Peran Organisasi Eksternal di Universitas Trunojoyo Madura Nyata Adanya

Peran Organisasi Eksternal di Universitas Trunojoyo Madura Nyata Adanya

LPM Spirit - Mahasiswa
Minggu, 22 Desember 2019



Secara langsung, peran Organisasi Ekstra Kampus (Ormek) di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) memang tidak ada. Pasalnya, sampai akhir tahun ini rektor UTM, Syarif, belum mendirikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baru yang berhaluan empat pilar kebangsaan. Jika nanti ada, sesuai instruksi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, UKM ini beranggotakan kader Ormek yang ada di kampus dan mahasiswa biasa. Namun, tidak bisa dipungkiri, dari tahun ke tahun peran Ormek di UTM sangat signifikan.

Catatan devisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dari awal tahun 2019, dimulai dari terpilihnya Jailani sebagai presiden mahasiswa, bahwa pergerakan Ormek di UTM terus berkembang dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti: Jailani yang saat itu aktif di UKM kesenian Nanggala, dipilih oleh salah satu Ormek untuk menjadi calon presiden mahasiswa. Bahkan, Jailani secara terang-terangan mengungkapkan kepada Litbang kami, dia diusung dan akan didukung sepenuhnya. Walaupun, masih dengan Jailani, dia mengaku sudah lama tidak aktif di almamater luarnya.

Benar saja, Jailani Muhtadhy dan pasangannya Alfiyatur Khairiyah unggul 1.220 suara dari saingannya, Abdus Salam – Inasa Kartika. Setelah dinyatakan menang oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM), kami mencoba mewawancarai Jailani secara eksklusif – untuk menanyakan apa saja yang ingin dikawal pada periodenya. Hal ini tercantum di berita Warta UTM yang berjudul ”Mengawal Kerja Presiden Mahasiswa Terpilih”.

Beranjak dari Jailani, karena kinerjanya akan kami soroti secara lebih di artikel lain, yang menyoal kinerja badan kelengkapan setahun penuh.

Kembali pada masalah Ormek di UTM, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah Ormek yang ada di sekitar UTM. Namun, kalau boleh jujur, yang sedikit bersenggolan (berdinamika) adalah HMI vs dan PMII. Bahkan, isu ini juga sampai di telinga jajaran rektorium. Kami mengetahui hal ini setelah salah satu staf dari Biro Akademik Administrasi Kemahasiswaan dan Perencanaan Sistem Informasi (BAAKPSI) menceritakan keresahannya kepada Litbang kami.

Pertarungan Ormek

Bukan rahasia lagi, jika satu Ormek dengan lainnya sering terjadi pertarungan, ihwal kader dan banyaknya suara lebih jelasnya. Badan kelengkapan kampus, adalah ring yang abadi, tempat pertarungan kader-kader Ormek yang memang butuh mengabdi kekuasaan.

Seperti cerita Jailani tadi yang diusung oleh PMII. Sosok-sosok lain, seperti gubernur mahasiswa di tiap fakultas, himpunan mahasiswa, bupati mahasiswa, masih marak muncul tokoh dari Ormek tertentu
.
Sebenarnya, kami sendiri tidak bisa menyalahkan hal tersebut. Pasalnya, sedari awal mahasiswa baru memang dicekoki bahwa kampus adalah miniatur kecil sebuah negara. Singkatnya, kami menyebut Ormek kalau di kontestasi nasional perannya tak jauh beda dengan partai politik. Selain itu, toh Ormek juga memiliki ideologi masing-masing yang sama baiknya.

Namun, yang kami sayangkan adalah tidak sehatnya dinamika kaum akademisi nan intelektual (katanya) yang terkontaminasi dengan nuansa politik. Bagaimana tidak, marwah ideologi tiap kader Ormek tertentu bisa goyah dengan urusan jabatan di badan kelengkapan kampus.

Dalam hal ini, kami pernah mencoba bertukar pendapat dengan salahsatu dosen Fakultas Hukum, Encik Fauzan Muhammad di kediamannya langsung. Pihaknya secara terus terang meyangkan marwah Ormek sekarang yang orientasinya pada politik praktis. Hal ini Encik utarakan menyikapi atas banyaknya bendera-bendera Ormek yang menghiasi sepanjang jalan menuju kampus.

Sejujurnya, kami juga tidak mempermasalahkan pertarungan antar Ormek dalam kontestasi perpolitikan kampus. Pasalnya, John Rawls dalam teori keadilan menyatakan bahwa semua memiliki kesempatan yang sama untuk menang, perihal menang atau tidak adalah lain cerita, karena telah ada kesamaan kesempatan.

