WKUTM – Sehubungan dengan surat edaran yang disampaikan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti) mengenai penyelenggaraan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PK-KM), Universitas Trunojoyo Madura (UTM) turut berkontribusi dalam pelaksanaannya. Adapun surat pengumuman Ditjen Dikti Nomor:0544/E.E3/PM.00.03/2022 tentang penetapan penerima bantuan PK-KM tahun kedua gelombang II dan penerima bantuan PK-KM tahun 2022 tahun anggaran 2022, dengan total maksimum sebesar dua miliar rupiah, tertulis terdapat tiga Program Studi (Prodi) di UTM yang mendapatkan bantuan tersebut, yakni Prodi Ilmu Komunikasi, Agribisnis dan Manajemen. Selain itu,  dana bantuan juga diterima oleh Institutional Support System Merdeka Belajar Kampus Merdeka (ISS-MBKM).
Dalam hal ini, Tatag Handaka, selaku Person In Charge (PIC) Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) dalam PK-KM dari Prodi Ilmu Komunikasi, mengungkapkan bahwa perihal anggaran dana yang diperoleh Prodi Ilmu Komunikasi sekitar Rp780 juta. Besaran dana yang diperoleh tergantung dengan isi dari proposal yang diajukan dan mendapat persetujuan dari Ditjen Dikti terkait program kerja yang akan dilaksanakan.
”Kemarin mendapat Rp780 juta kalau tidak salah. Misal kita mengajukan satu miliar rupiah, nantinya tidak langsung diberi sebesar itu. Namun disesuaikan dengan presentasi proposal dan keadaan lapang,” ungkap Tatag ketika ditemui di ruangan Prodi Ilmu komunikasi (30/08).
Tatag juga menuturkan bahwa Prodi Ilmu Komunikasi akan menyesuaikan dengan konsep dari Prodi Ilmu komunikasi itu sendiri. Output yang ditargetkan dalam pelaksanaannya yaitu untuk meningkatkan kapasitas Prodi terutama Institual dan Sumber Daya Manusia (SDM). Adapun isi proposal yang ditawarkan oleh Prodi Ilmu Komunikasi yakni mengenai branding desa wisata, branding rempah, dan lain sebagainya.
”Tema yang diusung adalah branding. Target utama mengikuti PK-KM untuk meningkatkan kapasitas Prodi, baik akreditasi ataupun SDM-nya,” jelasnya.
Namun, pihaknya juga mengeluhkan kendala terkait minimnya mahasiswa yang berminat dalam mengikuti PK-KM. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya status wajib mengikuti program tersebut, sehingga mahasiswa bisa memilih, ingin mendaftar MBKM atau tidak.
”Kendalanya susah mencari mahasiswa yang ikut MBKM, karena ini opsional, tidak diwajibkan ikut MBKM,” keluhnya.
Adapun Novi Diana Badrut Tamami, selaku Koordinator Program Studi (Koorprodi) Agribisnis, menuturkan bahwa mengenai pagu maksimum yang dapat diajukan dalam proposal sebesar dua miliar rupiah. Namun, dana yang diterima oleh Agribisnis hanya sebesar Rp1,58 miliar. Pihaknya juga mengungkapkan terkait dana anggaran, hingga saat ini belum turun ke Prodi dikarenakan harus melalui mekanisme Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kampus. 
”Anggaran yang diterima oleh Agribisnis sebesar Rp1,58 miliar kalau tidak salah, sesuai dengan verifikasi DIKTI Hanya saja dana tersebut masih belum cair, karena akan dicairkan melalui mekanisme DIPA dan akan diberikan ketika sudah jalan kegiatannya,” tutur Novi ketika ditemui di ruangannya (29/08).
Koorprodi Agribisnis tersebut juga menuturkan bahwa alasannya mengikuti PK-KM adalah untuk mempertahankan akreditasi A, serta sebagai peluang untuk pengakreditasian secara internasional. Pihaknya menganggap dengan mengikuti program ini dapat digunakan sebagai pembiayaan program MBKM. 
”Tujuannya mengikuti ini untuk pembiayaan MBKM dan memperkembangkan akreditasi secara internasional,” tutur Novi.
Adapun M. Boy Singgah Gitayudha, selaku PIC PK-KM Prodi Manajemen, mengungkapkan bahwa setiap Prodi juga ingin memperoleh dana hibah tersebut, begitu juga dengan Manajemen, akan tetapi kesanggupan mereka mempengaruhi penerimaannya. 
”Saya beranggapan bahwa setiap Prodi tentunya ingin memperoleh dana hibah tersebut, untuk memfasilitasi perkembangan SDM, serta mempertahankan akreditasi A saat ini,” tutur Boy ketika ditemui di ruangan manajemen (31/08).
Pihaknya juga membeberkan nominal yang akan diterima oleh Prodi Manajemen, yakni sebesar Rp1,4 miliar, namun terkait pencairannya bergantung pada DIPA universitas.
”Anggaran yang diterima oleh Prodi Manajemen adalah sebesar Rp1,4 miliar,” ungkapnya.
Nurul Homisah, selaku mahasiswa dari Prodi Agribisnis yang saat ini mengikuti program magang MBKM, menjelaskan alasan dirinya mengikuti program tersebut adalah ingin mendapatkan pengalaman dalam kehidupan bermasyarakat, serta tidak perlu mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). 
”Biar dapat pengalaman di masyarakat dan agar tidak ikut PKL dan KKN nantinya,” jelas mahasiswa yang biasa disapa Iis ketika diwawancara melalui WhatsApp (02/09).
Pihaknya juga menuturkan bahwa dalam program magang MBKM akan didanai oleh Prodi. Namun, jumlah besarannya dirinya tidak mengetahuinya. Jangka waktu yang dilakukan sekitar tiga bulan.
”Iya, namun besaran dananya kurang tahu. Pokoknya tiga bulan magangnya itu,” tuturnya.
Keterangan lain datang dari Zahrotul Ummah, mahasiswa semester tujuh dari Prodi Ilmu Komunikasi, yang mengungkapkan untuk dana yang akan diberikan Prodi untuk program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) adalah Rp700 ribu per bulan. Namun, sebelumnya tidak ada kesepakatan dari Prodi akan cair pada tanggal berapa. Pihak Prodi hanya mengatakan bahwa mahasiswa akan mendapat dana insentif. Pihaknya berpikir mungkin sekarang masih dalam proses pencairan karena program magangnya baru dimulai pada akhir bulan.
”Iya didanai tujuh ratus per bulan. Belum cair dananya, mungkin sedang diproses karena mahasiswa sudah menyetor nomor rekening,” ungkapnya.
Adapun harapan yang dilontarkan, semoga program MBKM yang termasuk dalam program kerja PK-KM ilmu komunikasi dapat terus berjalan. Untuk ke depannya semoga menjadi lebih bagus dan tertata dalam administrasi dan hal lainnya. 
”Semoga program MBKM bisa berjalan hingga ke depannya dan lebih bagus lagi. Perihal administrasinya semoga lebih tertata dan lebih banyak mitra kerja samanya,” harapnya.
Hingga berita ini diterbitkan, Zainul Hidayah, selaku PIC ISS-MBKM belum memberikan tanggapan saat dihubungi.  (SHA/WN)
 

 Komentar
Komentar