Hiruk Pikuk Moda Trans Jatim Cakraningrat

Hiruk Pikuk Moda Trans Jatim Cakraningrat

LPM Spirit - Mahasiswa
Minggu, 13 Oktober 2024
Antusiasme warga Bangkalan ketika mencoba bus Trans Jatim Koridor V Cakraningrat, Kamis (3/10). (KHA/LPM-SM)

Peluncuran bus Trans Jatim Koridor V Cakraningrat rute Terminal Bangkalan-Terminal Purabaya, beberapa waktu lalu sempat membawa angin segar dalam upaya menambah transportasi publik Kabupaten Bangkalan ke arah yang lebih maju. Dengan tarif terjangkau dan fasilitas yang nyaman, bus ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif bagi masyarakat kota zikir dan selawat yang selama ini bergantung pada kendaraan pribadi dan angkot. Namun, keberadaan transportasi umum ini mendapatkan kecaman karena ketidaksiapan infrastruktur seperti fasilitas halte dan tanggapan dari pengusaha angkot yang selama ini mendominasi pasar transportasi lokal. 

Baru dua minggu sejak peluncuran dilakukan, nyatanya bus Trans Jatim Cakraningrat sudah mengalami beberapa insiden. Yakni, mogoknya moda transportasi roda empat ini di jalan raya Ketengan, Burneh, Bangkalan, akibat korsleting mesin, tepat saat pemberlakuan tarif gratis. 

Fakta di lapangan itu juga didukung dengan tidak adanya uji coba sebelum peluncuran bus Trans Jatim Cakraningrat itu dilakukan. Hal ini menimbulkan keraguan atas kesiapan Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Timur sebagai penanggung jawab operasional moda transportasi darat ini, mengingat tujuan diberlakukannya moda transportasi yang terintegrasi dengan Kabupaten Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbangkertosusila) guna mempermudah mobilitas masyarakat. 

Sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi secara berlebihan oleh masyarakat Jatim. Jika hal itu terulang kembali pupus sudah harapan masyarakat dalam mendorong laju tranportasi massal ini.

Di sisi lain, fasilitas pendukung Trans Jatim juga tak luput jadi sasaran perhatian. Meski halte Trans Jatim yang dibangun di wilayah Kota Bangkalan kini berjumlah 32 halte. Namun, beberapa halte dinilai belum sepenuhnya strategis. Karena halte di kawasan Masjid Agung Bangkalan kerap kali dipadati oleh sejumlah angkot dan Becak Motor (Bentor).

Tak hanya itu, halte di depan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bangkalan juga masih dipenuhi oleh para pedagang kaki lima. Sama halnya dengan halte di kawasan Pecinan yang dipadati dengan banyaknya toko yang berjejeran sehingga kerap digunakan sebagai parkir motor para pengunjung toko. Akibatnya, pengguna bus Trans Jatim Cakraningrat belum sepenuhnya terfasilitasi dengan adanya halte tersebut. Karena area halte seharusnya steril supaya bus tidak kesulitan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.

Warga Bangkalan sedang menunggu kedatangan Bus Trans Jatim Cakraningrat di Terminal Bungurasih, Kamis (3/10). (KHA/LPM-SM)

Harapan besar dan antusiasme masyarakat Bangkalan dengan adanya moda transportasi umum ini ternyata tidak serta merta membawa keuntungan begitu saja. Nyatanya masih ada kritik dari para sopir angkot. Sebab, beberapa pengusaha angkot merasa kehadiran bus Trans Jatim Cakraningrat akan mengurangi pendapatan mereka secara signifikan, terutama di jalur-jalur yang tumpang tindih. Sebagai contoh, para pemilik angkot biasanya akan mangkal di terminal Bangkalan untuk mengantar dan menjemput penumpang.

