Tetapkan PTM, UTM Siapkan Prokes dan Sistem Pembelajaran

Tetapkan PTM, UTM Siapkan Prokes dan Sistem Pembelajaran

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 11 Februari 2022

WKUTM - Universitas Trunojoyo Madura (UTM) akan menggelar pelaksanaan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) secara Luar Jaringan (Luring) 100 persen, merujuk pada Surat Keputusan (SK) rektor nomor 6/UN46/HK.01/2022 (07/02). Kebijakan ini dipertimbangkan dari turunnya level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Bangkalan ke level 2 dan capaian vaksinasi sivitas akademika UTM 80 persen. Adapun PTM ini direncanakan akan dilaksanakan pada 21 Februari mendatang.

Deni Setya Bagus Yuherawan, selaku Wakil Rektor (Warek) I Bidang Akademik mengungkapkan bahwa, PTM yang akan dilaksanakan pada 21 Februari mendatang ini memiliki nilai plus daripada PTM saat 2018. Di antaranya, mahasiswa yang tidak menghadiri perkuliahan dengan keterangan sakit dapat mengikuti perkuliahan Dalam Jaringan (Daring). Sedangkan, pengerjaan skripsi harus dilaksanakan secara Luring tanpa harus memenuhi izin orang tua dan mendapatkan vaksin kedua. 

”Untuk sistemnya, nanti dosen akan menjelaskan materi melalui laptop yang terhubung dengan Google Meet bagi mahasiswa yang tidak bisa mengikuti perkuliahan secara Luring,” ujarnya (08/02).

Supriyanto, selaku Kepala Biro Akademik, Administrasi, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem Informasi (BAAKPSI) menjelaskan bahwa, meskipun PTM dilaksanakan secara Luring 100 persen, durasi perkuliahan dibatasi enam jam dalam sehari. Dirinya juga membeberkan, ada fasilitas tambahan untuk Protokol Kesehatan (Prokes), yakni minimal dua alat ukur suhu di setiap gedung. Selain itu, mahasiswa diminta membawa sertifikat vaksinasi asli untuk antisipasi adanya eror  pada akun PeduliLindungi.  

”Perkuliahan hanya enam jam sehari, sehingga fakultas harus menginisiasikan pengurangan jam perkuliahan menyesuaikan dengan ruang. Mungkin nanti diberi tugas atau apa untuk mengganti jam tadi, karena kalau tidak dikurangi tidak bisa PTM 100 persen,” bebernya (08/02).

Lebih lanjut, Supriyanto menuturkan bahwa, pengecekan suhu, scan barcode
PeduliLindungi, dan pengecekan sertifikat vaksinasi nantinya dilakukan di masing-masing gedung fakultas. Selain itu, nantinya mahasiswa akan dikonfirmasi lagi di dalam kelas untuk mengantisipasi adanya pelanggaran Prokes.

Supriyanto menyebutkan, tidak ada batasan maksimal mahasiswa dalam ruangan. Namun, ruang perkuliahan akan didesain duduk berjarak dan penyemprotan disinfektan setiap selesai perkuliahan. Jika diperlukan, fakultas diperbolehkan menambah ruang kelas. Adapun terkait sistem perkuliahan, dirinya berharap agar setiap fakultas mengikuti kebijakan yang sama dengan yang telah disepakati.

”Seharusnya sama semua pelaksanaannya di tiap fakultas, tapi masih dirapatkan lagi. Ditakutkan mahasiswa ribut mengenai hal itu,” pungkas pria kelahiran Nganjuk tersebut.

Tanggapan dari Berbagai Pihak

Novi Diana Badrut Tamami, selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) Agribisnis mengungkapkan UTM masih belum layak dan optimal jika melaksanakan perkuliahan Luring 100 persen. Menurutnya persiapan yang dibutuhkan sangat banyak untuk melaksanakan Luring dan mengingat kenaikan  penyebaran Corona Viruses Disease 2019 (Covid-19).

”Pembelajaran dengan sistem Luring-Daring tidak akan optimal, karena kemungkinan mahasiswa Daring hanya dibagikan materi lewat Google Classroom saja,” ungkapnya (10/02).

Dari pihak mahasiswa, Natahliya Nor Aisah, sebagai salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknologi Industri Pertanian (TIP) menilai informasi PTM ini mendadak, terlebih lagi penyebaran Covid-19 varian Omicron lebih cepat daripada Delta. 

”Kalau UTM memang ingin perkuliahan secara Luring, dicoba satu sampai dua bulan terlebih dahulu untuk melihat progres penyebaran Omicron,” tutur mahasiswa asal Mojokerto tersebut (10/02). 

Adapun Sindi Novitasari, selaku mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, kebanyakan perguruan tinggi membatalkan PTM karena lonjakan kasus pandemi. Sindi mengungkapkan apabila tidak sedikit mahasiswa yang tidak diketahui latar belakang penyebaran virus di lingkungannya masing-masing.

”Penyebaran Omicron sedang naik, universitas lain banyak yang membatalkan perkuliahan Luring. Selain itu, banyak mahasiswa dari luar kota atau bahkan luar pulau yang tidak diketahui latar belakang kasus Covid-19 di lingkungannya,” jelasnya (10/02).

Sampai berita ini terbit, Ningwar, selaku Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 UTM belum memberikan keterangan apa pun. (Hom/Ahr)