WKUTM — Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar doa bersama untuk Indonesia dan almarhumah Tiara Angela Saraswati sekaligus mimbar bebas di Taman Kampus UTM, Selasa (9/9) malam.
Kegiatan yang dimulai pada pukul 20.30 WIB tersebut turut dihadiri oleh Surokim selaku Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja sama, Samsuki selaku Pembina BEM-KM, sejumlah Ketua Organisasi Mahasiswa (Ormawa), serta civitas academica UTM lainnya.
Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars UTM, dan Mars Mahasiswa. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Pelaksana, Presiden Mahasiswa UTM dan Warek III.
Dalam pidatonya, Surokim menegaskan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk merespons kondisi Indonesia yang tengah berada di masa kegelapan. Mulai dari gelombang demonstrasi di berbagai kota yang menelan korban jiwa, hingga terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Suasana duka juga kian terasa dengan kabar meninggalnya Tiara Angela Saraswati, alumni UTM yang menjadi korban mutilasi.
”Bahwa kegelapan itu bukan sesuatu yang harus terus menerus untuk diratapi. Setiap kita akan memasuki lorong kegelapan dan lorong kesunyian itu akan menghadapi energi yang jauh lebih indah kalau kita berhasil melewati,” ujarnya di depan para partisipan yang hadir.
Senada dengan Surokim, Moh. Fauzy, selaku Presma UTM menjelaskan bahwa kegiatan doa bersama dan mimbar ini menjadi wujud kepedulian mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan di Indonesia saat ini.
”Melihat Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja, Indonesia masih belum merdeka secara seutuhnya. Soekarno juga pernah mengatakan ‘penjuanganku mudah karena melawan penjajah, tapi perjuangan kalian akan susah karena melawan bangsa sendiri’. Semoga tidak ada pelanggaran HAM, dan kalau ada pelanggaran HAM bisa diatasi,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu partisipan, Nadia Farhani, mahasiswa Program Studi (Prodi) Hukum Bisnis Syariah (HBS), mengaku mengetahui informasi acara tersebut dari media sosial dan grup WhatsApp. Ia hadir sebagai bentuk kepedulian dan bela sungkawa terhadap korban, sekaligus menolak segala bentuk pelanggaran HAM.
”Saya berharap ke depannya Indonesia lebih baik lagi, dan terus untuk korban agar ditempatkan di sisi-Nya yang terbaik,” tuturnya. (nra/sha)

Komentar