WKUTM – Fasilitas asrama mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengalami kerusakan yang cukup parah hingga tidak layak digunakan sejak beberapa bulan terakhir. Kerusakan tersebut terdapat pada fasilitas kamar tidur, kamar mandi, plafon hingga air. Nahasnya, laporan dari kerusakan tersebut belum mendapat tindak lanjut oleh pihak rektorat lantaran terkendala anggaran. Saat ini UTM memiliki banyak tanggungan yang harus dibenahi, di antaranya di bidang akademik. Selain itu, asrama mahasiswa UTM tidak memiliki anggaran khusus karena tidak melakukan proses bisnis dengan mitra UTM. Akibat dari kendala anggaran ini, perbaikan untuk asrama tidak berjalan dengan maksimal dan warga asrama terpaksa tetap menggunakan fasilitas yang kurang layak tersebut.
Salah satu pengurus asrama mahasiswa gedung D yang enggan disebutkan namanya, menjelaskan jika terdapat fasilitas yang tidak dapat dipakai, namun tetap dipakai oleh mahasiswa termasuk kamar tidur yang tidak layak ditempati, kamar mandi rusak, dan air yang sering mati. Kerusakan tersebut belum diperbaiki karena terkendala pada pendanaan dan sudah terlalu lamanya bangunan asrama. Menurut keterangan yang diberikan dirinya, pengurus asrama telah melaporkan hal tersebut kepada atasan namun belum mendapat tanggapan lebih lanjut.
”Sering melapor tapi tidak ada tanggapan, dan tidak tahu alasan mengapa pihak rektorat belum menanggapi,” ujarnya (12/06).
Senada dengan pengurus sebelumnya, Nurqi selaku pengurus asrama mahasiswa gedung A mengungkapkan fasilitas asrama di gedung yang ia tempati cukup memprihatinkan. Pada gedung asrama yang ia tempati jumlah air tidak sesuai dengan kapasitas penghuni asrama, pintu kamar tidak layak pakai dan tidak bisa dikunci, ranjang tidur tidak layak pakai, lampu-lampu rusak, hingga aliran saluran pembuangan yang bocor dan menyebabkan rembesan ke dinding plafon, sehingga plafon roboh.
”Bahkan kemarin di gedung E terdapat plafon yang roboh karena saluran pembuangannya bocor,” ujarnya saat ditemui di asrama putra (12/06).
Lebih lanjut, Nurqi menjelaskan jika pengurus asrama biasanya membuat laporan mengenai kerusakan yang terjadi di asrama pada awal semester. Nantinya laporan-laporan tersebut direkap dan dilaporkan kepada direktur yang selanjutnya dilaporkan kepada Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3MP). Namun, hingga saat ini belum ada jawaban mengenai laporan-laporan yang telah disampaikan.
”Ya jawabannya iya, tapi tidak ada kelanjutannya, seperti hari ini, tanggal ini, akan kami turunkan, tapi tidak ada,” ungkap mahasiswa semester empat tersebut.
Sementara itu, Febrianu selaku warga asrama mengungkapkan lampu belajar di kamarnya tidak menyala sama sekali, sehingga mengganggu kegiatan belajar. Ia juga menuturkan jika kegiatan belajar dilakukan pada jam 10 malam dan menghidupkan lampu kamar, ditakutkan akan mengganggu warga asrama yang lain yang sedang beristirahat.
”Lampu belajar kan penting untuk mahasiswa apalagi sampai malam tapi awal-awal pindah ke kamar yang baru justru tidak nyala sama sekali, semisal jam 10 malam menyalakan lampu kamar malah tidak enak sama teman-teman yang ingin tidur,” ungkapnya (12/06).
Achmad Khozaimi, selaku pengelola asrama mahasiswa menjelaskan pihaknya hanya bertugas sebagai pelaksana kegiatan pendidikan karakter UTM Amanah Peduli Kreatif (APIK) di asrama mahasiswa dan koordinator Program Pembinaan dan Pendidikan Prestasi Akademik (PPKA), sedangkan perihal penanganan sarana dan prasarana dilaksanakan langsung oleh pihak rektorat.
”Terkait dengan sarana dan prasarana diserahkan langsung kepada pihak rektorat,” jelasnya (12/06).
Adapun menanggapi pengajuan dana yang dilakukan oleh pihak pengelola asrama putra UTM, Ari Basuki selaku Wakil Rektor ll bidang Umum dan Keuangan menginformasikan perbaikan akan diusahakan tahun ini. Ari menerangkan saat ini UTM masih memiliki banyak tanggungan yang harus dibenahi, terlebih di bidang akademik dibandingkan dengan asrama yang sifatnya karakter. Sejak ditetapkannya UTM sebagai Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU), Ari menyebutkan sektor yang difokuskan adalah di bidang pengelolaan keuangan.
”Kami masih memiliki tanggungan bersifat akademik yang harus diselesaikan, apalagi UTM sudah beralih dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Satuan Kerja (SATKER) menjadi PPK BLU,” ungkapnya (13/06).
Selain itu, Ari menjelaskan semua unit mendapatkan anggaran untuk perbaikan dan perawatan yang bersifat variatif dan tidak bisa disebutkan karena sudah disesuaikan ketika pembagian daftar isian pelaksanaan anggaran. Akan tetapi, asrama tidak mendapatkan anggaran karena asrama tidak melakukan proses bisnis dengan Mitra UTM. Adapun jika terdapat fasilitas yang rusak, maka UTM tetap bertanggung jawab.
”Semua unit itu dapat anggaran, akan tetapi kalau asrama tidak dikarenakan tidak melakukan proses bisnis dengan mitra UTM,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Ihwal harapan dari fasilitas asrama, Nurqi berkeinginan agar ke depannya fasilitas asrama ditingkatkan seperti sebelum pandemi Covid-19 yang mana asrama dapat digunakan kegiatan dengan lancar. Terlebih antusiasme penduduk asrama sangat besar terhadap kegiatan karena didukung oleh fasilitas yang memadai dan layak pakai. Namun, dengan adanya fasilitas yang sekarang ini, penduduk asrama tidak dapat melakukan kegiatan seperti semula.
”Dengan fasilitas yang sekarang ini warga kurang bersemangat karena fasilitas sekarang seperti ini dan kegiatan itu itu saja,” ujar mahasiswa angkatan 2021 tersebut. (LAT/IN/TAL)