Fasilitas TOEFL Menuai Keluhan, UPT Bahasa Anggarkan 80 Komputer

Fasilitas TOEFL Menuai Keluhan, UPT Bahasa Anggarkan 80 Komputer

LPM Spirit - Mahasiswa
Rabu, 16 Agustus 2023
WKUTM — Unit Pelayanan Teknis (UPT) bahasa telah mengajukan pengadaan sarana dan prasarana penunjang Test of English as a Foreign Language (TOEFL) sejak tahun 2022 lalu. Hal ini dikarenakan ujian TOEFL di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) hingga saat ini masih mengunakan Paper Based Test (PBT). 

Jenis ujian ini banyak dikeluhkan oleh mahasiswa yang telah mengikuti TOEFL PBT di UTM, karena merasa dengan minimnya fasilitas dapat mempengaruhi performa mereka.

Terkait keluhan mengenai fasilitas, Aries Feriyanto yang merupakan mahasiswa Program Studi (Prodi) Sosiologi, menuturkan ihwal kendala dalam menghadapi TOEFL di UTM adalah kesulitan dalam memahami audio tes, terutama saat posisi peserta berada di belakang.

”Kendalanya pertama dikarenakan kadang kurang jelas sekali perkecualiannya pas listening untuk di bagian belakang,” keluhnya saat dihubungi melalui WhatsApp (16/08).

Senada dengan Aries, Muhammad Idris Affandi yang juga mahasiswa Prodi Sosiologi, mengungkapkan kesulitan saat mengerjakan TOEFL di lantai lima Gedung Cakra adalah saat mengerjakan salah satu jenis tes yaitu listening, dikarenakan suara speaker yang kurang jelas.

”Mungkin suara speaker, saat tes listening kurang terdengar,” tulisnya di WhatsApp (16/08).

Keluhan lain juga disampaikan oleh Idris, dikarenakan pendaftaran TOEFL yang menurutnya amburadul, baik penjadwalan tes, hingga waktu pelaksanaan tes yang tidak sesuai.

”Ratingnya enam dari sepuluh. Mulai dari pendaftaran TOEFL nya amburadul, pemilihan jadwal tesnya, terkadang juga waktu mulai pelaksanaan tesnya tidak sesuai,” tulisnya via WhatsApp.

Menanggapi hal tersebut, Misnadin selaku kepala UPT bahasa UTM, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengajukan pengadaan alat dari universitas untuk meningkatkan kualitas TOEFL. Dana tersebut telah digunakan untuk pengadaan alat-alat yang dibutuhkan, termasuk 80 unit komputer serta laboratorium yang akan digunakan sebagai tempat TOEFL Computer Based Test (CBT).

”Kami telah memperoleh dana untuk pengadaan peralatan, termasuk lab baru yang akan digunakan untuk kursus dan rencana pengujian berbasis komputer,” ungkapnya (16/08).

Misnadin melanjutkan, rencananya laboratorium yang telah diusulkan akan memiliki fungsi ganda, selain sebagai tempat pelaksanaan ujian juga berfungsi sebagai tempat pelatihan TOEFL CBT. Namun dalam prosesnya, terdapat beberapa kendala. Pihaknya mengungkapkan bahwa meskipun perangkat keras seperti komputer dan ruangan telah disiapkan, beberapa aspek teknis lainnya, seperti perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem ujian berbasis komputer, masih berada dalam tahap pengembangan.

”Namun, beberapa aspek teknis seperti perangkat lunak masih dalam tahap pengembangan,” tutur Misnadin.

Misnadin juga memberikan keterangan terkait alokasi dana pendaftaran TOEFL. Pihaknya mengklarifikasi bahwa dana tersebut digunakan untuk membayar tenaga honorer yang terlibat dalam pelaksanaan tes, serta untuk pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK) dan sisanya diserahkan kepada universitas.
Misnadin menyayangkan terhadap partisipasi mahasiswa dalam pelatihan TOEFL yang telah diadakan. Meskipun pelatihan dengan kuota 200 peserta diikuti oleh banyak pendaftar, hanya sekitar 100 mahasiswa yang hadir dalam pelaksanaan. Fenomena ini menjadi sorotan karena dalam beberapa kesempatan sebelumnya, jumlah peserta yang hadir juga lebih rendah dari kuota yang telah ditetapkan.

”Saya agak kecewa dengan mahasiswa, contoh kemaren kita mengadakan pelatihan TOEFL kuotanya 200 yang daftar banyak, jadi ada yang tidak kebagian, tetapi setelah pelaksanaan ternyata yang hadir cuma 100 mahasiswa,” jelasnya ketika diwawancara di ruangan kepala bahasa.

Misnadin memaparkan jika ada kemungkinan tarif pendaftaran TOEFL akan naik karena faktor implementasi Badan Layanan Umum (BLU). Pihaknya berpendapat jika kenaikan tarif ini mungkin dapat mendorong mahasiswa untuk lebih serius.

Dirinya juga berharap agar program pelatihan yang lebih beragam dapat diimplementasikan di masa depan, meskipun masih terdapat beberapa keterbatasan keuangan dan infrastruktur yang harus diatasi.

”Harapan tentu banyak, seiring dengan BLU mungkin mahasiswa nanti agak kaget dalam tanda petik karena tarifnya akan naik,” harapnya. (AI/J2)