WKTUM – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) telah menerapkan sistem pinjam toga sejak Wisuda ke-XXXV. Adapun sejumlah wisudawan Wisuda ke-XXXVI mengeluhkan sistem tersebut lantaran menerima toga bekas wisudawan sebelumnya yang terdapat noda keringat, bau apak hingga ritsleting copot.
Rifki Alif Alfany, wisudawan Program Studi (Prodi) Teknik Mekatronika mengungkapkan toga yang diterima olehnya dari Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAK) dalam keadaan tidak layak.
”Toga yang diterima ada noda putih bekas keringat, rompi juga kotor dan baunya juga apak, mau tidak mau harus dicuci dan disetrika sebelum dipakai,” ungkapnya (24/8).
Meski menerima toga dalam keadaan demikian, Rifki tidak mengajukan tukar toga dengan yang layak ke BAK lantaran telah mendekati hari pelaksanaan wisuda.
”Sudah terlanjur, mepet dan BAK sudah tutup, jadi yang hanya bisa dilakukan cuci dan menyetrika sendiri,” tuturnya.
Mengenai toga yang diterima dalam keadaan tidak layak, dirinya menyayangkan pihak BAK yang dinilai tidak mengecek dengan teliti toga yang sudah dikembalikan setelah dipakai wisudawan sebelumnya.
”Mungkin karena masih baru berlaku mengenai kebijakan peminjaman toga, wisudawan sebelumnya mungkin beberapa ada yang tidak dicuci saat dikembalikan, tapi seharusnya dicek lagi oleh BAK,” ucapnya.
Senada dengan Rifki, Raihana Amiroh Dwi Putri, wisudawan Prodi Teknik Mekatronika juga mengungkapkan bahwa turut mendapat toga dalam keadaan tidak layak.
”Dapat topinya dalam keadaan kotor, seperti bekas keringat mungkin perawatan dari universitas juga kurang, jadi pada akhirnya saya cuci sendiri,” ungkapnya (24/8).
Terkait hal tersebut dirinya meminta pihak universitas melakukan pengecekan ulang terhadap toga-toga yang sudah dikembalikan oleh wisudawan sebelumnya.
”Sebaiknya universitas lebih mempersiapkan dalam melakukan pengecekan, dari mahasiswa juga harus saling bekerja sama untuk menjaga,” ucapnya.
Supriyanto, Kepala BAK sekaligus Ketua Pelaksana Wisuda ke-XXXVI mengungkapkan bahwa pihak BAK telah mencuci toga para wisudawan yang telah dikembalikan ke BAK. Ia menambahkan wisudawan tak diwajibkan mencuci toga sebelum dikembalikan.
”Walaupun sudah dicuci atau belum dicuci oleh mahasiswa, kami tetap mencucinya kembali ke laundry yang ada di Surabaya soalnya di sini mahal,” ungkapnya (24/8).
Terkait keluhan mahasiswa yang mendapatkan toga dalam keadaan tidak layak, Supriyanto mengaku pihaknya kewalahan dalam mencuci toga wisudawan, lantaran terdapat banyak mahasiswa yang mengembalikan toga secara terlambat.
”Bisa ditukar bagi yang dapat toga jelek, yang kotor itu dikarenakan telat pengembaliannya dari mahasiswa, mungkin toganya sebelumnya dibuat foto-foto dan dipakai juga oleh orang tuanya,” ujarnya.
Adapun Koordinator Cleaning Service, Dian, yang ditugaskan mengurus pencucian toga wisudawan oleh BAK mengungkapkan, rata-rata toga wisudawan yang dikembalikan dalam keadaan tidak layak. Ia menegaskan bahwa toga para wisudawan telah melalui pencucian secara khusus dan menggunakan setrika uap.
”Topi toga dikembalikan dalam keadaan banyak tempelan, semacam ada tulisan tahun 2024 dan apalah, laundry kita juga memilih yang khusus jadi tidak campur seperti mahasiswa biasanya,” ungkapnya (24/8).
Rifki berharap untuk ke depannya BAK dapat memastikan toga yang dipinjamkan pada wisudawan dalam keadaan layak pakai.
“Seharusnya tetap bisa dikondisikan, jumlah toga yang diterima dalam keadaan tidak layak banyak, padahal pengembalian toga bersamaan dengan pengambilan ijazah, seharusnya jumlah yang tidak layak itu sedikit,” ujarnya. (TFA/FRD)