WKUTM—Universitas Trunojoyo Madura (UTM) masih menduduki tahap penyelesaian dokumen administratif Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja (Satker) menuju DIPA Badan Layanan Umum (BLU). Penyelesaian dokumen administratif ini ditangani oleh tim implementasi yang terdiri dari lima Kelompok Kerja (Pokja) setelah disahkan melalui Surat Keputusan (SK) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Nomor 176 Tahun 2023 (22/05). Terhitung dua minggu sejak penetapan, UTM masih melakukan penyelesaian dokumen administratif yang nantinya dilanjut dengan menjalankan dan mengembangkan program BLU guna mengomersialkan gagasan enam sektor program percepatan UTM.
Ari Basuki, Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan menjelaskan BLU UTM nantinya terdiri dari lima Pokja, yakni remunerasi, Pokja tim tarif, Pokja tim Rencana Bisnis Anggaran (RBA), pokja tim Prosedur Operasi Standar (SOP), dan Pokja tim informasi. Ari mengungkapkan kelima Pokja tersebut saat ini sedang menghimpun bahan-bahan dalam pengimplementasian BLU.
”Kita sudah membentuk tim implementasi BLU yang diketuai oleh saya sendiri, Musyarofah sebagai sekretaris, Sofyan sebagai bendahara, serta Pokja yang memiliki satu koordinator masing-masing. Sejauh ini setiap Pokja sudah memberikan progresnya masing-masing, memang ada yang belum signifikan tapi sudah bekerja,” ungkap Ari di ruangannya (08/06).
Terkait rencana kerja sama bisnis pemasukan dan pendapatan UTM, pihaknya menjelaskan saat ini belum memasuki tahap tersebut lantaran tim implementasi BLU sedang berfokus pada penyelesaian administrasi, setiap Pokja dapat melanjutkan penyerahan proposal dalam menjalankan program BLU. Kendati demikian, pihaknya mengungkapkan, Kemenkeu akan melakukan sosialisasi pengelolaan keuangan BLU terhadap UTM pada tanggal sembilan Juni mendatang secara daring.
”Untuk saat ini kita fokus ke penyelesaian administrasi dulu, karena pokja-pokja masih perlu menyerahkan beberapa proposal ke pusat, sedangkan terkait pengelolaan keuangan akan ada sosialisasi dari Kemenkeu jumat besok yang dilakukan secara daring (meeting),” tuturnya (08/06).
Selain itu, Ari mengimbuhkan dalam waktu dekat setelah penyelesaian administratif, UTM akan menjalin kerja sama dengan bank yang ada di Indonesia. Namun karena setelah UTM berstatus BLU terdapat mekanisme dalam penentuan bank yang akan menjadi mitra UTM terkait pelaksanaan dan pengelolaan keuangan BLU, Ari menegaskan agar mekanisme tersebut tidak boleh diputuskan secara sepihak. Nantinya Pokja tim SOP akan merumuskan perihal penetapan bank dan dituangkan ke dalam peraturan rektor.
“Selama ini UTM maupun universitas lain sudah bekerja sama dengan bank dalam hal bank pembayaran UKT, pembayaran gaji. Kalau statusnya sudah BLU harus ada mekanisme untuk penentuan bank yang menjadi mitra UTM terhadap program BLU. Bisa jadi bank yang kemarin, seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) atau bank lainnya. Mekanisme itu tidak boleh diputuskan secara sepihak. Kita mengumpan pada seluruh bank dengan menetapkan kriteria-kriteria termasuk tahapan-tahapannya bagaimana ketentuan untuk penelitiannya itu semua nanti dituangkan dalam peraturan rektor,” imbuhnya.
Adapun enam sektor sebagai pengembangan UTM berbasis klaster meliputi, sektor garam dan tembakau; sektor pangan (jagung, singkong, tebu, sapi, hasil laut); sektor energi (migas dan energi terbarukan); sektor pendidikan (formal, informal dan non formal); sektor sosial, tenaga kerja dan wanita; dan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (seni, bahasa, budaya, jamu, batik, kuliner, infrastruktur, tata ruang, lingkungan, pulau-pulau kecil, teknologi). Pihaknya masih mengevaluasi keenam sektor tersebut, dikarenakan belum adanya Unit Pengelola Usaha (UPU) yang akan membantu bisnis enam sektor fokus UTM.
