WKUTM - Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP-RI) pada tahun 2021 telah memberikan hibah sebuah gedung penelitian garam Learning Bussiness Center (LBC) kepada Universitas Trunojoyo Madura (UTM) untuk berkolaborasi terkait pengembangan garam yang ada di Pulau Madura. Hibah tersebut diterima UTM pada 2021 lalu untuk pembangunan gedung LBC Garam sebesar Rp3.751.976.920 dengan target pengerjaan sampai 2022. Namun, hingga berita ini diunggah, fasilitas pendukung berupa akses jalan, parkir, dan pompa air masih belum rampung. Akibatnya pelaksanaan asesmen dan sertifikasi pelatihan pergaraman masih belum bisa terlaksana.
Agus Romadhon, selaku tim teknis pembangunan LBC Garam membeberkan beberapa alasan UTM mendapatkan hibah LBC. Pertama, UTM memiliki pakar garam yang pernah bekerja sebagai staf ahli menteri kelautan dan perikanan dalam bidang garam. Kedua, UTM merupakan satu-satunya kampus di Indonesia yang memiliki fokus dalam bidang garam. Ketiga, UTM dan KPP-RI sudah lama menjalin kerja sama terkait riset dan pengembangan garam.
”Berdasarkan alasan tersebut, bahwa UTM memenuhi kualifikasi sebagai center of excellent garam di Indonesia,” imbuhnya (30/05).
Hal ini sejalan dengan visi rektor Safi’ mengenai pengembangan pendidikan berbasis komoditas lokal melalui Research Group Sains dan Teknologi (Saintek) pergaraman. UTM berupaya mengatasi permasalahan rendahnya kuantitas dan kualitas garam rakyat melalui riset dan inovasi pergaraman. Hal tersebut dijelaskan pula oleh Agus bahwa adanya hibah LBC Garam dapat menumbuhkan inovasi baru mengenai perkembangan garam, sehingga para petambak garam dan pelaku usaha pergaraman khususnya di Madura bisa mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai pergaraman yang lebih baik.
Namun, terhitung tiga bulan setelah serah terima gedung LBC Garam kepada Mohammad Fuad Fauzul Mu'tamar selaku pihak Dekan Fakultas Pertanian, gedung tersebut masih belum digunakan sesuai dengan fungsi seperti asesmen dan pelatihan sertifikasi. Hal ini lantaran terdapat beberapa persyaratan yang belum dipenuhi UTM untuk memfungsikan gedung LBC. Akibatnya saat terdapat pihak swasta garam yang sempat mengunjungi LBC Garam untuk melakukan sertifikasi garam, Agus membeberkan pihak UTM memilih menunda asesmen karena kendala tersebut.
”Kita kemarin menerima tamu dari pihak swasta garam, cuma karena gedung LBC ini belum memenuhi syarat untuk difungsikan, jadi kita tunda kalau ditanya pelaksanaannya kapan tapi ya segera,” bebernya.
Adapun mengacu pada laporan pembangunan gedung LBC Garam, pemanfaatan lahan seluas 1.250 m² diperuntukkan sebagai ruang kelas pendidikan dan pelatihan, ruang assessmen sertifikasi profesi, ruang laboratorium serta ruang inkubator bisnis dan gerai. Agus menuturkan gedung tersebut juga beberapa kali digunakan untuk kunjungan tamu penunjang bidang pergaraman. Kunjungan tersebut di antaranya dilakukan oleh peneliti Filipina dan KKP-RI terkait diseminasi pergaraman yang dimiliki oleh UTM, serta kunjungan pihak garam swasta untuk melakukan sertifikasi.
”Tempo hari sudah ada tiga kali penggunaan yang ada kaitanya dengan fungsi LBC,” tuturnya.
Sementara itu, terkait pembiayaan sertifikasi garam, Agus Romadhon menjelaskan UTM mengacu pada Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), namun untuk saat ini belum ada peraturan resmi dari rektor mengenai pembiayaan dalam proses penggunaan LBC Garam maupun sertifikasi asesmen pergaraman.
