Keluhan dan Masukan Berbagai Pihak Atas Pelaksanaan PKKMB

Keluhan dan Masukan Berbagai Pihak Atas Pelaksanaan PKKMB

LPM Spirit - Mahasiswa
Kamis, 17 September 2020
WKUTM - Pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) resmi ditutup. Pada hari terakhir, digelar agenda pengenalan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) melalui video profil yang diunggah pada Youtube (17/09). Selama pelaksanaan beberapa pihak mengeluhkan beberapa persolan.

Sekalipun terdapat keluhan, PKKMB yang sudah dilakukan selama 4 hari ini, Agung Ali Fahmi, selaku Wakil Rektor 3 mengaku jika pihaknya tidak menerima keluhan dari panitia. Pihaknya juga mengungkapkan jika panitia masih semangat dalam menjalankan tugas. 

"Saya tidak menerima keluh kesah dari panitia, semuanya semangat." ujar pria asal Malang tersebut. 

Senada dengan Agung, Slamet Hendra Riyadi, selaku ketua pelaksana (Ketupel) PKKMB Sakera 2020 menyatakan jika acara PKKMB ini tidak ada kendala dan tidak ada yang perlu dievaluasi dari PKKMB daring ini. Menurutnya, semua kesalahan yang terjadi di luar kendali panitia.

"Tidak ada kendala dan tidak ada evaluasi, karena semua kesalahan terjadi di luar kendali panitia," ujar mahasiswa Sosiologi tersebut. 

Pernyataan ini kontras dengan yang diungkapkan Slamet Hendra Riyadi pada Senin (14/10) lalu, dimana dirinya menjelaskan beberapa kendala seperti pada bagian perlengkapan, kamera, kecepatan internet, dan juga keterlambatan karena menunggu  Master of Ceremony (MC) nya.

"Ada sedikit kendala, terutama di bagian perlengkapan seperti, kamera kecepatan internet. Dan tadi sempat ada keterlambatan, karena menunggu Master of Ceremony (MC) nya yang terlambat," ungkapnya pada senin (14/10).

Sebelumnya, pada PKKMB hari ketiga, panitia memberikan ruang kepada badan kelengkapan universitas seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM) untuk memperkenalkan profil organisasi dalam acara talkshow. 

Hendra mengatakan jika tidak ada pertimbangan dalam pemberian kesempatan kepada badan kelengkapan universitas (BEM, MKM, DPM) untuk mengadakan talkshow. Karena menurutnya, ketiga badan tersebut yang akan mengadvokasi mahasiswa ketika terjadi permasalahan.

"Tidak ada pertimbangan, yang saya ketahui, ketiga lembaga yang akan mengadvokasi mahasiswa jika ada permasalahan," tuturnya.

Lusiana Wahyu Eka Agustina, selaku ketua umum UKM Capoeira, beranggapan jika hal tersebut tidaklah adil, karena BEM, MKM, dan DPM akan mengalami pergantian anggota setiap tahun dan beda kepengurusan, sedangkan UKM akan terus berlanjut. 

Senada dengan Lusi, Firman juga menanggapi terkait talkshow yang diberikan kepada BEM dan DPM. Dirinya menyayangkan bila hanya BEM dan DPM saja yang diberikan ruang, padahal derajat dalam kestrukturan sama. 

"Sangat disayangkan sih. Kenapa hanya elemen BEM dan DPM yang diberikan talkshow. Toh dalam struktur pada dasarnya memiliki derajat yang sama," ujar mahasiswa asal Jepara tersebut. 

Dirinya juga masih bingung peletakan nama KM kepada 3 unit (UKM, BEM, DPM) karena menurutnya, konteks kekeluargaan dari ketiga unit ini kurang terjalin kuat, mulai dari jarang bertemu hingga komunikasi.

"Saya sampai sekarang masih mencari makna keluarga dalam sistem KM (keluarga mahasiswa) di kampus. KM pada dasarnya kan ada beberapa unsur di dalamnya, termasuk UKM, DPM, dan BEM. Nama organisasinya juga di belakangnya ada imbuhan KM, tapi realitanya, makna keluarga itu hilang. Komunikasi jarang, tatap muka bisa dihitung jari." lanjut mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan tersebut. 

