Peta titik access point di UTM. Foto: Dya.
|
WKUTM – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) memiliki 100 access point Wireless Fidelity (WiFi) yang tersebar di seluruh kampus. Namun, beberapa pihak menilai koneksi jaringan di UTM masih buruk. Hal ini menjadi tugas tambahan untuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Komunikasi (Puskom) – seperti dalam catatan Lembaga Pers Mahasiswa Spirit Mahasiswa (LPM SM) pada maret lalu, pihak Puskom masih memiliki tugas untuk mengatasi akses poin liar di UTM.
Sebagaimana yang
dikeluhkan Na'riful Ilmiah, mahasiswa Agribisnis ini merasa jaringan WiFi UTM kecepatannya masih sangat lamban, ”WiFi
UTM masih lemot, jadi saya lebih sering memakai kuota internet sendiri yang lebih cepat,” ujar mahasiswa asal Tuban tersebut.
Tidak hanya itu,
Wahyudi, mahasiswa Teknik Informatika juga mengatakan kecepatan jaringan WiFi
UTM masih lamban sehingga berdampak pada proses pembelajaran, "WiFi di
RKB-F dominan lamban dan jangkauan WiFinya masih jauh, biasanya kalau di lantai
dua tidak tersambung sama sekali. Itu membuat kesusahan kalau ingin download
materi buat perkuliahan," ujar mahasiswa semester tiga tersebut.
Hal yang sama
juga dirasakan oleh Evi Dwi, mahasiswa Agribisnis ini mengatakan "WiFi-nya kurang menjangkau ke semua area kampus,
apalagi di RKB-I. Di jam perkuliahan berlangsung otomatis mengutamakan WiFi kampus, tetapi
WiFi-nya lamban. Aktivitas belajar jadi terganggu," keluhnya.
Hingga saat ini,
jaringan WiFi di UTM berlangganan pada Telkomsel untuk pengisian kuota
internet. Keseluruhan dana yang dihabiskan untuk pelayanan WiFi, enggerning
network UPT Puskom, Riski Giftiandyoko, mengatakan kurang lebih satu miliyar pertahun. Namun, mengenai rincian biaya bandwidth
tiap tahun, pihaknya enggan untuk
menjelaskan.
”Untuk biaya bandwidth tiap tahunnya, kita tidak bisa memberi
tahu karena sudah ada perjanjian dengan atasan,” ujarnya. Sedangkan untuk biaya perangkat yang
digunakan, menurutnya, relatif tinggi. Yakni sekitar satu sampai lima
juta, tergantung dari tipe access point yang dipakai.
Menanggapi keresahan mahasiswa terkait lambannya jaringan WiFi UTM, pihak Puskom juga mengakui kalau pelayanan WiFi
untuk seluruh mahasiswa UTM dinilai masih kurang maksimal. Sebagaimana yang diungkap Riski, menurutnya setiap point access hanya mampu menampung 50 perangkat, ”jika melebihi itu, koneksi WiFi bisa menjadi
lamban,” ujar
Riski saat ditemui di ruang kerjanya, pada (5/12).
Selain itu, Riski juga menjelaskan kalau ada faktor lain yang juga membuat jari
WiFi menjadi lamban, diantaranya adalah jenis perangkat yang dipakai oleh
mahasiswa, jarak jangkauan WiFi, dan interferensi point access itu sendiri. Selebihnya, pria asal Bangkalan itu menilai perlu ditambahnya point
access untuk menunjang kelancaran pembelajaran,
khususnya di RKB.
”Rencana kedepan
yaitu tiap kelas di RKB ditambah access
point lagi,” harapnya. (Wid/S/Bii)