WKUTM – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) harus
mengeluarkan dana sebanyak Rp 1,1 miliar untuk penambahan daya di gardu kampus
dari 1.385 Kilo Volt Ampere (KVA) menjadi 2.770 KVA, pada (20/11). Beban
tanggungan biaya harus ditambahkan dalam rata-rata pengeluaran listrik perbulan
sebesar Rp 253.921.858,- Penambahan daya dilakukan sebagai upaya penanggulangan listrik padam
secara mendadak sebab
beban arus berlebihan.
Seperti yang dikatakan Staf Unit Layanan
Pengadaan (ULP), Amrin Rozali, bahwa penambahan daya memang diperlukan
seiring dengan kebutuhan peralatan elektronik yang bertambah. Pihaknya juga menambahkan total dari dana Rp 1,1 miliar tersebut dengan rincian 800 juta rupiah untuk penambahan daya
dan 300 juta rupiah untuk
pembelian komponen.
”Memang daya harus ditambah agar listrik
tidak tiba-tiba mati dan juga penambahan kebutuhan
peralatan elektronik ketika ada gedung baru,” jelas Amrin saat ditemui di ruang kerjanya (29/11).
Amrin menambahkan jam sibuk perkuliahan
menjadi puncak beban daya listrik, hal itu karena penggunaan barang-barang elektronik yang memerlukan daya
tinggi seperti Air Conditioner (AC), lift dan Proyektor. Pihaknya
mengungkapkan telah berupaya untuk menghemat konsumsi listrik dengan memasang
lampu jalan menggunakan solar cell. Namun
pengembangan langkah tersebut terhalang oleh biaya yang mahal.
”Langkah penghematan sudah ada, lampu-lampu
jalan sudah kita pasang solar cell, selebihnya
gedung-gedung lainnya tidak ada karena biaya pemasangan yang mahal, kita tidak
mampu,” keluhnya.
Amrin, menambahkan keterangan bahwa penggunaan
lift menjadi salah satu besarnya
konsumsi listrik. Lebih
lanjut, ia menghimbau untuk
menggunakan tangga dibandingkan
lift agar menjadi gaya hidup sehat sekaligus upaya menghemat konsumsi listrik.
”Dosen dari Fakultas Teknik, pernah menghitung besar biaya
posisi lift saat sedang naik setara Rp.10.000. Untuk menghemat, kembali
kepada kesadaran kita masing-masing. Sebaiknya penggunaan lift hanya sampai lima lantai, karena besarnya biaya lift tergantung beban angkutan dan
tinggi lantai yang dituju. Selain
itu juga memprioritaskan usia senja,
ibu hamil dan disabilitas untuk menaiki lift,” tambahnya.
Kepala Sub Bagian (Kasubbag)
keuangan Biro Umum Keuangan
(BUK), Mudassir, mengungkapkan
bahwa dana untuk
pembayaran listrik diambil dari subsidi pemerintah. Adapun perincian pembayaran sebagai berikut; Januari
Rp. 279.306.000,- Februari Rp. 201.102.000,- Maret 232.266.000,- April Rp.
274.014.000,- Mei Rp.261.078.000,- Juni Rp.269.698.000,- Juli Rp.178.869.720,- Agustus
Rp.194.010.720,- September 262.889.000,- Oktober 295.070.280,- November Rp.344.836.720.- total biaya listrik Januari hingga November sebesar Rp.2.793.140.440.- Lebih lanjut, Mudassir menambahkan
bahwa biaya tersebut
naik turun sesuai dengan jadwal perkuliahan.
Duta Fakultas Hukum 2019, Deby Salsabila
Maulidia Aji,
mengungkapkan perihal kesadaran
menghemat konsumsi listrik harus dilakukan oleh berbagai pihak. Penghematan tersebut harus dilakukan mulai dari hal-hal kecil seperti mematikan lampu jika
tidak terpakai. Ia
berharap jika besarnya pengeluaran biaya listrik harus sesuai dengan efektifnya
fasilitas elektronik kampus.
”Besarnya biaya pengeluaran listrik harus sebanding dengan perawatan terhadap barang
elektronik, karena banyak AC yang tidak bekerja dengan baik, transparansi biaya juga perlu,” ungkap
mahasiswa asal Gresik tersebut. (Uyaa/Tim/Wuk)