WKUTM – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) pada tahun ajaran 2020/2021 menyongsong penerapan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Kurniyati Indahsari, selaku Ketua Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LP3MP) memaparkan bahwa rektor sudah menghimbau agar seluruh program studi segera mengimplementasikan Kurikulum MBKM.
”Saya juga belum tahu sampai berapa persen kesiapan prodinya tetapi himbauan tetap disamakan, terutama prodi S1, sedangkan untuk D2 dan D3 tidak diwajibkan. Kami sudah proses menggodok peraturan-peraturan baru, menyusun sesuai panduan dan telah merevisi kurikulum tahun ini,” ungkapnya.
Kurniyati menjelaskan bahwa, peralihan dari kurikulum lama ke kurikulum MBKM bagi mahasiswa lama bukanlah hal yang mudah karena tidak semua berkesempatan merasakan kurikulum MBKM. Tetapi, kebijakan ini bergantung pada kebijakan program studi masing-masing.
”Jadi insyaallah kurikulum ini akan diterapkan bagi ajaran untuk mahasiswa baru. Sedangkan untuk mahasiswa lama memang butuh waktu karena harus menyesuaikan kurikulum, ada konversi dan bergantung prodi masing-masing,” ujarnya (25/09).
Selain itu, Kurniyati menambahkan bahwa pihak kampus tidak memaksa semua prodi untuk menerapkan kurikulum MBKM. Kendati demikian, ia juga berharap semua prodi siap melaksanakannya.
”Kita tahu bahwa ruh kampus merdeka adalah memberikan hak yang sebesar-besarnya kepada mahasiswa untuk memilih, seperti memilih melakukan aktivitas di luar dengan catatan tidak semena-mena dan tetap ada aturannya. Dengan ini semoga memberi kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman sebesar-besarnya agar nanti ketika sudah lulus, sudah lebih siap untuk masuk dunia pekerjaan dan nanti lulusannya lebih berkualitas,” harapnya.
Mengenai persiapan, Nunuk Nuswardani, selaku Wakil Dekan l Fakultas Hukum (FH) mengonfirmasi bahwa pelaksanaan kurikulum MBKM sudah disosialisasi dengan beberapa dosen. Berdasarkan Surat Edaran FH nomor. B/512/UN46.3.1/KR.00.01/2020, menyatakan bahwa FH melakukan sosialisasi kurikulum MBKM via zoom meeting pada 24 september 2020.
”Mengenai program MBKM terdapat tim yang melaksanakannya dan itu di bawah tanggung jawab wakil dekan I, saat ini sudah pada tahap sosialisasi kepada dosen,” ujarnya (24/09).
Achmad Ubaidillah, selaku wakil dekan l Fakultas Teknik (FT) mengaku siap dalam menyambut kurikulum MBKM. Hal ini dikarenakan perubahan kurikulum MBKM tidak jauh berbeda dengan kurikulum lama.
”Esensi dari kurikulum kampus merdeka sebenarnya sama, cuma di sini ada beberapa, ada yang 1 semester bisa, 2 semester, dan 3 semester. Dimana mahasiswa bisa leluasa untuk memilih kuliah atau memilih penerapan keilmuan. Melakukan magang atau pelatihan memiliki ekuivalensi sama dengan dianggap mendekati atau menempuh mata kuliah. Kemudian ada beberapa mata kuliah yang memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk bisa mengambil mata kuliah di luar program studi,” ungkapnya (25/09).
Penerapan kurikulum MBKM di FT hanya dilaksanakan pada mahasiswa baru. Menurut Ubaidillah, jika mahasiswa lama menerapkan kurikulum MBKM akan sulit. Hanya saja, jika ingin mengulang mata kuliah semester satu maka mahasiswa lama mengambil dengan kode mata kuliah di kurikulum MBKM.
”Saya tidak bisa membayangkan bagaimana semrawutnya angkatan atas kalau kurikulum berubah. Jadi nanti hanya untuk mahasiswa baru saja, mahasiswa lama semester 3, 5, 7 dan lainnya itu masih kurikulum lama. Jika mahasiswa lama ingin mengulang mata kuliah semester 1, otomatis mengambil mata kuliah dengan kode kurikulum MBKM,” ujarnya.
Selain itu, pria asal Pamekasan tersebut mengeluh jika tidak adanya uji coba kurikulum MBKM dan waktu pelaksanaan yang mepet.
”Seharusnya, kebijakan baru sebelum diterapkan harus di uji coba dulu, aturannya seperti itu. Lalu, apa plus minusnya, apa kendalanya, bagaimana cara mengatasi setelah dicoba sudah matang baru bisa resmi diberlakukan. Sedangkan di sini tidak, jadi memang itu menjadi kendala resmi. Tapi bagaimana lagi karena sudah tentang keadaan ada perintah seperti itu ya sudah kita mau tidak mau harus mau. Jadi kendalanya selama ini paling kendala mencapaikan waktu yang tersedia untuk membuat kurikulum itu,” keluhnya.
Kendati demikian, pihaknya berpendapat bahwa penerapan kurikulum MBKM kali ini bersifat trial error, sistemnya tidak dimatangkan terlebih dahulu sehingga jika terdapat masalah akan diperbaiki di tengah jalan. Dirinya juga berharap supaya tidak adanya berubahan terus menerus terhadap kurikulum pembelajaran.
”Kalau bisa, jika membangun suatu sistem kurikulum jangan berubah terus, apalagi perubahan drastis seperti ini, nanti jika menterinya tidak jadi, berubah drastis lagi, nanti repot lagi,” harapnya.
Sementara itu Alfiyah Nur Kayati, dosen program studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mengaku bahwa tidak perlu adanya persiapan khusus untuk kurikulum MBKM karena beberapa mata kuliah di program studi PBSI telah mencerminkan kurikulum MBKM.
”Persiapan khusus tidak ada, karena di Prodi PBSI sudah ada beberapa mata kuliah yang mencerminkan kurikulum MBKM, seperti PLP (Pengenalan lapangan Persekolahan), ke-BIPA-an (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing), jurnalistik. Mungkin, yang perlu disiapkan adalah menambah perjanjian kerja sama dengan stakeholder terkait,” ujarnya.
Alfiyah juga menyayangkan karena belum ada panduan detail terkait pelaksanaan MBKM, konversi SKS serta prosedur pemrograman MBKM bagi mahasiswa. Dosen asal Jombang ini juga berharap supaya adanya panduan yang detail terkait pelaksanaan MBKM.
Hal serupa juga dikatakan Albitar Septian Syarifudin, salah satu dosen program studi PBSI. Dirinya mengaku bahwa hingga saat ini ia belum memiliki kendala dan akan meningkatkan kompetensi. Selain itu, ia juga berharap semua pihak kampus bisa mensukseskan kurikulum MBKM ini.
”Saya harus meningkatkan dan memantapkan kompetensi yang saya kuasai, itu yang paling penting karena akan diberikan pada mahasiswa. Saya berharap jika memang ini sudah jadi ketetapan dan dijalankan ya mari kita sukseskan bersama,” harapnya. (Cha/ J1/Wid)