Melankolia Petualangan Jiwa

Melankolia Petualangan Jiwa

LPM Spirit - Mahasiswa
Minggu, 13 Oktober 2019
Buku Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya


Judul : Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya
Pengarang : Gunawan Maryanto
Isi : 83 halaman
Penerbit: Basa-basi
Cetakan: pertama
Kategori : kumpulan puisi

... Setidaknya ia menggambarkan sebuah perjalanan yang tak berujung- perjalanan saya pribadi dalam menemu puisi, perjalanan perasaan-perasaan saya waktu itu.

Begitu kiranya yang dituliskan Gunawan dalam kata pengantar kumpulan puisi tersebut.
Tidak bisa dipungkiri, perjalanan selalu menyisakan perasaan yang ikut berpetualang. Hal tersebut dapat ditemui dalam puisi-puisi Gunawan. Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya, sebuah garis waktu perjalanan sejak tahun 2002 hingga 2008.

Dalam perkembangan ranah puisi Indonesia, tema-tema romantisme tidak pernah mati, meskipun di waktu-waktu sebelumnya tema spiritual dan seksualitas turut meramaikan perkembangan perpuisian Indonesia.
Apa yang didapat setelah pembaca selesai menuntaskan membaca puisi? Penulis mampu menghadirkan perasaan yang seringkali lahir secara tiba-tiba, melalui penginderaan dan diksi-diksi yang dituliskan.

Ilusi indera lahir, kemudian pembaca menafsirkan tanda yang timbul baru dapat dimengerti arti dari sebuah puisi. Terlihat pola yang tidak bisa dikatakan simpel, namun sejatinya hal tersebut merupakan suatu kesatuan. Ketika membaca puisi, memori otak akan memproses lema demi lema yang ada untuk saling menghubungkan dan memahami makna yang ada.
Lalu bagaimana sebuah perasaan muncul ketika membaca puisi? Inilah salah satu tugas penyair, dirinya harus mampu mengolah diksi dan ilusi penginderaan sehingga ketika dibaca secara otomatis indera secara refleks terhubung dan mengirim impuls yang tidak disadari turut memunculkan perasaan pada jiwa seseorang.

Dalam 31 puisi ini, penyair seolah merangkai jalinan perasaan yang timbul. Lalu dirangkai satu persatu hingga menjadi sebuah perasaan yang seolah-olah berpetualang.

Hujan deras menghapusmu di stasiun// kata-kata tak jelas/ : percakapan kapal dan badai// tak pernah sampai ke pantai /tercecer di lantai peron// ada yang ditiup keras-keras, sekali tak mau pergi/ biji-biji mataku, dua genggam tanah kuburan/ menangisi kematian// lalu kau menciumnya, begitu terburu/ seperti takut ada yang keliru//.

Diawali dengan sebuah puisi di atas, berjudul Berangkat, ia menggambarkan bagaimana kegamangan ketika dipaksa untuk meninggalkan. Sebuah ketidakrelaan untuk melepas namun diburu suatu hal yang mengharuskan untuk sama-sama meninggalkan.
Dari gambaran penginderaan, dapat diketahui bahwa terdapat sebuah pesan yang tidak tersampaikan dengan baik, dikonotasikan dengan ungkapan tercecer di lantai peron.

Dalam puisi Perkara Lama, Gunawan seolah memutar kembali kenangan yang pernah ada dan kenangannya tidak pernah selesai. Ketika seseorang menjadi lebih tua, bahkan kenangan tetap lekat ia masih terus menjelma jadi lebih muda dari usia.

Apa kabarmu, lama aku tak menyentuhmu/bercak putih itu/ apa masih bertahan di jempolmu// kita menua di ruang yang sama/ cepat lupa dan tak waspada/ tak awas pada logika/ padahal ada yang belum usai dan bahaya// apa kabarmu, lama tak memelukmu/ racun putih itu/ apa masih melekat di ujung bibirmu?//.

Selain itu penyair juga menuliskan tujuh pesan-pesan pendek untukmu, narasi singkat dengan perasaan yang tidak begitu bahagia. Sebuah hati yang tanggal dan puisi menjadi pesan untuk dikirimkan.

Adapun dalam judul buku ini, Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya terdapat 15 sub puisi tanpa judul.

1. Baiklah. Kujalani saja kutukan ini/akan kutukis seribu perasaan tentangmu/mulai pagi ini hingga kelak/ketika burung-burung tak lagi bersarang di rambutmu/ saat itulah semua berakhir//
1.1 juga diriku: mencair,/ menjelma sungai, tak sanggup kauseberangi/ menjadi kesedihan, kau kenang sepanjang jalan//
1.2 juga dirimu: mencair,/ datang tiap musim penghujan/ dengan curah yang tetap, tak berubah//

Ketika puisi di atas sebagai contoh, bagaimana perasaan-perasaan berpetualang dalam melankolianya sendiri. Puisi-puisi Gunawan memberi kesan sedikit muram, namun dibangun atas diksi yang lugas dan tidak berbelit-belit.
Begitu banyak kesedihan ditampung dalam kesederhanaan kata, dirangkai begitu halus dan mengena.
Dalam bidang puisi, nilai estetis sastra merupakan faktor utama. Ia dibangun dari banyak hal, ilusi indera, diksi, alegori, bahkan kisah-kisah yang terdistorsi. Puisi adalah sarana utama ketika seseorang sulit untuk mengungkapkan perasaan, dan penyair memiliki kewenangan untuk menciptakan itu. Membangun dunia sendiri, perihal penafsiran dari pembaca itu perkara lain, resepsi sastra membuka wadah untuk hal itu.

Sekali lagi, Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya adalah sebuah perjalanan hati tentang berbagai penempuhan jalan, sebuah refleksi melankolia yang cukup berat namun dibungkus dalam rangkaian-rangkaian diksi yang sederhana namun memikat.

Kupungut saja namamu dari udara terbuka
Seperti asal-asalan tapi kuyakin bukan
Namamu satu-satunya yang bertahan di sana
***
Cinta bikin kita tu dan lekas lupa
Hanya berdebar sebentar di lebaran
Dan mengulangnya lagi tahun depan
***

Di dekatmu aku mencium harum bayi
Meruap dari pori-pori kulitmu

Kuputuskan menjauh
Kauputuskan menjauh
Supaya tak ada yang celaka
Tak ada yang terluka

Dan seluruh peristiwa
Baik-baik saja- sepertinya

***


Idatus Sholihah 
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 
Universitas Trunojoyo Madura