Keluhan dan Prosedur Tes TOEFL UTM

Keluhan dan Prosedur Tes TOEFL UTM

LPM Spirit - Mahasiswa
Selasa, 02 Februari 2021


WKUTM -  Adanya tes kemampuan bahasa Inggris Test Of English as a Foreign Language (TOEFL) oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Bahasa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dilakukan untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris Perguruan Tinggi, namun dalam pelaksanaannya mendapat keluhan dari beberapa mahasiswa. Beberapa keluhan diantaranya, ketidakjelasan prosedur penilaian, fasilitas yang kurang memadai, serta terindikasi menjadi lahan bisnis.


Adapun keluhan mahasiswa terkait pelaksanaan tes TOEFL, seperti yang dialami M. Fanani Kuswanto, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menganggap bahwa tes tersebut hanya dijadikan sebagai formalitas belaka karena rata-rata mahasiswa mengikuti tes sebanyak 10 hingga 12 kali baru lulus tes.


Menurut saya TOEFL seolah hanya sebagai lahan bisnis, kalau saya pribadi semisal harus daftar 10-12 kali baru lulus itu sangat buang-buang waktu, mending langsung membayar Rp. 120.000,-  langsung bisa lulus, ujarnya.


Selain itu, Fanani mengungkapkan bahwa dirinya beberapa kali mengkuti tes TOEFL secara offline dan ia mengeluhkan bahwa ketika offline fasilitas yang diberikan kurang memadai, seperti Air Conditioning (AC) tidak memadai dan speaker yang suaranya kurang jelas.


“Ketika tes offline itu ya fasilitasnya parah dari kampus. AC  tidak tidak terasa sama sekali dan yang terpenting menjadi sarana utama yakni speaker gak jelas,” keluh mahasiswa semester sembilan tersebut.


Senada dengan, M. Fanani,  Ana Silvia, mahasiswa Prodi Teknologi Industri Pertanian. Ia menilai bahwa penilaian TOEFL masih kurang memadai.


"Jika soal sama, mahasiswa bisa saling tanya ke temannya atau mencatat jawaban sehingga atis kita akan belajar untuk memperbaikinya dan nilai dari hari ke hari bisa tambah baik. Namun terkadang, nilainya naik turun seperti dikatrol," keluhnya.


Silvia, juga merasa bahwa adanya indikasi lahan bisnis dalam pengadaan TOEFL. Dirinya juga menambahkan bahwa seharusnya TOEFL UTM dibuat resmi seperti standar Institusional Testing Program  (ITP) agar bisa digunakan sebagai syarat S2 dan kerja.


Menanggapi keluhan pelaksanaan TOEFL tersebut, Suryo Tri Saksono, selaku kepala UPT Pusat Bahasa mengungkapkan  bahwa dalam soal TOEFL setidaknya terdapat 11 paket varian soal, maka tidak menutup kemungkinan jika mahasiswa akan  mendapat soal yang sama ketika mengikuti tes ulang berikutnya.  Ia juga menambahkan terkait pembuatan soal ujian, bahwa UPT Pusat Bahasa telah menyiapkan tim yang beranggotakan dosen dari UTM yang telah terpilih dan sesuai standar penilaian.


Terkait standar tes, Suryo menambahkan bahwa UPT Pusat Bahasa pernah bekerja sama dengan Education Testing Service (ETS) untuk menyelenggarakan TOEFL ITP di UTM yang berlaku secara Nasional. Namun kerja sama tersebut diberhentikan karena persyaratan dinilai terlalu memberatkan mahasiswa, adapun syaratnya yakni setidaknya  harus diikuti sebanyak peserta 600 selama satu tahun dan peserta diwajibkan untuk membayar biaya Rp. 400.000,-.


Meskipun demikian, sebagai uji verifikasi manajemen pengelolaan, pihak UPT Pusat Bahasa telah mendapatkan serfitikat dari United Registrar of Systems (URS) dan diperiksa setiap bulan Oktober. Pihaknya menambahkan terkait teknis dan mekanisme penyelenggaraan TOEFL, tercantum di laman pusatbahasa.trunojoyo.ac.id , yakni peserta diharuskan mengakses Google Meet untuk absensi, kemudian akan diberikan link agar masuk ke dalam website joinmyquiz.com  untuk mengerjakan tes.

"Untuk memastikan bahwa manajemen pengelolaan di kantor sudah sesuai standar, jadi sejak bulan Oktober diperiksa oleh URS untuk memastikan bahwa standar pengelolaan terjaga, dan mekanisme seperti biasa di laman website UPT Pusat Bahasa," ucapnya.


Terkait prosedur penilaian TOEFL, Suryo menuturkan penilaian tes menggunakan cara semi manual, artinya jawaban peserta akan diprogram untuk diperiksa dan kemudian diketik, sehingga penilaian ini memerlukan waktu dua hari.


Sekarang masih semi manual, artinya nilai itu kemudian kita program terus kita ketik, kalau dulu masih manual masih satu-satu tertinggal. Kalau sekarang dua hari sudah keluar,” tuturnya.


Perihal besarnya biaya TOEFL, dari website UPT Pusat Bahasa memberikan biaya sebesar Rp. 10.000,- untuk mahasiswa Diploma tiga dan Sarjana, serta mahasiswa Magister dan umum sebesar Rp. 50.000,-. Suryo mengungkapkan bahwa dana tersebut digunakan untuk biaya soal dan koreksinya, terkait data banyaknya pendaftar dalam satu tahun terakhir pihaknya enggan memberikan keterangan.


Adapun persoalan TOEFL tersebut, Fanani berharap agar kedepan TOEFL tidak dijadikan sebagai ajang bisnis, serta penilaian TOEFL sesuai dengan standar yang semestinya.


Harapannya untuk kedepannya semoga sesuai dengan standar TOEFL yang semestinya, dan tidak lagi menjadi ladang bisnis,” harap mahasiswa asal Gresik tersebut.


Adapun Silvia juga berharap jika TOEFL UTM bisa digunakan untuk keperluan pekerjaan dan mencari beasiswa.