Belum Ada Kepastian terkait Perbaikan Fasilitas Toilet di UTM

Belum Ada Kepastian terkait Perbaikan Fasilitas Toilet di UTM

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 16 Juni 2023
WKUTM — Sejumlah toilet di beberapa bangunan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) belum mendapatkan perbaikan dan perawatan yang layak. Toilet yang dimaksud di antaranya berada di Gedung Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISIB), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Gedung Cakra, Sekretariat Bersama (Sekber), Laboratorium Eksak, dan Laboratorium Sosial (Labsos). Toilet di gedung tersebut mengalami kerusakan termasuk air mati, kloset yang tidak dapat digunakan, hingga pintu yang rusak dan membuat mahasiswa terkunci.

Merespons hal tersebut, Ari Basuki selaku Wakil Rektor (Warek) II Bidang Umum dan Keuangan menginformasikan pihak kampus telah melakukan pendataan terkait toilet yang rusak. Selain itu, Ari memaparkan bahwa sebelum ia dilantik menjadi Warek II, beberapa toilet telah diperbaiki, khususnya pada bagian pusat (Gedung Graha Utama). Namun meski telah diperbaiki, masih terdapat keluhan terkait beberapa toilet yang mengalami masalah seperti jet shower dan tombol flush yang tidak berfungsi. Saat ini, Ari telah meminta bagian Biro Umum Keuangan (BUK) untuk melakukan perbaikan toilet, namun belum dilakukan di seluruh bangunan kampus. Perbaikan hanya dilakukan di toilet tertentu yang menjadi prioritas.

”Dalam rapat kemarin kami telah mendapat satu buku tebal yang berisi foto-foto berbagai aset yang perlu dirawat dan diperbaiki. Saya sudah memerintahkan BUK untuk melakukan perbaikan, tapi belum semua dan hanya pada lantai-lantai tertentu karena kita pasti malu kalau ada tamu dan kondisi toilet seperti itu,” tutur Ari (13/06).

Untuk keseluruhan, Ari Basuki mengaku belum mengetahui dengan pasti kondisi toilet di tiap gedung juga alokasi dana perbaikan yang dibutuhkan. Hal tersebut membuat Ari juga belum mengetahui perawatan toilet khususnya milik fakultas akan menjadi tanggung jawab universitas atau fakultas. Namun Ari menjelaskan, anggaran pemeliharaan telah dibagi antara universitas dan fakultas untuk mempercapat tanggapan sehingga tidak menunggu dari pusat.

”Anggaran maintance sudah kita bagi di masing-masing unit, tergantung mereka memilih perbaikan di bagian apa, bisa toilet atau sarana pembelajaran, tapi yang sifatnya ringan. Kalau hal kecil semisal handle pintu atau air mati kenapa tidak dilakukan fakultas sendiri?” ucap Ari di ruangannya.

Semenatara itu dari pihak fakultas, Faikul Umam selaku Wakil Dekan (Wadek) II Fakultas Teknik, berpendapat bahwa perawatan fasilitas termasuk tanggung jawab pihak fakultas sedangkan perbaikan fasilitas termasuk tanggung jawab pihak universitas. Faikul memberi contoh bentuk perawatan fasilitas yang dilakukan fakultas seperti perawatan AC atau penggantian keran yang rusak. Adapun jika fasilitas tidak berfungsi atau rusak sehingga diperlukan perbaikan yang membutuhkan anggaran besar seperti bongkar pasang, maka akan menjadi tanggung jawab universitas.

”Yang perlu dipahami bahwa anggaran perbaikan tidak ada di fakultas, perbaikan yang sifatnya menyeluruh, bukan perawatan, kalau toilet buntu bukan perawatan tapi perbaikan, perbaikan anggarannya semuanya ada di universitas” tuturnya (13/06).

Ahmad Cholil, selaku Wakil Dekan II FISIB, menjelaskan bahwa terdapat prosedur tertentu yang harus diikuti dalam melakukan perbaikan fasilitas. Pengajuan untuk melakukan perbaikan dapat diajukan oleh pihak fakultas sendiri ataupun oleh universitas. Terkait dengan toilet, pihak FISIB telah melakukan pemeriksaan rutin, termasuk merespons aduan dari mahasiswa mengenai kebocoran dan toilet yang tersumbat. Untuk saat ini, FISIB juga telah memasang tutup otomatis pada pintu toilet setelah adanya kejadian di mana seorang profesor dari Universitas Airlangga terkunci di dalam toilet. Cholil menambahkan bahwa pemasangan tutup otomatis tersebut sebenarnya telah direncanakan sejak lama.

