siraman dari
para pengendara,” paparnya.
Danil
berharap semoga pihak kampus dan Pemerintah Daerah dapat bekerja sama guna menyelesaikan permasalahan
banjir tersebut. ”Harapan saya semoga masalah ini cepat terselesaikan, adanya
tanggung jawab kampus dan Pemda setempat untuk saling berkoordinasi demi
kenyamanan seluruh civitas UTM i dan sekitar,” pungkasnya. (kur/mat/uy/wuk)