Resensi Aroma Karsa

Resensi Aroma Karsa

LPM Spirit - Mahasiswa
Minggu, 03 Maret 2019

Judul Novel    : Aroma Karsa
Penulis            : Dee Lestari
Penerbit          : Bentang Pustaka
Isi                    : 696 halaman
Tahun terbit  : 2018 Cetakan ke- 1

Aroma Karsa,
Bukanlah sekadar cerita fiktif. Inilah novel yang mampu menembus batas pemahaman antara fiksi dan fakta.

Dee Lestari tidak main-main dalam pembuatan novel ini karena ini melibatkan riset yang tak sebentar. Ibarat membuat ramuan, ia mencari kemudian mengumpulkan bahan-bahan terbaik untuk menghasilkan hasil yang luar biasa.

Lontar Kuno Legenda Mahesa Guning

Alkisah disebuah gunung suci desa Alas Kalingga, disanalah tempat para dewi-dewi bunga menyebarkan serbuk-serbuk mereka, salah satunya bernama Puspa Karsa. Ia mempunyai daya pikat yang luar biasa dengan wangi kembangnya yang mampu membuat siapapun tergila-gila membuat oranglain bertekuk lutut pada kehendaknya. Inilah yang menimbulkan keirian dari dewi-dewi lain, sehingga mereka berupaya untuk menyamarkan baunya kemudian mengurungnya di dalam perut hutan.

Mahesa Guning, seseorang dengan kesaktiannya yang mampu mengendus bau wangi Puspa Karsa yang berhasil membuat dewi tersebut jatuh cinta. Demi dicintai, Puspa Karsa mengubah dirinya menjadi sesosok perempuan berparas cantik. Ia pun keluar dari Alas Kalingga yang kemudian dipersunting oleh Mahesa Guning. Keduanya hidup bahagia. Berkat bantuan Puspa Karsa, Mahesa Guning menjadi orang nomor satu di Kerajaan Majapahit.  Sayangnya, Mahesa Guning terlalu serakah ketika memanfaatkan kekuatan Puspa Karsa. Dewi tersebut pun menjadi menyesali keberadaannya hidup ditengah-tengah manusia.

Puspa Karsa kemudian meminta kepada penguasa Alas Kalingga untuk kembali ke hutan. Hal tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat Puspa Karsa harus mengorbankan wujud manusianya. Sebelum mengakhiri hidupnya, Puspa Karsa berikrar, bila nanti ia kembali dalam wujud bunga, maka ia akan mengeluarkan aroma kepada manusia yang berhati bersih dengan kepadanya segala kuasa di dunia akan dilimpahkan.

***

Inilah sebuah lontar kuno yang membuat Raras Prayagung terobsesi pada bunga memikat yang mampu meredam bau dan mengendalikan kendali tubuh semua makluk yakni Puspa Karsa. Ia mengira bunga tersebut hanyalah dongeng yang Raras kecil dengar setiap malam diujung kantuk dari Janirah Prayagung, Neneknya. Ternyata memang Puspa Karsa bukanlah bunga biasa.  Puspa karsa adalah penjelmaan para dewi-dewi.

Dee Lestari berhasil membuat penokohan dalam Aroma Karsa begitu kuat dengan penceritaan yang mendetail seraya memberikan klise masa lalu.  Meskipun alurnya bolak-balik, Dee berhasil  membuat pembaca menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.  Penggambaran aroma inilah yang menampakan kesiapannya membuat novel ini terkesan tidak ecek-ecek. Ia menuliskan sejumlah formula parfum begitu mendetail dengan beragam jenis anggrek dari cerita yang dibuatnya.

Penulispun tidak sekadar membuat novel  yang enak dibaca saja. Namun ia memberikan pembelajaran kepada pembaca tentang sejarah, cinta, keluarga, moral, dan konflik sosial yang ada dalam sekitar kita.  Sebelum ia membuat novel ini, ia tak segan untuk berkotor-kotor naik ke gunung sampah di TPA Bantar Gerbang, naik ke puncak Gunung Lawu, mengekplorasi Candi Sungkuh, sampai belajar meracik parfum. Saya berfikir bahwa penulis bisa menceritakan kisah fiktif ini menjadi sangat riil dan bisa diceritakan dengan penuturan yang asik  menembus batas antara fiksi dan fakta.  

***

Ialah Jati Wesi, si hidung tikus. Julukan yang didapat atas pengakuan ketajaman penciumannya yang melebihi manusia biasa. Tumbuh besar di TPS Bantar Gebang Bekasi, tumbuh menjadi seorang yang misterius dan baik hati. Ia seorang pemulung, tukang kebun, peracik parfum, dan yatim piatu. Takdir mempertemukan Jati dengan Suma dan Raras Prayagung, seorang pengusaha kaya bergelimang harta pemilik pabrik kosmetik dan parfum Kemara.
Suma dan Jati merupakan dua orang yang sama-sama memiliki kemampuan dalam penciuman yang ditakdirkan Tuhan untuk bertemu. Aroma adalah kunci bagi keduanya untuk saling mengerti.

Penciuman tajam Jati adalah alasan Jati ada di rumah perempuan terkaya di Indonesia, Raras Prayagung. Hal ini terjadi tidak lain karena bunga Puspa Karsa. Ekpedisi Gunung Lawu adalah pembuktian sejarah ketika Raras Prayagung membentuk tim ekspedisi untuk mencari keberadaan wujud bunga semerbak tersebut. Ini adalah ekpedisi kedua setelah kegagalan ekspedisi pertama 26 tahun lalu yang berakhir dengan kecacatan Raras dan tewasnya sebagian tim ekspedisinya.  Bagi Jati, ekspedisi ini mengungkap asal serta diri yang sebenarnya.

"Serangan dedemit, mereka cepat dan tidak terlihat,” ucap Hanif, tentara anggota tim ekspedisi Raras, yang pertama berhasil selamat.

Puspa Karsa memang bukan bunga biasa, maka itu mencarinya bukanlah hal yang mudah dan harus memasuki alam yang berbeda. Alam yang bukan disinggahi manusia. Alam para dewa.

Kita ketahui sendiri bahwa Gunung Lawu adalah salah satu gunung yang ada di Jawa yang konon menyimpan hal magis didalamnya. Semua orang tidak diberi anugerah untuk melihat bahkan mencium wanginya. Untuk itu, pembaca harus mau menembus batas pikir dan logika manusia yang tidak masuk akal.

Inilah, karya Dee Lestari, Aroma Karsa, yang mampu menembus batas fiksi dan fakta.


Diresensi oleh : Bingar Bimantara
Fakultas Hukum