Cerita Ojek Mahasiswa: Dapat Orderan Alat Kontrasepsi hingga Membawa Penumpang Mabuk

Cerita Ojek Mahasiswa: Dapat Orderan Alat Kontrasepsi hingga Membawa Penumpang Mabuk

LPM Spirit - Mahasiswa
Sabtu, 28 September 2024

Ilustrasi – Seorang sedang mengantarkan barang pesanan kepada pelanggan. (Pixabay/@trongdat15)

WKUTM - Berstatus sebagai mahasiswa tidak selalu soal belajar dan mengejar nilai akademik semata. Bagi mahasiswa, dunia perkuliahan juga menjadi ruang untuk bisa mengatur waktu, menjalani berbagai aktivitas, dan tak jarang harus bekerja sampingan. 

Sebut saja SI, salah satu mahasiswi yang tak hanya menuntut ilmu di Universitas Trunojoyo Madura (UTM), tetapi juga bekerja sampingan sebagai ojek mahasiswa.

Sejak bulan November tahun lalu, tepat ketika ia baru menyandang status sebagai mahasiswa baru, SI memutuskan untuk mencoba peruntungan sebagai ojek mahasiswa. Awalnya, ia tertarik setelah melihat kakak tingkatnya bekerja sebagai ojek, dan terinspirasi untuk memulai usahanya sendiri. 

”Waktu itu, saya belum dibolehin bawa motor, jadi sering banget pakai jasa ojek mahasiswa buat kuliah dan kerja kelompok. Lama-lama, saya jadi tertarik ikut ngojek setelah lihat kakak tingkat yang juga ngojek,” cerita SI (25/9).

Sayangnya, ketika ia ingin bergabung di grup ojek mahasiswa, kuota admin sudah penuh. Tak putus asa, SI justru mengambil inisiatif untuk membuat grup ojeknya sendiri. Kini, ia menjadi pengelola dari grup ojek dan sudah memiliki sekitar 10 admin di dalamnya.

”Sudah hampir satu tahun saya membuat grup itu,” ucap mahasiswi angkatan 2023 tersebut.

Sebagai ojek mahasiswa, SI punya beragam pengalaman unik. Salah satu yang paling ia ingat adalah saat diminta mengambil suatu barang di sebuah desa, sekitar jam delapan sampai sembilan malam. Tawaran tersebut langsung diterimanya karena ongkos kirim ke tempat tersebut tergolong besar dan dirinya juga diiming-imingi tip oleh pelanggan.

”Sesampainya di tempat, saya disuruh ambil bungkusan plastik hitam dari seorang bapak-bapak, tapi rasanya agak mencurigakan. Ketika saya coba tanya ke si bapak, dia tidak menjawab. Akhirnya, saya bilang, ‘maaf, salah orang’ padahal sebenarnya saya tahu itu memang orderan saya,” cerita SI sambil tertawa.

Pengalaman lain yang cukup membuatnya kaget, adalah saat ia diminta membeli alat kontrasepsi di toko swalayan ternama. Awalnya, pesanan pelanggan tampak biasa saja, hanya susu, makanan ringan, dan kapas kecantikan. Namun, tiba-tiba si pelanggan mengirim pesan tambahan.

”Mbak, kalau sudah di kasir tolong fotokan ya.”
Usai mengirimkan foto saat di kasir, pesan baru muncul di gawainya. ”Isi pesannya begini, ‘Mbak, sekalian titip Fiesta (merek alat kontrasepsi) ya’. Ketika membaca pesan itu jujur saya kaget, karena takut orang-orang mengira saya yang beli,” kenang SI sambil tertawa. 

Meski begitu, ia tetap profesional dan mengantarkan pesanan sampai ke pelanggan yang sudah menunggunya di depan gang Texas, salah satu gang populer di dekat kampus.

Tak hanya itu, ada juga pengalaman kurang menyenangkan yang dialaminya. SI pernah mendapat orderan menjemput seorang pelanggan perempuan yang sedang mabuk.

”Waktu itu dia mabuk dan berakhir merangkul saya selama perjalanan. Saya sendiri sebenarnya tidak suka kontak fisik, tapi karena dia posisinya tidak sadar, saya harus maklum,” ceritanya.

Dari banyaknya pengalaman yang membuatnya kurang nyaman, SI mengaku betah dan senang menjadi ojek mahasiswa. Lantaran penghasilan yang didapatkan lumayan dan jam kerja yang lebih fleksibel. 

”Waktu itu pernah kerja di kafe, gajinya dihitung per-jam, dan hasilnya tidak terlalu besar menurutku. Beda cerita kalau ngojek, dari lima sampai 10 menit bisa dapat ribuan, bahkan puluhan ribu rupiah,” imbuhnya. 

Selain sibuk mengelola grup ojek dan kuliah, SI juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi kampus. Ia tercatat sebagai anggota dari tujuh organisasi. Lima di antaranya merupakan organisasi dalam kampus, dan sisanya dua organisasi eksternal kampus. 

Meski kelihatannya super sibuk, SI tetap bisa membagi waktunya dengan baik. ”Saya sebenarnya tipikal orang yang suka mepet-mepet deadline. Tapi semenjak ikut organisasi, jadi lebih tahu cara mengatur waktu antara kuliah, kerja, dan organisasi,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia juga memberikan pesan semangat kepada sesama mahasiswa yang mungkin merasa gengsi atau malu untuk bekerja sambil kuliah.

”Jangan gengsi soal ekonomi, terus semangat saja menjalani hidup. Yang penting, kita tahu apa yang kita kerjakan,” pungkasnya. (STV/UYA)