”Kita mengacu pada BNSP meliputi akomodasi peserta selama di sini. Terkait penggunaan gedung LBC per-malam sekian, itu belum ada. kami menunggu dari rektor atau pihak yang berwenang,” jelasnya.
Mohammad Fuad Fauzul Mu'tamar selaku Dekan Fakultas Pertanian yang diberikan wewenang terkait pengelolaan LBC Garam mengungkapkan, bahwa ia masih belum mengetahui pelaksanaan untuk sertifikasi pergaraman. Namun pihaknya sudah memiliki client yang akan melakukan uji kompetensi pergaraman.
“Kalau detail bulannya belum tahu, terkait sasaran sertifikasi kompetensi tersebut berasal dari masyarakat dan KKP-RI,” ungkapnya (29/05).
Pihaknya menuturkan, bahwa mahasiswa Ilmu Kelautan (IKL) nantinya akan memiliki peran di dalam LBC Garam karena salah satu fokus IKL adalah pergaraman. Mahasiswa IKL nantinya akan berperan sebagai asesi dengan diberikan pelatihan pergaraman yang akan diberikan sertifikat.
“Kita akan mengajak mahasiswa IKL berperan aktif sebagai asesi dalam sertifikasi pergaraman,” pungkasnya.
Ihwal penggunaan LBC Garam, Makhfud Efendy selaku direktur saintek pergaraman UTM menuturkan, untuk saat ini tidak ada asesmen dan masih digunakan secara fleksibel. Hal tersebut dikarenakan belum ada aturan yang pasti dari pihak UTM. Selain itu LBC sebagai pusat uji kualitas garam, nantinya juga digunakan untuk kegiatan diklat pendidikan dan pelatihan sertifikasi profesi pergaraman.
“LBC itu kegiatannnya bukan hanya untuk pusat uji kualitas garam namun juga termasuk untuk diklat pelatihan dan pelatihan pergaraman bagi petambak dan pengelola garam,” ungkapnya di rungan LBC Garam (31/05).
Menanggapi Statemen Dekan Pertanian, Muhammad Muslim Iqrom Aljalil selaku mahasiswa Program Studi (prodi) IKL angkatan 2020 mengungkapkan bahwa dirinya belum melakukan perkuliahan di gedung LBC Garam. Kecuali terdapat perkuliahan bersama dosen yang ahli dalam pergaraman. Selain itu, Iqrom menuturkan biasanya gedung tersebut digunakan untuk kegiatan tertentu saja.
”Jadi hanya dosen-dosen tertentu yang menggunakan gedung LBC Garam untuk perkuliahan dan teman-teman IKL biasanya melakukan presentasi seminar hasil atau seminar proposal di sana,” ungkap mahasiswa IKL tersebut (30/05).
Menurut Iqrom penggunaan gedung LBC Garam mungkin dapat difungsikan untuk praktikum, karena dengan adanya LBC Garam tersebut bisa menunjang keberlanjutan dari praktikum pergaraman yang saat ini masih menggunakan lab garam.
Adapun Gibran Firmando selaku mahasiswa Prodi IKL angkatan 2021 berkomentar gedung LBC Garam akan digunakan untuk pertemuan tamu penting dalam meninjau bidang pergaraman.
”Kalo saya pribadi awalnya mengira gedung tersebut akan dipakai untuk pertemuan tamu-tamu penting,” ungkapnya via WhatApps (30/05).
Ihwal harapan untuk gedung LBC garam, Agus Romadhon menuturkan LBC Garam diharapkan bisa lebih dioptimalkan pemanfaatannya seperti menjadi tempat talent-talent bisnis maupun usaha pergaraman. Dengan adanya LBC Garam di UTM juga mampu menjadi reformation center terkait garam di Madura.
”Lebih dioptimalkan pemanfaatannya, sehingga keberadaan LBC Garam ini bisa lebih memperjelas hadirnya UTM di Madura, salah satunya untuk potensi lokal yang nasional dalam menggali potensi lokal di Madura,” pungkasnya. (KHA/LRS/ZUL)