Peringkat UTM yang Ada di Bawah UIM Tuai Berbagai Tanggapan

Peringkat UTM yang Ada di Bawah UIM Tuai Berbagai Tanggapan

LPM Spirit - Mahasiswa
Rabu, 12 April 2023

WKUTM - Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menempati peringkat ke-115 dari seluruh universitas di Indonesia versi Unirank. Hal ini berarti UTM berada di bawah Universitas Islam Madura (UIM) yang menempati peringkat ke-99. Adapun Unirank merupakan lembaga pemeringkatan Universitas dunia yang mengukur popularitas perguruan tinggi berdasarkan website yang dimilikinya. Peringkat ini ditentukan berdasarkan keaktifan website, sosial media, hingga kerja sama yang dilakukan oleh universitas tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Taufiqurrahman Hasbullah, selaku kepala Hubungan Masyarakat (Humas) dan Kerja Sama, menyebut jika lembaga pemeringkatan Unirank memiliki kebenaran yang relatif dan juga penuh kepentingan. Sedangkan untuk UTM, pihaknya menyebut jika UTM lebih mengacu kepada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi indikator penilaian yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemendikbud Ristekdikti).

”Rektor selaku pimpinan lembaga di kampus ini sudah menandatangani Indikator Kinerja Utama (IKU), indikator itu untuk mengukur kinerja keberhasilan rektor dalam membantu menteri pendidikan menyukseskan pelaksanaan tridarma Perguruan tinggi,” sebutnya saat ditemui di ruangannya (10/04).

Taufiq berpendapat, jika kredibilitas sebuah perguruan tinggi tidak mengacu pada keaktifan website ataupun sosial medianya. Pihaknya menjelaskan jika penilaian tersebut tidak bisa menjadi tolak ukur kualitas sebuah universitas.

”Terkait dengan survei saya sendiri tidak sepenuhnya percaya, masalahnya begini lembaga survei itu juga ada muatan kepentingan, oleh karenanya saya tidak suuzan, bisa jadi ada motif-motif tertentu untuk menaikkan pamornya perguruan tinggi,” jelasnya.

Pihaknya melanjutkan, dalam upaya mendongkrak popularitas, UTM melakukan promosi melalui brosur dan sosialiasasi dari sekolah ke sekolah. Pihaknya juga menyebutkan, Organisasi Mahasiswa Daerah (Organda) memiliki peran dalam proses promosi UTM dari sekolah ke sekolah secara suka rela.

”Kalau Organda itu memang masih suka rela, kebijakan kita belum ada untuk memberikan dana kepada Organda,” sebutnya.

Adapun kendala yang dialami Taufiq selama pihaknya melakukan proses promosi UTM adalah terkait pembiayaan. Pihaknya menjelaskan biaya yang digunakan dalam promosi kampus UTM tidak banyak, dan sebagian besar berfokus pada bidang penelitian.

”Selama ini pendanaan kita masih didukung Kemendikbud yang biasanya kita gunakan sebagai Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT),” jelasnya.

Perihal kerja sama luar negeri yang juga menjadi salah satu penilaian dalam Unirank, Imron Wakhid Harist, selaku kepala International Relation Office (IRO), memaparkan kendala website UTM yang menurutnya masih belum ada fitur bahasa Inggris. Menurutnya ketersediaan fitur bahasa Inggris dan bahasa internasional lain berpengaruh untuk memudahkan mahasiswa luar negeri dalam memperoleh informasi tentang UTM.

”Jadi website kita itu dari tahun 2018 sudah saya usulkan kepada pemegang amanah tertinggi yaitu Wakil Rektor (Warek) I untuk menambahkan bahasa Inggris sebagai salah satu opsi bahasa dalam website, bagaimana kalau orang luar UTM ingin tahu tentang UTM, kalau akses bahasa di laman website saja tidak ada,” paparnya (11/04).

