WKUTM — Universitas Trunojoyo Madura (UTM) telah meresmikan UTM Bakery pada Senin (10/2/25). Unit usaha yang telah direncanakan sejak 2024 ini menjadi wujud optimalisasi status UTM sebagai Badan Layanan Umum (BLU), dalam memperoleh sumber pendapatan mandiri.
Izzah Fijriyah selaku penanggung jawab UTM Bakery, menjelaskan bahwa dirinya melihat peluang untuk mendirikan sebuah usaha di bidang pangan. Mengingat setiap acara kampus tentu membutuhkan konsumsi.
Adapun setelah kebutuhan minuman terpenuhi melalui UTM Water, UTM di bawah naungan Badan Pengelola Usaha (BPU) memutuskan membuka unit usaha di bidang pangan, khusunya kue dan katering, dengan nama “UTM Bakery”.
Berbeda dengan kampus lain yang memiliki jurusan tata boga atau ahli gizi, Izzah mengaku awalnya sempat ragu lantaran UTM tidak memiliki tenaga ahli khusus untuk memproduksi roti dan makanan secara mandiri.
“Kendala awalnya memang siapa yang memasak. Kalau di kampus lain ada jurusan tata boga, di UTM tidak ada. Tapi kalau halangan itu jadi alasan, ya tidak akan jalan. Jadi kita memutuskan untuk belajar sambil melaksanakan,” ujar dosen asal Bangkalan tersebut (7/8).
Izzah mengungkapkan bahwa penjualan UTM Bakery saat ini bekerja sama dengan mitra, seperti jasa katering dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sekitar kampus. Kerja sama dilakukan dengan kesepakatan harga yang lebih terjangkau agar harga jual di pasaran tetap stabil.
“Langkah ini menjadi bentuk pemberdayaan UMKM, agar keberadaan UTM Bakery tidak hanya menguntungkan kampus, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Wanita yang juga dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tersebut juga menambahkan, pihaknya memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang ingin menitipkan olahan kuenya. Namun, ia menyarankan agar produk yang dititipkan bisa dikemas lebih menarik agar menambah nilai jual.
”Sejauh ini mahasiswa UTM belum ada yang menaruh kue di UTM Bakery,” tutur dosen PGSD tersebut.
Izzah menyebut harga kue di UTM Bakery berkisar mulai dari Rp3.000 dan Rp14.000 untuk paket makanan. Untuk paket makanan, bisa dipesan isian dan harganya sesuai permintaan pelanggan.
Ia menambahkan, olahan yang paling laku ialah kue tradisional, sehingga ia menganjurkan mahasiswa untuk membuat olahan serupa jika ingin menitipkan produknya di UTM Bakery.
”Harapan saya mahasiswa bisa menitipkan olahan khas Madura, karena kalau ada kunjungan dari luar bisa bawa pulang oleh-oleh dari Madura,” jelasnya.
Terkait pemesanan, Izzah menjelaskan bahwa produk UTM Bakery dapat dipesan melalui WhatsApp atau datang langsung ke outlet di lantai 1 Gedung Cakra. Nantinya, pelanggan juga dapat memesan sesuai kebutuhan acaranya.
Selain menitipkan produk, Izzah menjelaskan bahwa UTM Bakery dapat dijadikan opsi magang bagi mahasiswa, utamanya mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
”Di sini bisa dijadikan tempat magang mahasiswa, dengan konversi Satuan Kredit Semester (SKS). Nantinya akan ditempatkan di divisi pemasaran,” imbuhnya.
Nisaul Bariroh, mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah mengungkapkan dirinya telah bekerja di UTM Bakery selama enam bulan. Nisa bekerja di UTM Bakery atas anjuran dosen pembimbingnya, yakni Muhammad Ersya Faraby, salah satu tim BLU UTM.
”Jam kerja di sini, kerja dari jam delapan pagi sampai jam empat sore, misal ada tanggal merah, kita juga ikut libur,” ucapnya (1/8).
Sebagai penutup, Izzah berharap agar ke depannya civitas akademica UTM memiliki kesadaran untuk berbelanja produk milik kampus. Meskipun saat ini masih belum ada anjuran untuk wajib membeli produk UTM Bakery untuk acara di dalam kampus, ia berharap warga UTM lebih memilih produk UTM daripada membeli produk dari luar.
”Harapan saya semoga warga UTM memiliki kesadaran untuk mendukung usaha milik kampus, karena nantinya anggaran yang keluar dari UTM dapat kembali ke UTM. Jadi harapannya, kesadarannya dulu tumbuh,” harapnya. (nis/kw)