Hal ini sekaligus menyikapi Ormek ini mendukung paslon ini, Ormek itu mengusung sosok itu. Hendak kami tolak rasanya cukup mustahil, karena virus ini sudah mengakar di tiap Ormek sampai ke jantung para kader-kadernya.

Hegemoni Ormek

Menindaklanjuti virus yang telah mewabah, ada sebuah problematika dan fenemona Ormek yang menghegemoni. Karena banyaknya massa yang dimiliki, juga posisi strategis yang telah diduduki Ormek tertentu.

Fenomena semacam ini seolah menjadi tabiat manusia, berindikasi menguasai karena memiliki banyak anggota. Antonio Gramsci dalam beberapa bukunya seperti ”Catatan-catatan dari Penjara” dan ”Negara dan Hegemoni”, menjelaskan bagaimana hegemoni bekerja. Bahkan Prison Notebooknya, Gramsci, digadang menjadi buku abadi.

Namun, kami ingin menyoroti ihwal hegemoni kekuasaan. Seperti, dominasi PMII di UTM. Ceritanya seperti ini, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM) sama-sama dari PMII. Tidak memungkiri, ada kemungkinan kebijakan badan kelengkapan ini, akan lebih condong kepada almamater luarnya.

Dinamika semacam ini kurang baik, karena sejarah di Indonesia pernah mencatat, partai bergambar pohon beringin pernah mendominasi negara sebelum Orde Baru (Orba) runtuh.

Menyikapi hal ini di lingkungan UTM, hendak menawarkan solusi agar badan kelengkapan kampus dibubarkan atau calonnya harus independen, pasti dianggap tidak masuk akal. Lalu, hemat yang bisa kami utarakan adalah, untuk segera menyudahi dinamika semacam ini. Pembagian kekuasaan dengan porsi tertentu, bisa dipertimbangkan, agar ada saling mengontrol sama lain.

Walaupun, kami sendiri sedikit meragukan, karena Gramsci memiliki teori keberlanjutan sejarah. Lalu, apakah nanti di tahun 2020 badan kelengkapan kampus akan dikuasai Ormek tertentu?

Wallahualam.

Demonstrasi Ormek

Kami berani mengatakan, semua demo yang terjadi di tahun ini diprakasai oleh Ormek, hampir tidak ada yang lahir dari mahasiswa abu-abu, istilahnya. Lebih jauh, ada selentingan, itu demonya Ormek itu, itu Ormek ini yang melakukan demo.

Dalam catatan kami, dimulai bulan Februari ada aksi massa yang diinisiatori oleh HMI. Tepatnya, demo tersebut menyikapi isu perjanjian pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) multifungsi. Pada berita yang kami terbitkan dengan judul ”Aksi Mahasiswa Tuntut Transparansi Kerjasama Pembuatan KTM” – merupakan demo yang dicetuskan oleh kader-kader HMI.

Selanjutnya, ada demo terkait indikasi korupsi oleh BAAKPSI. Memang, demo tersebut berawal dari Jailani yang mendapatkan print out kejanggalan anggaran BAAKPSI. Selain itu, Jailani lebih memilih mengajak anggota BEM yang dominan dari PMII. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak ada kader selain PMII yang ikut demo. Selang beberapa hari, mereka kembali demo, dengan tuntutan pemberhentian Wakil Rektor III, yang waktu itu diduduki oleh Boedi Mustiko.

Selanjutnya ada demo ke jantung rektorat oleh HMI cabang Bangkalan. Jelas sudah perkara ini, HMI yang sedang demo. Eh HMI yang sedang demo, malah didemo balik oleh PMII yang terjalin dengan BEM.

Memasuki bulan September, ada demo kecil-kecilan, yang pesertanya sangat sedikit. Demo ini dominan diikuti oleh mahasiswa yang tidak tergabung dalam ormek tertentu. Aksi gerakan seribu tanda tangan untuk dukungan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sedang digerogoti rezim ini sepi peminat.

Masih di bulan September, ada demo terbesar dari UTM, yaitu peristiwa September berdarah. Namun, kenyataannya, demo ini pecah menjadi dua bagian, ke Surabaya yang banyak diikuti oleh kader-kader PMII dan di Bangkalan sendiri yang diikuti oleh kader HMI, GMNI – sedang dari IMM tidak dalam pengamatan kami.

Terakhir, demo di Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB). Faktanya, demo ini adalah ide dari PMII, bahkan, demo ini tercetus karena masalah di fakultas tersebut, tapi ada massa dari fakultas lain, semacam massa bayaran istilahnya.

Semua demo yang kami paparkan di atas, berhasil kami kawal.

Harapan untuk Ormek Kedepannya

Sekaligus menjadi akhir kata – kami tidak berharap apa-apa, karena kami tahu ujungnya akan sia-sia dan membuat kami sakit hati.

Panjang umur niat baik!