Massa saat berhasil masuk kedalam Gedung Rektorat. Foto: Wid
WKUTM- Statement
yang dikeluarkan oleh Agung Ali Fahmi selaku wakil rektor (Warek) lll Universitas Trunojoyo Madura menuai konflik. Statement tersebut berasal dari viralnya screenshot
percakapannya diwhatsapp (WA). Dalam percakapan tersebut Warek bidang
kemahasiswaan menulis bahwa “Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tidak punya induk, ibunya ‘Masyumi’
sudah wafat, yatim piatu”.
Bahkan Agung juga
mengatakan, dalam percakapan melalui grup whatsapp untuk mengelus kepala anak
HMI jika bertemu karena masih bulan Muharam.
“Lho kampus UTM itu
NU, singkatnya, Universitas Tidak Muhammadiyah” tambahnya dalam grub WhatsApp
IKA PMII KOM UTM.
Akibatnya puluhan massa beratribut HMI mendatangi kampus
UTM, Senin (16/9). Mereka merasa bahwa pernyataan Agung digroup WA
tersebut telah melecehkan HMI. Mereka (HMI, red) pernyataan Agung tersebut
merupakan sikap rasisme dan tendensius terhadap golongan.
“Kami HMI cabang
Bangkalan mengecam pernyataan Agung Ali Fahmi,” teriak Koordinator Lapangan
(Korlap) aksi Moh. Thoifur Syairozi.
Dalam aksi
tersebut, massa menuntut dua tuntutan yakni meminta Warek III meminta maaf
secara terbuka, khususnya kepada organisasi HMI. Serta meminta Rektor UTM untuk mengeluarkan Agung dari UTM.
Tidak mendapat
respon dari pimpinan rektorium, terutama Agung. Massa dari HMI ini pun akhirnya
memaksa masuk gedung rektorat dengan menerobos barisan pengamanan dari kampus.
Suasana menjadi ricuh dan bentrokan antara massa HMI dan pihak keamanan kampus
tidak terelekkan.
Setelah berhasil
masuk rektorat, massa sempat mengancam akan memblokade gedung 10 lantai
tersebut. Sementara itu, didalam gedung rektorat sekumpulan massa yang
mengatasnamakan mahasiswa UTM tidak terima apa yang telah dilakukan aksi dari
HMI. Akhirnya, bentrokan kembali pecah, ratusan mahasiswa saling adu pukul dan
dorong. Bahkan, mereka saling lempar air gelas mineral.
Kericuhan semakin
memanas ketika massa dari HMI mendesak pihak rektorium untuk mempertemukan
dengan Agung. Dari kericuhan tersebut, beberapa kerusakan terjadi didalam
gedung salah satunya pot bunga. Kericuhan terjadi cukup lama, hingga pihak
rektorium kewalahan dengan aksi saling jotos antar mahasiswa hingga
mendatangkan aparat kepolisian dari polres Bangkalan.
Demonstrasi yang
cukup alot, akhirnya mendapat respon. Agung turun dengan pengamanan ketat.
Dirinya membuka suara dengan meminta maaf kepada seluruh mahasiswa UTM dan khususnya massa dari HMI.
Agung juga mengakui dan meminta maaf atas pernyataannya digroup IKA PMII KOM
UTM yang sebenarnya merupakan grup tertutup.
“Saya atas nama
pribadi menyesal dan meminta maaf setulusnya atas kejadian tersebut,”
pungkasnya. (Nov/Nad)