WKUTM – Pembangunan masjid baru Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang sebelumnya sempat mangkrak lantaran dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) belum cair, kembali dilanjutkan pada September 2021. Namun, meskipun dana DIPA telah cair, pembangunan masjid UTM diperkirakan belum bisa tuntas tahun ini karena dana yang cair belum keseluruhan.
Hal ini disampaikan oleh Ningwar selaku Kepala Biro Umum dan Keuangan (BUK), yang menuturkan bahwa alasan mangkraknya pembangunan masjid di tahun sebelumnya karena kendala dana DIPA belum turun. Ketika DIPA sudah turun, maka tahun ini pembangunan masjid kembali dilanjutkan. Dalam hal ini, BUK tidak bersangkutan, karena pihaknya tidak ada pembagian tugas terkait pembangunan masjid.
“Dahulu sempat magkrak, tapi sekarang dana DIPA-nya sudah turun, jadi dapat dilanjutkan,” tutur Ningwar.
Lebih lanjut Ningwar mengungkapkan kemungkinan dana DIPA bisa dicairkan keseluruhannya tahun depan. Hal tersebut dikarenakan dana DIPA turun setiap setahun sekali kecuali jika ada revisi.
"Ya, tahun depan, kecuali ada revisi, " ungkapnya.
Ningwar juga menuturkan, masjid baru UTM ini rencananya akan dibuka 24 jam dan terbuka untuk umum. Nantinya akan ada pembangunan jalan dengan membuka pagar untuk akses masuk dan parkirannya akan ditempatkan di dalam. Untuk acara-acara yang akan diadakan di masjid, nanti akan diatur oleh takmir masjid.
“Semoga lancar dan tidak ada kendala, nantinya masjid akan dibuka 24 jam dan dibuka untuk umum,”pungkas Ningwar.
Sementara itu, Budi Jaya Sugiarto selaku Kepala Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKBPJ), menuturkan bahwa dana pembangunan masjid berasal dari DIPA. Pengadaan tersebut sejak tanggal 26 Agustus 2020 dengan pagu lebih dari empat miliar. Sedangkan penawaran dari tendernya lebih dari tiga miliar. Dana tersebut adalah dana dari pembangunan lanjutan tahun ini, bukan untuk
pembangunan masjid sejak awal berdiri.
Adapun konsultan pembangunan juga mendapat anggaran sendiri.
“Untuk total pagunya empat koma berapa gitu, sedangkan penawaran dari tendernya hanya 3,3 atau 3,2 begitu. Jadi jauh,” tuturnya.
Lebih lanjut Budi, mengungkapkan dalam proyek ini UKBPJ ditunjuk oleh koordinator pusat untuk melakukan tender. Setelah ada penawaran dan penetapan pemenang dari tender tersebut, pembangunan dapat dilaksanakan oleh Barang Milik Negara (BMN). Terlebih lagi pembangunan masjid ini adalah lanjutan dari program sebelumnya, maka pihak UKBPJ hanya bertanggung jawab sampai ditahap pengadaan saja.
“UKBPJ ditunjuk oleh koordinator pusat lalu melakukan tender. Ada penawaran dan penetapan pemenang. Pemenang ini yang melakukan semua pengerjaannya. Kalau untuk pengerjaannya bisa langsung ke pak Amrin selaku BMN,” ungkap Budi.
Menanggapi hal tersebut, Amrin Rozali selaku pengelola BMN, mengungkapkan bagian yang sedang dibangun pada proyek ini adalah tempat wudhu, struktur bangunan bagian timur dan bagian selatan. Untuk pelaksanaan pembangunan direncanakan selama empat bulan mulai dari Agustus sampai Desember.
“Pelaksanaan empat bulan dari Agustus sampai Desember, pembangunannya untuk tempat wudu, struktur timur dan struktur selatan,” ungkapnya.
Amrin mengaku belum bisa memastikan sudah berapa persen pembangunan tersebut terlaksana. Dia memprediksi pembangunan tersebut akan tuntas pada tahun depan atau bahkan dua tahun lagi. Hal tersebut dikarenakan dana yang belum mencukupi.
“Selesai antara tahun depan atau dua tahun lagi, dananya belum mencukupi. Estimasi 10 miliar pun belum cukup,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Yuliyanti Ratnaningtyas selaku salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Agribisnis menilai pembangunan kembali masjid ini sebagai hal yang baik. Menurut Yuli, pembangunan masjid ini cukup penting mengingat lokasinya yang strategis untuk dapat digunakan oleh mahasiswa dan tamu-tamu UTM. Yuli menambahkan dengan kemegahan yang ditawarkan masjid tersebut nantinya akan menambah wibawa dari kampus UTM.
"Lokasi yang berada tepat di timur gedung pertemuan, berada di pinggir jalan dan dekat dengan akses masuk kampus akan membuat masjid lebih fungsional. Selain itu juga menambah wibawa kampus, " imbuhnya.
Berbeda dengan Yuli, Achmat Zainuri, mahasiswa UTM asal Jombang tersebut mengaku kurang setuju dengan pengadaan pembangunan masjid baru tersebut dikarenakan UTM sendiri telah memiliki bangunan masjid. Zain menilai alangkah baiknya alokasi dana yang digunakan untuk pembangunan masjid tersebut digunakan untuk memperbaiki bangunan masjid lama, misalnya untuk perluasan bangunan.
"Sebaiknya dialokasikan untuk perluasan masjid lama mengingat saat perkuliahan masih offline, ketika sholat Jumat jamaahnya membeludak hingga teras depan masjid dan kepanasan, " ungkap Zain.
Zain berharap pembangunan masjid baru yang sudah sudah berdiri agar bisa segera diselesaikan mengingat kondisi perkuliahan masih online sehingga pembangunan masjid nantinya tidak akan menganggu jalannya perkuliahan. Selain itu agar nantinya anggaran dana yang digunakan tidak membengkak dan dapat teralokasikan dengan baik.
“Mengenai pembangunan harap diselesaikan sesuai dengan target mengingat perkuliahan masih online dan agar dana yang digunakan tidak membengkak, ” harapnya. (Ang/Cim)