“Kita evaluasi lagi, karena dengan status BLU harus ada UPU. Kita akan membentuk satu Lembaga yang dinamakan UPU, nanti akan menaungi beberapa unit bisnis yang memang itu menjadi salah satu sumber pemasukan keuangan untuk UTM selain dari UKT,” ujarnya
Ari mengungkapkan bahwasanya tantangan setelah penetapan BLU, yakni penghentian (cut off) status Satker menuju BLU pada akhir bulan Juni. Penghentian tersebut bertujuan untuk menggunakan mekanisme keuangan dengan regulasi sesuai aturan BLU UTM pada bulan Juli nanti.
“Kita punya rencana cut off-nya, pada akhir Juni ini, di awal Juli kita sudah mekanisme keuangan menggunakan regulasi-regulasi BLU. Nah, ini tantangannya cukup berat, jadi kami bekerja ekstra karena saat ini di sisa waktu tiga minggu ke depan,” ungkap Ari.
Taufiqurrahman Hasbullah, selaku kepala Hubungan Masyarakat (Humas) dan Kerja sama memaparkan, UTM masih melakukan kerja sama dengan pihak sebelum UTM ditetapkan menjadi BLU, meliputi bidang akademik maupun industri. Perseroan Terbatas (PT) Sentra Vidya Utama (SEVIMA) Surabaya tersebut yang membantu UTM dalam menjalankan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), serta PT Anta Tirta Karisma Jakarta dalam mengembang potensi teknologi lahan dan pengembangan pergaraman.
”Saat ini kita masih menjalin kerja sama, salah satu di antaranya PT Sevima Surabaya, sebagai tempat magang, meningkatkan skill mahasiswa. Kemudian dari PT Garam Anta Tirta Karisma Jakarta dalam mengembangkan pergaraman,” ungkap Taufiq di ruangannya (6/06).
Berbeda dengan Ari Basuki, Taufiqurrahman menerangkan bahwa semua potensi lokal akan digerakkan dalam menunjang BLU, di antaranya yang sedang berjalan saat ini adalah bidang pegaraman dan komoditas jagung. Meskipun pegaraman belum memasuki tahap produksi, Taufiq membeberkan UTM telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menggerakkan pengembangan garam. Berbeda dengan komoditas jagung yang sudah memasuki tahap produksi, tetapi belum bisa dipasarkan.
”Kita sudah melakukan kerja sama dengan PT Garam, dan PT Anta Tirta, serta Australia. Nantinya bisa menumbuhkan potensi pergaraman yang ada Di Madura. Jagung sendiri sudah diproduksi, lahannya di Sumenep dan Tragah Bangkalan. Hanya saja masalahnya jagung untuk bisa mendapatkan legalitas dari pemerintah, perlu ada sertifikasi,” ungkap kepala Humas dan Kerja sama UTM tersebut.
Terkait tantangan dalam menjalankan bisnis BLU, Taufik mengungkapkan UTM sedang melakukan inventaris terkait potensi yang dimiliki Madura dan mengolaborasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam hal meningkatkan penyadaran kepada masyarakat.
”Iya, kita gali lagi potensi yang ada, baik dari sumber daya alam maupun SDM-nya. Sehingga bisa bersinergi maju bersama-sama, masyarakat untuk bisa mengaplikasikan teknologi yang sudah dihasilkan oleh UTM kan tidak gampang, perlu sosialisasi kembali,” imbuh Taufik.
Terkait harapan, Ari Basuki berkeinginan agar dalam proses administratif maupun implementasi, diberikan kelancaran sehingga bisa bermanfaat terhadap civitas academica UTM.
“Harapan kami semua prosesnya bisa berjalan dengan baik, tidak terjadi kendala, baik dalam transformasi, aspek keuangan. Sehingga UTM bisa sukses mengimplementasikan BLU untuk kemajuan UTM ke depannya,” pungkasnya.(AI/KHA/AHR)