Cara Sederhana Agar Tidak Memiliki Aib

Cara Sederhana Agar Tidak Memiliki Aib

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 08 Mei 2020

Aib. Bagi sebagian besar orang sangat ditutupi agar tidak diketahui orang lain. Bagaimanapun caranya, seperti yang dilakukan oleh Harun Masiku misalnya, adalah untuk menghindari aibnya untuk tidak diketahui oleh banyak orang.

Kajian di majelis internet, banyak artikel yang membahas agar aib kita tidak kebuka seperti: tidak berlomba mencari aib orang lain, tidak membuka aib orang lain yang kita ketahui, sampai ada yang membahas amalan yang membuat aib kita ditutup rapat oleh Tuhan.

Kendati demikian, saya punya kesimpulan receh bahwa aib bukan masalah yang sepele. Sudah pasti akan dihantui rasa malu jika aib seorang telah diketahui oleh orang lain. Bahkan, daripada harus menanggung malu, orang Madura rela adu celurit daripada harus menanggung malu - istilahnya, lebih baik putih tulang daripada putih mata.

Namun, adakah cara seorang agar tidak memiliki aib?

Jika aib adalah kesalahan atau cela yang dimiliki seseorang tentu tidak bisa. Semua orang pasti memiliki kesalahan. Namun saya memiliki keyakinan bahwa kesalahan yang kita miliki tidak menjadi aib dan tidak perlu malu untuk menanggungnya.

Keyakinan receh ini berawal dari setelah percakapan panjang dengan seorang remaja yang baru saya kenal ketika kuliah. Alkisah, remaja ini menceritakan segala permasalahan yang ia alami, permasalahan keluarganya juga tidak luput ia beberkan.

Semua yang ia ceritakan kepada saya, mungkin, bagi kebanyakan orang adalah hal tabu dan sangat personal. Bingungnya, saya adalah orang baru di hidupnya yang harus mengetahui seluk-beluk permasalahan yang dialami. Tentu, bagi saya waktu itu masih bingung. Bahkan katanya, baru saya yang diberi tahu.

Setelah menceritakan semua masalah yang membuatnya ingin bunuh diri, saya bertanya apakah dia tidak malu aibnya diketahui oleh orang lain? Dengan enteng ia menjawab, "yang namanya aib itu kalau masalah kita malu untuk diketahui oleh orang lain."

Sejenak saya mengambil napas panjang, sepanjang saya kaget dengan siapa sebenarnya Keyser Soze dalam film The Ussual Suspecht. Saya tidak bisa berkata apa-apa kecuali izin padanya untuk menuliskan ceritanya dalam bentuk cerpen.

Pendek kata, saya telah membuat cerpen sepuluh halaman tersebut, saya cetak menjadi dua dengan soft file telah saya hapus, satu untuknya dan satu untuk saya simpan sampai akhirnya cerpen itu hilang.

Kembali pada pembahasan awal yang berangkat dari kisah hampir empat tahun yang lalu. Kalau dipikir-pikir, apa yang dikatakan teman saya tadi ada benarnya. Kendati demikian, masih saya yakini sampai sekarang dan tidak bosan untuk membaginya kepada orang lain.

Jadi seperti ini, sebagai manusia tidak bisa terhindar untuk tidak berbuat kesalahan. Konon katanya, nama tengah kita dari Tuhan selain sia-sia adalah salah dan lupa. Untuk itu bisa dipastikan, semua orang pasti memiliki salah. Pasti.

Lebih jauh, pernah saya dengar ceramah bahwa kita disuruh untuk mengatakan yang sesuai fakta, walaupun pahit. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi dan semoga pembaca mengalami, bahwa jika kita mau mengatakan sesuai apa adanya akan membuat kita lebih tenang daripada harus mengupayakan aib kita tersimpan rapi.

Melihat dari aspek lain, tidak ada ruginya jika cela yang kita miliki diketahui oleh orang lain. Mau bagaimanapun itu sesuai kenyataannya. Pasalnya, hidup sesuai dengan kenyataan itu akan lebih indah dan lebih asik.

Buktinya adalah kita bisa melihat tema yang dibicarakan oleh stand up komedian, yang menceritakan kesendiriannya yang membuat kita tertawa. Padahal saya yakin, itu bukan masalah sepele. Ada juga suatu ketika saat Dodit Mulyanto menceritakan penyakitnya, seharusnya membuat prihatin namun hal itu malah membuat penonton tertawa.

Walaupun saya tidak menyarankan setelah ini kita harus mengumbar cela yang kita miliki kepada semua orang. Kecuali itu memang pilihan pembaca yang merdeka.

Masih dengan 'aib' dan pengalaman pribadi, sering saya gunakan untuk mempererat hubungan dengan seorang teman atau yang lain. Saya kira saling berbagi 'aib' adalah cara ampuh untuk akrab dengan seseorang.

Saya teringat dengan satu bagian di film tentang agen keluaran tahun 2018, Red Sparrow, bagaimana dua agen yang akan saling percaya setelah berbagi aib mereka masing-masing. Walaupun di Indonesia, kita tidak bisa ujug-ujug minta orang lain mengatakan aibnya kepada kita.

Saya kira pembaca yang bijaksana lebih mengetahui bagaimana cara teknisnya berbagi aib menjadi sebuah keakraban. Baik dengan menceritakan masalah pribadi terlebih dahulu atau dengan sedikit memancing lawan bicara untuk bercerita.

Syahdan, jika pembaca memiliki teman akrab bisa saya pastikan kalian telah mengetahui keburukan satu sama lain. Biasanya teman yang tidak saling mengetahui keburukan satu sama lain adalah teman yang datang ketika ada butuhnya saja.

Sebenarnya tulisan ini bisa jadi satu paragraf saja, cara agar kita tidak memiliki aib adalah cukup dengan tidak malu jika masalah kita diketahui oleh orang lain. Ah, sial. Ternyata selalu tidak serumit tafsirannya.


Birar Dz 
Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Ilmu Hukum