Lebih lanjut, ia mengungkapkan kendala lain yang dirasakan bagian IRO adalah tidak adanya staf dalam menjalankan kebijakannya, UTM sendiri sejak tahun lalu sudah mencabut kebijakan IRO sebagai pembuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan kampus luar negeri. Padahal, menurutnya kerja sama yang dilakukan IRO dapat mendongkrak popularitas UTM di kancah internasional.

”IRO itu lembaga yang mengurusi luar negeri juga, tetapi tidak diberikan kewenangan untuk kerja sama dengan luar negeri, tahun lalu kan kewenangan itu dicabut, itu masalahnya,”jelasnya.

Adapun mengenai pembiayaan untuk IRO sendiri dinilai oleh Imron masih kurang. Pihaknya membandingkan pada Universitas Airlangga (UNAIR) mencapai lima ratus juta Rupiah setiap bulannya. Sedangkan pada UTM hanya lima puluh delapan juta Rupiah setiap tahunnya.

‘’Iya kurang lah dibandingkan universitas lain, kita setahun hanya mendapatkan 58 juta,’’ paparnya.

Imron mengungkapkan harapannya terkait IRO agar lebih diperhatikan lagi, khususnya tentang internasionalisasi yang dapat mengenalkan UTM ke kancah internasional, penambahan staf IRO, hingga penambahan fitur bahasa Inggris pada website UTM.

‘’Harapan saya itu ada tiga, yang pertama universitas lebih memperhitungkan atau memperhatikan IRO, misalnya internationalisasi digunakan sebagai lahan untuk kampanye calon Rektor, tetapi Rektor juga harus benar-benar memperhatikan tentang internasionalisasi universitas yang di dalamnya itu ada IRO. Kedua adanya staf, dan yang terakhir terealisasikan keberadaan fitur bahasa internasional di website UTM,’’ harapnya.

Sementara itu, tanggapan mahasiswa terkait kepopuleran sosial media yang menjadi kriteria penilaian dalam pemeringkatan Unirank, Rahmad Romadhon, selaku mahasiswa Sosiologi, mengungkapkan jika UTM masih kurang maksimal dalam pengelolaan akun instagramnya, khususnya saat mendekati penerimaan mahasiswa baru 2023. Dirinya berpendapat, mahasiswa baru memerlukan informasi penerimaan perguruan tinggi tersebut.

”Kemarin saja waktu pengumuman Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP), saya menunggu dari kampus lain banyak sekali unggahan selamat datang mahasiswa baru SNBP, tapi UTM masih belum,” ungkap mahasiswa asal Nganjuk tersebut (10/04).

Ihwal website yang juga menjadi kriteria berikutnya pada pemeringkatan Unirank, dirinya mengaku jika jarang mengakses website resmi milik UTM, dikarenakan informasi dari kampus mengenai akademik ataupun non-akademik kerap dibagikan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang dibagikan dalam grub WhatsApp Program Studi (Prodi).

”Sejauh ini saya membuka website tersebut hanya untuk mengecek ulang informasi yang sudah di informasikan oleh BEM,” jelasnya.

Irwandi, selaku mahasiswa teknik elektro, berpendapat jika website milik UTM sudah memuat informasi yang akurat, karena sudah memuat informasi dari kegiatan dan kebijakan yang menyangkut mahasiswa.

”Segala kegiatan yang dilakukan oleh bapak Rektor itu sedikit banyak diunggah di sana,” ungkapnya (10/04).

Dirinya berharap, sosial media Instagram UTM dapat lebih aktif dan konsisten dalam membuat konten yang akan di publikasikan. Selain itu dirinya juga mengusulkan mahasiswa berprestasi tidak hanya ditampilkan dalam unggahan Instagram, akan tetapi juga dimuat dalam website milik UTM.

”Harapan ke depannya agar lebih konsisten dan positif unggahannya, agar bisa mempromosikan lebih jelas,” harapnya. (KHA/J2)