WKUTM — Ribuan mahasiswa mengatasnamakan Aliansi Jatim Menggugat melakukan seruan aksi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Surabaya pada Senin (17/2). Aksi yang membawa sepuluh tuntutan tersebut, berakhir dengan penangkapan lima mahasiswa dari beberapa universitas oleh aparat kepolisian.
Dalam aksi unjuk rasa, mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Jatim Menggugat mendesak Ketua DPRD Jawa Timur, Musyafak Rouf, untuk menelepon Presiden Prabowo Subianto, atau Sekretaris Kabinet dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI).
Musyafak menolak permintaan tersebut karena mengaku tidak memiliki nomor telepon Presiden Prabowo, Mayor Teddy maupun Puan Maharani.
”Maaf, tidak bisa telepon karena tidak punya nomornya,” tegas Musyafak yang langsung disoraki oleh massa mahasiswa.
Meski begitu, massa mahasiswa terus memaksa Ketua DPRD Jatim untuk menelepon presiden. Puncak ketegangan terjadi ketika Sekretaris DPRD Jatim, Ali Kuncoro ikut menaiki mobil komando dan berusaha menelepon Mayor Teddy. Akibat panggilan telepon yang ditolak, mahasiswa kembali meminta telepon sampai panggilan diterima oleh Mayor Teddy.
”Telepon lagi sampai diangkat, saya yakin Mayor Teddy pasti tahu soal tuntutan mahasiswa ini,” ungkap Aulia Thaariq Akbar, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (Unair).
Akibat tak menemukan titik terang, rombongan Ketua DPRD Jatim akhirnya turun dari mobil komando dan meninggalkan massa. Hal ini membuat kondisi semakin ricuh karena merasa dipermainkan.
Mahasiswa akhirnya berhasil menjebol pagar kawat berduri dan bersiap masuk ke gedung DPRD Jatim. Sementara di hadapan mereka ratusan petugas kepolisian termasuk Korps Brigade Mobil (Brimob) bertameng dan helm menghalau mereka.
Saat mahasiswa mulai maju, mobil water canon kemudian menembakkan meriam airnya ke arah massa. Kericuhan pun tak terelakkan. Mahasiswa mulai kocar-kacir ke segala arah, berusaha mengamankan diri masing-masing.
Meski demikian, terdapat beberapa mahasiswa yang tetap lantang menyuarakan aspirasinya. Nahasnya, lima mahasiswa yang diduga berasal dari Unair, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan UIN Sunan Ampel Surabaya (Uinsa) ditangkap oleh aparat kepolisian.
”Ada sekitar lima, kami melihat sendiri, bahwa lima orang itu dibawa ke dalam (Gedung DPRD)," jelas mahasiswa yang kerap disapa Atta tersebut. (stv/sha)