Namun, dengan adanya bus Trans Jatim Cakraningrat, penumpang mereka menjadi beralih ke moda transportasi umum baru itu. Sebab, tarif Trans Jatim jauh lebih murah, penumpang cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp5.000 untuk umum dan Rp2.500 bagi pelajar atau mahasiswa dengan jarak semua halte yang dilalui bus koridor V Cakraningrat. Sedangkan untuk penumpang angkot dikenakan tarif berkisar Rp.5000 hingga Rp10.000 tergantung jarak yang ingin dituju oleh penumpang.

Kekesalan sopir angkot tersebut juga dilontarkan melalui laman berita media BANGSAONLINE.com. Saipul, sopir angkot asal kota salak itu mengungkapkan seharusnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan dapat melakukan survei lapangan terlebih dahulu. Sebab, para sopir angkot yang ada di Bangkalan beberapa bulan ini hanya memperoleh penghasilan sejumlah Rp20.000 – Rp30.000 per harinya. Jika bus Trans Jatim Cakraningrat beroperasi, maka para sopir angkot bisa kehilangan pekerjaannya dan para pengusaha angkot terancam gulung tikar. 

Oleh karena itu, perlu upaya pemerintah terkait dalam memberikan pengertian dan solusi yang konkret terhadap sopir angkot. Misalnya, saling bekerja sama memberikan subsidi tiket Trans Jatim terintergrasi terhadap angkot. Supaya angkot dapat mengantarkan pengguna Trans Jatim menuju tempat wisata di kawasan Bangkalan Kota. Jika hal tersebut berhasil dijalankan, permasalahan ini dapat teratasi sekaligus menambah daya tarik baru untuk mengunjungi tempat wisata di Kabupaten Bangkalan.

Ketidaksiapan fasilitas halte dan respons negatif oleh sopir angkot terhadap Trans Jatim Cakraningrat, rupanya bukan satu-satunya persoalan. Baru-baru ini beredar video aksi teror pelemparan balok kayu yang dilakukan oleh Orang Tidak Dikenal (OTK) terhadap kendaraan roda empat Cakraningrat ketika melaju di ruas jalan Jembatan Suramadu menuju arah Surabaya pada Ahad. Padahal pada hari libur itu, masyarakat Bangkalan sedang antusiasnya menjajal bus atau pun sekadar berpergian ke kota seberang. Akibatnya, timbul kekhawatiran para penumpang yang akan menjajal moda transportasi umum Cakraningrat, yang konon katanya mempermudah mobilitas masyarakat.

Jika respons beberapa pihak yang belum mendukung adanya moda transportasi umum ini belum segera mendapatkan penanganan dari pihak pemerintah. Maka tujuan Trans Jatim koridor V Cakraningrat dalam membantu mobilitas masyarakat sekaligus menumbuhkan perekonomian lokal pelan-pelan akan pupus. Karena keberadaan Trans Jatim Koridor V Bangkalan – Surabaya sejatinya menjadi salah satu langkah menuju modernisasi transportasi di Bangkalan.

Jika penolakan dari berbagai pihak terus dibiarkan tanpa solusi, proses pembangunan infrastruktur transportasi di Kabupaten Bangkalan akan stagnan. Sebab, penambahan fasilitas umum baru berupa Trans Jatim Cakraningrat ini diharapkan dapat berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam mempercepat laju perekonomian dan mobilitas lapangan kerja.
Pemerintah sebaiknya segera menindaklanjuti segala kekurangan fasilitas pendukung Trans Jatim Cakraningrat. 

Serta menindak tegas aksi teror pelemparan batu terhadap oknum yang merasa dirugikan dengan adanya moda transportasi baru ini. Melalui jalin komunikasi dua arah, memberikan pengertian dan menyepakati secara bersama agar tidak ada lagi pihak-pihak yang merasa dirugikan. Dengan begitu keberadaan moda transportasi Trans Jatim Cakraningrat dapat seutuhnya bermanfaat bagi masyarakat Bangkalan secara universal dan melahirkan kemajuan di kota zikir dan selawat tersebut.

Stevani Agustin
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum