Rata-rata Masa Studi Mahasiswa UTM Mencapai 9 hingga 11 Semester

Rata-rata Masa Studi Mahasiswa UTM Mencapai 9 hingga 11 Semester

LPM Spirit - Mahasiswa
Kamis, 26 September 2024
Sejumlah mahasiswa sedang berkumpul di taman kampus UTM, Kamis (19/9). (STV/LPM-SM)

WKUTM - Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 53 Tahun 2023 Tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, pada Pasal 18 ayat (1) menyatakan masa ideal mahasiswa yang menempuh program sarjana (S-1) dirancang dalam delapan semester dengan beban 144 SKS.

 Hal ini justru berseberangan dengan data yang ada pada Laporan Kinerja (Lakin) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) tahun 2023. Lantaran, rata-rata masa studi mahasiswa UTM masih lebih dari delapan semester. grafis lihat di sini

Lucky Dafira Nugroho, Koordinator Penjaminan Mutu UTM, mengaku jika rata-rata masa studi mahasiswa UTM mencapai sembilan semester atau 4,5 tahun diakibatkan karena adanya beberapa faktor.

”Beberapa faktor yang memengaruhi masa studi mahasiswa, faktor finansial, keluarga, dan ada juga yang berasal dari mahasiswanya sendiri,” ujarnya saat ditemui di ruangan dosen Fakultas Hukum (FH) (19/9).

Lebih lanjut, pihaknya mengatakan, terkait pemantauan dan evaluasi terhadap perkembangan mahasiswa yang terlambat menyelesaikan studinya merupakan ranah dari tiap-tiap Program Studi (Prodi).

”Pemantauan dilakukan di tiap-tiap Prodi, kemudian Prodi melaporkan ke universitas, dan setelahnya pihak universitas menyerahkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti),” imbuhnya. 

Adapun, Dwi Nurhayati Adhani, Koordinator Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD), menjelaskan bahwa masa studi mahasiswa PGPAUD memang pernah mencapai 10 semester pada tahun 2022, namun untuk tahun ini masa studi mahasiswa sudah kembali normal menjadi delapan semester.

”Kalau rata-rata masa studi mahasiswa sekarang sudah normal, 4 tahun, paling lama 4,5 tahun,” ujarnya saat ditemui di ruangan Prodi PGPAUD (23/9).

Kemudian, dirinya turut menambahkan bahwa masa studi yang mencapai hingga 10 semester tersebut diakibatkan oleh beberapa kendala. Dahulu, hanya ada beberapa dosen dan tenaga kependidikan di PGPAUD yang sudah dilantik menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga pihak Prodi seringkali kewalahan untuk urusan mengatur jadwal bimbingan skripsi mahasiswa.

”Dulu, selain kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM), kita juga belum tertib mengadakan grup via WhatsApp untuk memantau proses bimbingan mahasiswa. Jadi sekarang sudah ada grup dan jadwal bimbingan, serta dipastikan dalam seminggu pasti ada jadwal bimbingan,” imbuhnya.

Selanjutnya, wanita yang akrab disapa Dwi tersebut juga menjelaskan kendala dari sudut pandang mahasiswa. Mulai dari mahasiswa yang tidak mendapatkan kuota susulan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, imbas dari orang tua yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bekerja, hingga sudah menikah bahkan memiliki anak.

Meskipun begitu, Dwi mengaku pihak Prodi PGPAUD rutin mengadakan rapat pada akhir tahun untuk memantau mahasiswa yang sedang bimbingan atau mengerjakan skripsi. 

”Jadi kita bahas, bagaimana agar mahasiswa tersebut mau bimbingan, strategi-strateginya, baik itu secara akademik maupun psikologis," tambahnya.

Selaras dengan Prodi PGPAUD, Ketua Penjaminan Mutu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB), Rosyida Ekawati, juga turut mengaku bahwa kendala utama lamanya masa studi mahasiswa bukan pada proses bimbingan, tetapi terletak pada mahasiswa sendiri.

”Kalau terkait bimbingan skripsi, menurut hasil survei kami, kebanyakan dari mereka merasa puas selama proses bimbingan. Jadi, kalau kendala terkait proses bimbingannya, saya rasa tidak. Lebih kepada mahasiswanya, ada yang menghilang, tidak pernah bimbingan, bahkan tidak ada kabar hingga dosen yang harus mencari,” jelas wanita yang juga dosen Sastra Inggris tersebut (23/9).

Di sisi lain, Mohamad Imron Mustajib selaku ketua Penjaminan Mutu Fakultas Teknik (FT), mengatakan jika rata-rata masa studi mahasiswa FT di tiap Prodi berbeda-beda.

”Paling cepat di teknik informatika dan teknik industri 4,5 tahun, paling lama di teknik mesin dan teknik mekatronika 5,5 tahun,” tuturnya (18/9).

Adapun pria yang dijuluki Imron tersebut juga menjelaskan upaya yang dilakukan oleh pihak FT dalam mempercepat masa studi mahasiswanya. Pertama, dengan memecah Satuan Kredit Semester (SKS) yang mulanya enam SKS pada semester delapan. Kini dipecah menjadi dua SKS pada semester tujuh dan empat SKS sisanya pada semester delapan.

”Supaya mahasiswa termotivasi untuk gerak cepat. Kemudian, cara yang kedua, masih belum disahkan oleh senat, yaitu syarat kelulusan tidak harus skripsi, tapi bisa dengan mengerjakan proyek penelitian yang kemudian bisa langsung dipublikasikan dalam bentuk jurnal," jelasnya. (STV/TFA)