”Misalnya terkait aduan toilet yang dekat dengan ruangan Apresiasi Bahasa dan Sastra (Abstra), kami mempertimbangkan kemungkinan bahwa universitas akan lama dalam mengambil langkah karena sekarang sedang masa transisi dari Satuan Kerja (Satker) ke Badan Layanan Umum (BLU), jadi kami berinisiatif untuk memperbaiki,” jelasnya saat diwawancara di ruang dekanat (15/06).

Di lain sisi, analis Barang Milik Negara (BMN), Amrin Rozali menuturkan pendapatnya berdasarkan pengalamannya terkait toilet di UTM. Dirinya mengungkapkan penyebab kondisi toilet buntu yang ada di laboratorium eksak di antaranya karena toilet diisi oleh hal-hal yang tidak seharusnya. Selain di laboratorium, di asrama juga terdapat kasus toilet luber yang ternyata disebabkan oleh overcapacity.

”Kalau dari pengalaman saya, toilet yang harus diperbaiki itu bukan karena buntu tapi diisi oleh hal yang tidak seharusnya, di Laboratorium Eksak pertanian ada potongan kayu-kayu kecil, ada pembalut juga,” tutur Amrin (12/06).

Adapun dari pihak mahasiswa, Muhammad Khoir, seorang mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Elektro, mengungkapkan keluhannya terkait kerusakan beberapa toilet di Gedung Fakultas Teknik utamanya kerusakan toilet di lantai dua lantaran dari empat toilet di lantai itu hanya satu yang dapat dipakai. Baginya, toilet yang rusak memiliki dampak yang sangat besar karena toilet merupakan fasilitas yang penting dan mendesak. Selain itu, menurutnya perbaikan keran yang mati di dekat musala harus segera dilakukan, karena hal tersebut juga menjadi masalah yang mendesak dengan dampak yang signifikan.

”Masalah toilet urgent banget, selain itu kran yang mati dekat musala menjadi urgent juga yang dampaknya besar,” jelasnya ketika diwawancara di Masjid Baru UTM (14/06).

Fiza Ayu, seorang mahasiswi Teknik Informatika, berpendapat toilet yang rusak seharusnya segera diperbaiki karena mahasiswa juga berhak mendapatkan fasilitas yang baik. Dengan jumlah mahasiswa yang banyak dan kebutuhan untuk naik turun lantai secara manual menggunakan tangga, fasilitas toilet yang baik sangat penting.

”Harusnya segera diperbaiki, karna kita juga punya hak fasilitas. Dengan banyaknya mahasiswa dan empat lantai naik turun memakai tangga, harus ke lantai lainnya untuk mencari toilet yang tidak rusak membuat toilet terlihat sangat tidak berguna,” tulisnya dalam chat via WhatsApp (14/06).

Rahmad Romadlon, mahasiswa Prodi Sosiologi berpendapat dampak dari toilet yang rusak sangat besar, mencapai sekitar 70%. Toilet merupakan fasilitas penting dalam situasi darurat seperti buang air besar dan buang air kecil. Masalah yang sering terjadi adalah kerusakan keran, pintu, dan penerangan. Rahmad berharap kampus segera memberikan tindak lanjut terkait maslaah ini.

”Kalau persentase 70 % dampaknya karena toilet merupakan hal utama dalam hal darurat saat buang air besar dan kecil, dan sebagainya. Terutama yang rusak keran dan pintu serta penerangannya,” tulisnya di WhatsApp (13/06).

Harapan lain juga diungkapkan Khoir yang berkeinginan agar toilet rusak segera diperbaiki karena masalah ini melibatkan banyak mahasiswa.

”Segera diperbaiki saja karena mencakup banyak mahasiswa jika izin ke toilet tidak bisa lama-lama, terlalu jauh,” harapnya. (AI/LRS/GIE).