Ricuh, Massa Beratribut HMI Memaksa Masuk Rektorat

Ricuh, Massa Beratribut HMI Memaksa Masuk Rektorat

LPM Spirit - Mahasiswa
Senin, 16 September 2019

Massa saat berhasil masuk kedalam Gedung Rektorat. Foto: Wid


WKUTM- Statement yang dikeluarkan oleh Agung Ali Fahmi selaku wakil rektor (Warek) lll Universitas Trunojoyo Madura menuai konflik. Statement tersebut berasal dari viralnya screenshot percakapannya diwhatsapp (WA). Dalam percakapan tersebut Warek bidang kemahasiswaan menulis bahwa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tidak punya induk, ibunya ‘Masyumi’ sudah wafat, yatim piatu”.

Bahkan Agung juga mengatakan, dalam percakapan melalui grup whatsapp untuk mengelus kepala anak HMI jika bertemu karena masih bulan Muharam.

“Lho kampus UTM itu NU, singkatnya, Universitas Tidak Muhammadiyah” tambahnya dalam grub WhatsApp IKA PMII KOM UTM.

Akibatnya puluhan massa beratribut HMI mendatangi kampus UTM, Senin (16/9). Mereka merasa bahwa pernyataan Agung digroup WA tersebut telah melecehkan HMI. Mereka (HMI, red) pernyataan Agung tersebut merupakan sikap rasisme dan tendensius terhadap golongan.

“Kami HMI cabang Bangkalan mengecam pernyataan Agung Ali Fahmi,” teriak Koordinator Lapangan (Korlap) aksi Moh. Thoifur Syairozi.

Dalam aksi tersebut, massa menuntut dua tuntutan yakni meminta Warek III meminta maaf secara terbuka, khususnya kepada organisasi HMI. Serta meminta Rektor UTM untuk mengeluarkan Agung dari UTM.

Tidak mendapat respon dari pimpinan rektorium, terutama Agung. Massa dari HMI ini pun akhirnya memaksa masuk gedung rektorat dengan menerobos barisan pengamanan dari kampus. Suasana menjadi ricuh dan bentrokan antara massa HMI dan pihak keamanan kampus tidak terelekkan.

Setelah berhasil masuk rektorat, massa sempat mengancam akan memblokade gedung 10 lantai tersebut. Sementara itu, didalam gedung rektorat sekumpulan massa yang mengatasnamakan mahasiswa UTM tidak terima apa yang telah dilakukan aksi dari HMI. Akhirnya, bentrokan kembali pecah, ratusan mahasiswa saling adu pukul dan dorong. Bahkan, mereka saling lempar air gelas mineral.

Kericuhan semakin memanas ketika massa dari HMI mendesak pihak rektorium untuk mempertemukan dengan Agung. Dari kericuhan tersebut, beberapa kerusakan terjadi didalam gedung salah satunya pot bunga. Kericuhan terjadi cukup lama, hingga pihak rektorium kewalahan dengan aksi saling jotos antar mahasiswa hingga mendatangkan aparat kepolisian dari polres Bangkalan.

Demonstrasi yang cukup alot, akhirnya mendapat respon. Agung turun dengan pengamanan ketat. Dirinya membuka suara dengan meminta maaf kepada seluruh mahasiswa UTM dan khususnya massa dari HMI. 

Agung juga mengakui dan meminta maaf atas pernyataannya digroup IKA PMII KOM UTM yang  sebenarnya merupakan grup tertutup.

“Saya atas nama pribadi menyesal dan meminta maaf setulusnya atas kejadian tersebut,” pungkasnya. (Nov/Nad)