WKUTM – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) hendak merenovasi gedung asrama A dan E. Buntut dari renovasi tersebut, hanya tersisa dua gedung asrama yang dapat dihuni, yaitu C dan D, sedangkan B masih dalam pertimbangan, sehingga mengakibatkan pemangkasan kuota warga asrama.
Sigit Dwi Saputro, selaku Koordinator Pusat Pendidikan Karakter dan Alumni (PPKA) mengungkapkan bahwa akan melakukan renovasi gedung asrama A dan E yang meliputi perbaikan plafon, keramik, saluran air, hingga pembaruan fasilitas kamar yang direncanakan rampung sebelum awal tahun 2025.
”Itu akan diganti baru mungkin sama plafonnya yang sudah terbuka, intinya bisa ditinggali tidak ada bocor,” ungkapnya (1/7).
Buntut dari renovasi tersebut, pihaknya memangkas kuota warga asrama untuk menyesuaikan jumlah gedung yang difungsikan.
Hal tersebut dengan diberlakukannya rasio warga asrama 30% mahasiswa lama, 70% mahasiswa baru untuk saat ini. Oleh karena itu sejumlah warga asrama mahasiswa lama yang berdasarkan hasil evaluasi dinilai kurang layak, tidak dipertahankan.
”Memang asrama ini diprioritaskan mahasiswa baru, sebenarnya mahasiswa lama yang tinggal itu memang mahasiswa yang benar-benar pilihan saja,” ujarnya.
Miadatul A, salah satu warga asrama yang tidak lolos seleksi warga asrama untuk semester depan, menyayangkan pemangkasan jumlah kuota mahasiswa lama yang tidak disertai transparansi hasil evaluasi.
”Terkait penentuan lolos atau tidaknya dari dulu tidak ada transparansi penilaian, sehingga yang tahu hanya sepihak saja sedangkan warga asramanya tidak tahu,” ujar mahasiswa angkatan 2022 tersebut (1/7).
Ia menilai pemangkasan kuota berdasarkan pengumuman warga asrama mahasiswa lama yang lolos pada Jumat (28/7) tersebut merugikan dirinya dan warga asrama lainnya yang tidak lolos, lantaran pemangkasan kuota diberitahukan secara tiba-tiba.
”Kejadian ini sangat merugikan mahasiswa karena informasinya dadakan sehingga Mahasiswa yang tidak lolos terpaksa cari kos yang sisa dan sisanya itu kebanyakan yang mahal oleh karena itu mau tidak mau mereka akan tetap mengambil, kalau tidak mereka mau tinggal di mana?,” tuturnya.
Tak hanya warga asrama reguler, pemangkasan tersebut turut berdampak pada mahasiswa lama penerima beasiswa Tahfidzul Qur’an yang beberapa di antaranya juga tidak lolos seleksi warga asrama untuk semester depan.
FA, salah satu penerima beasiswa Tahfidzul Qur’an, mengungkapkan bahwa tidak lolos seleksi warga asrama untuk semester depan kendati tidak menerima kartu kuning yang mengindikasikan pelanggaran ringan, maupun kartu merah yang mengindikasikan pelanggaran berat.
”Sekarang tidak ada kartu malah tiba-tiba langsung dikeluarkan tidak tahu salah di mana, ada anak angkatan 2023 yang rajin banget malah dikeluarkan, terus ada yang menghubungi Musahil mau tanya salah apa tidak dikasih tahu” tutur mahasiswa angkatan 2022 tersebut (1/7).
Menanggapi hal tersebut, Sigit menjelaskan bahwa pihaknya memiliki wewenang tidak meloloskan mahasiswa lama penerima beasiswa Tahfidzul Qur’an, jika berdasarkan evaluasi dinilai tidak layak dipertahankan.
”Sudah kami tanyakan ke pak Rektor, bahwa penerima beasiswa Tahfidzul Qur’an tidak punya imunitas tinggal di asrama sekarang walau beasiswanya tetap jalan. Nanti kalau di asrama dikeluarkan, bisa jadi nanti beasiswanya dinonaktifkan,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa akan tetap mempertahankan mahasiswa lama baik reguler maupun penerima beasiswa Tahfidzul Qur’an jika dinilai memberi contoh yang baik, seperti rajin salat jamaah dan mengikuti kajian secara rutin. Karena tujuan asrama adalah membina karakter.
”Selama ini laporan dari Musahil adalah justru karakternya tidak bagus, tidak pernah jamaah, tidak pernah ini. Itu yang kita khawatirkan. Kalau kita pertahankan tinggal di asrama ini sangat jelek,” tuturnya.
Sedangkan terkait warga asrama yang tidak menerima kartu hijau, kuning, maupun merah tetapi tetap tidak lolos, hal tersebut ditentukan secara langsung melalui evaluasi dengan turut mempertimbangkan kuota warga asrama mahasiswa lama yang menyusut.
FA berharap dapat kembali menjadi warga asrama, serta agar warga asrama penerima beasiswa Tahfidzul Qur’an ketika hendak tidak diloloskan, harus berdasarkan koordinasi dan pertimbangan pembina beasiswa.
”Harapan bisa kembali di asrama saja, kan itu memang perjanjian ketika tes beasiswa Tahfidzul Qur’an dulu, yaitu gratis tempat tinggal asrama,” harapnya. (FRD/TFA)