Judul Novel : Aroma Karsa
Penulis :
Dee Lestari
Penerbit :
Bentang Pustaka
Isi :
696 halaman
Tahun terbit :
2018 Cetakan ke- 1
Aroma Karsa,
Bukanlah sekadar cerita fiktif. Inilah novel yang
mampu menembus batas pemahaman antara fiksi dan fakta.
Dee Lestari tidak main-main dalam
pembuatan novel ini karena ini melibatkan riset yang tak sebentar. Ibarat
membuat ramuan, ia mencari kemudian mengumpulkan bahan-bahan terbaik untuk menghasilkan
hasil yang luar biasa.
Lontar
Kuno Legenda Mahesa Guning
Alkisah disebuah gunung suci desa Alas Kalingga, disanalah
tempat para dewi-dewi bunga menyebarkan serbuk-serbuk mereka, salah satunya
bernama Puspa Karsa. Ia mempunyai daya pikat yang luar biasa dengan wangi
kembangnya yang mampu membuat siapapun tergila-gila membuat oranglain bertekuk
lutut pada kehendaknya. Inilah yang menimbulkan keirian dari dewi-dewi lain,
sehingga mereka berupaya untuk menyamarkan baunya kemudian mengurungnya di dalam
perut hutan.
Mahesa Guning, seseorang dengan kesaktiannya yang mampu
mengendus bau wangi Puspa Karsa yang berhasil membuat dewi tersebut jatuh
cinta. Demi dicintai, Puspa Karsa mengubah dirinya menjadi sesosok perempuan
berparas cantik. Ia pun keluar dari Alas Kalingga yang kemudian dipersunting
oleh Mahesa Guning. Keduanya hidup bahagia. Berkat bantuan Puspa Karsa, Mahesa
Guning menjadi orang nomor satu di Kerajaan Majapahit. Sayangnya, Mahesa Guning terlalu serakah
ketika memanfaatkan kekuatan Puspa Karsa. Dewi tersebut pun menjadi menyesali keberadaannya
hidup ditengah-tengah manusia.
Puspa Karsa kemudian meminta kepada penguasa Alas
Kalingga untuk kembali ke hutan. Hal tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat
Puspa Karsa harus mengorbankan wujud manusianya. Sebelum mengakhiri hidupnya, Puspa
Karsa berikrar, bila nanti ia kembali dalam wujud bunga, maka ia akan
mengeluarkan aroma kepada manusia yang berhati bersih dengan kepadanya segala
kuasa di dunia akan dilimpahkan.
***
Inilah sebuah lontar kuno yang membuat Raras Prayagung
terobsesi pada bunga memikat yang mampu meredam bau dan mengendalikan kendali
tubuh semua makluk yakni Puspa Karsa. Ia mengira bunga tersebut hanyalah
dongeng yang Raras kecil dengar setiap malam diujung kantuk dari Janirah
Prayagung, Neneknya. Ternyata memang Puspa Karsa bukanlah bunga biasa. Puspa karsa adalah penjelmaan para dewi-dewi.
Dee
Lestari berhasil membuat penokohan dalam Aroma Karsa begitu kuat dengan
penceritaan yang mendetail seraya memberikan klise masa lalu. Meskipun alurnya bolak-balik, Dee berhasil membuat pembaca menebak-nebak apa yang
sebenarnya terjadi. Penggambaran aroma
inilah yang menampakan kesiapannya membuat novel ini terkesan tidak ecek-ecek. Ia menuliskan sejumlah
formula parfum begitu mendetail dengan beragam jenis anggrek dari cerita yang
dibuatnya.
Penulispun
tidak sekadar membuat novel yang enak dibaca saja.
Namun ia memberikan pembelajaran kepada pembaca tentang sejarah, cinta, keluarga, moral, dan konflik sosial yang
ada dalam sekitar kita. Sebelum ia membuat novel ini, ia tak segan
untuk berkotor-kotor naik ke gunung sampah di TPA Bantar Gerbang, naik ke
puncak Gunung Lawu, mengekplorasi Candi Sungkuh, sampai belajar meracik parfum.
Saya berfikir bahwa penulis bisa menceritakan kisah fiktif ini menjadi sangat
riil dan bisa diceritakan dengan penuturan yang asik menembus batas antara fiksi dan fakta.
***
Ialah Jati Wesi, si hidung tikus. Julukan
yang didapat atas pengakuan ketajaman penciumannya yang melebihi manusia biasa.
Tumbuh besar di TPS Bantar Gebang Bekasi, tumbuh menjadi seorang yang misterius
dan baik hati. Ia seorang pemulung, tukang kebun, peracik parfum, dan yatim
piatu. Takdir mempertemukan Jati dengan Suma dan
Raras Prayagung, seorang pengusaha kaya bergelimang harta pemilik pabrik
kosmetik dan parfum Kemara.
Suma
dan Jati merupakan dua orang yang sama-sama memiliki kemampuan
dalam penciuman yang ditakdirkan Tuhan untuk bertemu. Aroma adalah kunci bagi keduanya untuk saling
mengerti.
Penciuman tajam Jati adalah alasan Jati
ada di rumah perempuan terkaya di Indonesia, Raras Prayagung. Hal ini terjadi
tidak lain karena bunga Puspa Karsa. Ekpedisi Gunung Lawu adalah pembuktian
sejarah ketika Raras Prayagung membentuk tim ekspedisi untuk mencari keberadaan
wujud bunga semerbak tersebut. Ini adalah ekpedisi kedua setelah kegagalan
ekspedisi pertama 26 tahun lalu yang berakhir dengan kecacatan Raras dan
tewasnya sebagian tim ekspedisinya. Bagi
Jati, ekspedisi ini mengungkap asal serta diri yang sebenarnya.
"Serangan dedemit, mereka cepat dan tidak
terlihat,” ucap Hanif, tentara anggota tim
ekspedisi Raras, yang pertama berhasil selamat.
Puspa
Karsa memang bukan bunga biasa, maka itu mencarinya bukanlah hal yang mudah dan
harus memasuki alam yang berbeda. Alam yang bukan disinggahi manusia. Alam para
dewa.
Kita
ketahui sendiri bahwa Gunung Lawu adalah salah satu gunung yang ada di Jawa
yang konon menyimpan hal magis didalamnya. Semua orang tidak diberi anugerah
untuk melihat bahkan mencium wanginya. Untuk itu, pembaca harus mau menembus
batas pikir dan logika manusia yang tidak masuk akal.
Inilah, karya Dee Lestari, Aroma Karsa, yang mampu menembus batas fiksi dan
fakta.
Diresensi oleh : Bingar Bimantara
Fakultas
Hukum