Pengarang : Rupi Kaur
Judul asli: Milk and Honey
Penerjemah : Daniel Kurnia
Genre : Puisi
Penerbit : Bahasa Indonesia : PT.Gramedia
Halaman : 208hlm
Cetakan pertama, Mei 2018
Buku Susu dan Madu merupakan buku dengan banyak peminat yang masuk dalam
kategori New York Times Best Seller. Kumpulan puisi tentang cinta,
kehilangan, trauma, pelecehan, pemulihan, dan menjadi perempuan ini terbagi menjadi empat bagian. Antara lain
luka, cinta, kehancuran, dan hari baru. Pada halaman pertama, buku ini dibuka
dengan sebuah puisi :
mengapa sungguh mudah bagimu
bermurah hati dengan orang asing tanyanya
madu dan susu pun menitik
dari bibirku ketika aku menjawabnya
karena selama ini orang-orang
tega padaku -hlm11
Serpihan puisi kategori luka, menggambarkan curahan dari
perasaan perempuan terhadap ketakutan serta kebencian. Salah satunya terkait
pelecehan maupun pemerkosaan, di mana dua hal tersebut mampu mengkoyak-koyak
jiwa gadis yang merasa hampa. Disebutkan bahwa, dalam seks keduanya harus setuju. kalau salah satunya diam saja ... itu
pemerkosaan -hlm. 22.
Namun, kita dihadapkan pada kenaifan dan paradoks ketika
bicara mengenai persetubuhan dengan posisi suka sama suka. Oleh karena itu,
penulis mengkritik perempuan yang begitu mudah bercinta dengan tiap-tiap
pasangan yang dicintainya. Sehingga dalam sebuah penggalan puisi tertulis, kau telah diajari bahwa kedua tungkaimu
merupakan perhentian singkat bagi para lelaki.....meski tiada satu pun yang
datang dan berniat menetap -hlm13.
Ketika hal seperti itu sudah terjadi. Buku ini juga menyorot
peran seorang ayah yang mestinya memberi perhatian lebih terhadap anak
gadisnya. anak gadis mestinya tak perlu
mengemis perhatian dari ayahnya -hlm28. tiap
kali kau nasihati putrimu, kau meneriakinya karena sayang. kau ajari putrimu
bahwa marah tandanya sayang, yang sekilas kedengarannya masuk akal. hingga
kelak ia dewasa, percaya pada lelaki yang melukainya. karena mereka begitu
mirip denganmu. -kepada para bapak berputri -hlm19.
Maksud dari puisi-puisi tersebut merupakan harapan penulis
agar para ayah tahu bahwa anak perempuannya membutuhkan kasih sayang tanpa
harus meminta. Dengan itu diharapkan anak perempuan dapat terhindar dari
tangan-tangan yang salah.
Adapun setelah membahas tentang luka, penulis masih percaya
dengan cinta. Kategori ini dibuka dengan puisi cinta dari seorang ibu. kemudian
dilanjutkan dengan puisi bagaimana seharusnya sebuah bentuk dari cinta dan
bagaimana cinta melebur menjadi suatu cumbuan yang dikatakan bercinta. Puisi
ini masih percaya akan hal-hal yang berbau cinta murni
cinta akan datang. dan
ketika cinta datang. cinta akan memapahmu. cinta akan memanggil namamu. dan kau
akan luluh. meskipun kadang cinta melukaimu. cinta tak bermaksud begitu. cinta
takkan menipumu. karena cinta tahu hidupmu
sudah cukup berat
Setelah disajikan tentang cinta, maka kita dihadapkan dengan
akibat dari cinta itu sendiri, yakni
kehancuran. Pada bab kehancuran, kita akan melihat puisi yang berisi
tamparan tentang harapan dan cinta yang berujung penyesalan. Hancur karena
kepergian, kehilangan, patah hati, semuanya tertulis dengan indah dalam
puisi-puisi pendek, maupun panjang. Di akhir, penyair menulis , cara mereka pergi menjelaskan segalanya -hlm.143
Namun pembaca tak
dibiarkan begitu saja setelah itu. Pasca kesakitan, kita dihadapkan dengan
puisi kebangkitan di hari baru. Penulis menjelaskan tentang kodrat, rasa
syukur, keikhlasan, dan bagaimana memulai hal-hal yang sebenarnya lebih dari
pantas untuk seorang pembaca dapatkan. Di bab ini, pembaca akan mengalami
perenungan di setiap kalimat, seperti, terima
dirimu sebagaimana kau diciptakan -hlm.172 atau, enyahkan rambut dan tubuhmu, kalau memang itu maumu. biarkan pula ia
tumbuh lebat kalau memang itu maumu -tubuhmu milikmu -hlm.176.
Berbicara tentang buku Susu dan Madu ini, kita akan
menemukan semua tulisan yang tidak menggunakan huruf besar. Rupi Kaur
beranggapan kalau hal itu merupakan gambaran dari kesetaraan antar kata dan
huruf. Buku ini juga mengarah ke hal-hal feminis yang mendobrak mindset dimana
wanita digambarkan tidak pernah merasa puas, rapuh dan mudah hancur. Puisi ini
mencoba membuka pikiran, hati, serta membuat wanita sadar atas keberhagaannya
di era sekarang (dimana wanita masih dianggap tak tahu harus melakukan apa).
Pada dasarnya, feminisme telah mencoba mebdobrak dunia.
Namun untuk hal-hal rasa insecurity masih melekat pada jiwa wanita yang
meyakini keburukan dan kekurangan. Akhirnya ia beranggapan bahwa seorang wanita
benar-benar lemah dan tak sekuat apa yang lebih bisa dilakukannya.
Bukan hanya tentang itu, buku ini juga ingin membantu jiwa
wanita yang terkoyak dan menjadi rapuh karena pelecehan maupun pemerkosaan.
Oleh karenanya, banyak tertulis puisi tentang dukungan-dukungan untuk para wanita
agar mereka lebih tangguh dan kuat dan saling mendukung satu sama lain. kita semua bergerak maju, kalau kita akui
betapa tangguh dan berani para perempuan di sekitar kita –hlm. 191.
Buku ini begitu mudah dipahami ditambah dengan ilustrasi
gambar dari penulis sendiri. Dengan tatanan bahasa sederhana yang tak berbelit,
puisi ini menghindarkan kita dari kebosanan. Hanya saja, buku ini tak bisa
dinikmati untuk semua kalangan karena dikhususkan untuk pembaca usia 17 tahun
ke atas. Sebab dalam buku ini terkandung makna-makna dewasa tentang percintaan
dan seks yang masih dianggap tabu untuk
anak-anak. di sisi lain, buku ini sangat membantu para remaja sebagai sex education dan langkah masif untuk
mencegah kekerasan seksual.
Bisa dibilang, buku
ini benar-benar membantu menyadari kegilaan yang telah dibuat manusia dan
banyak membantu kita, terutama wanita untuk lebih menghargai diri, dan memaknai
hidup.
Diresensi oleh : Bena Icha
Anggota Mangang LPM-SM