Firman berharap jika dirinya kekeluargaan bisa lebih diterapkan lagi pada rumpun KM, karena menurutnya, semua derajat KM adalah sama. 

"Harapan saya mungkin marwah atau makna keluarga lebih diterapkan dalam hal pelaksanaan. Ini kan demi KM sendiri. Saya harap ruang yang diberikan juga sama. Derajat kita sama," imbuhnya.

Selain permasalahan tersebut, PKKMB daring dinilai kurang efektif terhadap pengenalan profil UKM, karena hanya melalui video. Hal ini juga menuai berbagai kritik mulai dari ketua umum UKM maupun mahasiswa baru sendiri. 

Lusiana mengungkapkan kekecewaannya kepada panitia (tim IT) yang telah salah mengunggah profil video UKM Capoeira. Padahal dirinya telah mengirim ulang video sebelum batas waktu akhir dan telah dikonfirmasi oleh ketua pelaksana maupun tim humas.

"Video yang diunggah itu salah, saya sudah ganti video dan sudah konfirmasi kepada ketua pelaksana maupun tim humas dari sebelum batas waktu akhir. Namun, yang diunggah tetap salah," ujar mahasiswa program studi Manajemen tersebut. 

Lusi juga menambahkan bahwa pihaknya melakukan pengecekan pada chanel youtube PKKMB UTM, pihak panitia telah melakukan pengunggahan ulang terkait video namun, pengunggahan dilakukan pada pukul 12 atau setelah penutupan ospek universitas 2020. 

"Saya tadi sudah menghubungi co-humas PKKMB. Saya bilang kalau ga bisa diunggah ulang ga usah ditayangkan saja, tapi pihak panitia masih akan menyampaian kepada tim IT terkait kesalahan tersebut," sambungnya dalam pesan whatsapp.

Keluhan lain disampaikan Firman Safi'i, ketua umum UKM Nanggala, dirinya mengungkapkan jika pengenalan profil UKM melalui video masih belum maksimal, karena timbal balik dengan maba masih belum bisa terjalin. Sekalipun pernah dilakukan live instagram, Safi'i beranggapan hal tersebut masih belum bisa dikatakan maksimal. 

"Kalau saya pengenalan UKM lewat video itu kurang interaktif dan tidak ada timbal balik komunikasi. Ruang interaksi dengan maba sangat tidak bisa dan tidak maksimal," keluhnya.

Mahasiswa juga mengeluhkan beberapa kendala yang mereka rasakan selama PKKMB, salah satunya Rosyid, mahasiswa baru program studi Pendidikan Informatika ini mengaku jika dirinya terkendala oleh jaringan, kuota, dan komunikasi yang kurang jelas mengenai informasi penugasan. 

"Kendala saya selama ini mungkin pada jaringan dan kuota, kemudian komunikasi yang kurang jelas ketika pengarahan informasi tugasnya seperti apa," ujar mahasiswa asal Jember tersebut. 

Ana Amanda, mahasiswa baru Fakultas Keislaman ini juga menyampaikan kendalanya terkait sinyal, karena rumahnya di pelosok desa, sehingga harus keluar rumah untuk mencari sinyal. Ana juga mengatakan, penugasan yang terlalu banyak seringkali membuat dirinya agak kerepotan, namun itu tidak menjadi masalah.

"Rumah saya ada di pelosok, jadi kendalanya terkait sinyal. Untuk penugasan, sekalipun begitu banyak tapi saya tidak terlalu terbebani, hanya saja agak kerepotan," papar mahasiswa baru asal Jember tersebut. 

Terkait video profil UKM, Ana berpendapat ada beberapa video profil UKM yang belum jelas dan kurang menarik. 

"Ada beberapa video UKM yang menurut saya kurang jelas dan kurang menarik untuk ditonton,"  sambungnya. 

Meskipun demikian, dirinya mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara PKKMB Sakera 2020 karena menurutnya dapat mendapatkan pelajaran yang berguna. Ana berharap untuk kedepanya, acara PKKMB akan lebih baik dalam penyampaian materi.

"Harapan saya untuk ospek kedepan semoga lebih baik lagi dalam penyampaian materinya agar jelas sekali tidak seperti materi kemarin yang berbentuk video, backsound nya terlalu tinggi sehingga suara pemateri tidak keras sama sekali." pungkasnya. (J²/Ham)