Aksi Tuntut Kepastian Pembatalan Alih Fungsi Gedung Asrama

Aksi Tuntut Kepastian Pembatalan Alih Fungsi Gedung Asrama

LPM Spirit - Mahasiswa
Senin, 21 Juni 2021


WKUTM - Menindaklanjuti wacana alih fungsi gedung asrama yang dibatalkan, mahasiswa serta masyarakat Telang mengadakan aksi demo di depan gedung graha utama pada pukul 10:20 WIB (21/06). Aksi ini menuntut akan kepastian dari rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) terkait pembatalan alih fungsi ini secara langsung maupun tertulis. Namun, aksi ini tidak membuahkan hasil dikarenakan rektor dikabarkan sedang sakit.

Herry, selaku koordinator lapangan (korlap) dari dusun Telang Candi mengungkapkan bahwa sebenarnya aksi demo ini telah direncanakan sejak lama. Dirinya mengaku telah meminta iktikad baik berupa audiensi agar tidak menjadikan gedung asrama sebagai tempat karantina. Namun, tidak ada respon dari pihak UTM.

”Dilaksanakan hari ini tapi direncanakan sudah lama, sudah mengirimkan iktikad baik tapi tidak ada respon,” ungkapnya.

Salah satu perwakilan mahasiswa yang tidak ingin disebutkan namanya turut menjelaskan bahwa sebagai media penghubung antara masyarakat dan pihak UTM. Ia mengharapkan rektor memberikan kejelasan terkait keberlanjutan pengalihan gedung asrama sebagai tempat isolasi orang tanpa gejala (OTG).

”Jika memang wacana ini batal, bapak rektor hadir menghadap kedepan masyarakat. Baik itu secara lisan ataupun tertulis,” harapnya.

Namun, jika nantinya tidak jadi batal, dia turut meminta agar rektor bersedia untuk menolak alih fungsi gedung tersebut. Dirinya beralasan bahwa jika gedung asrama dijadikan tempat isolasi OTG, maka bisa saja hal tersebut nantinya membahayakan masyarakat. 

”Walaupun kampus ini milik negara, namun tetap harus menghargai masyarakat sekitar,” tuturnya.

Mas'al, sebagai salah satu peserta aksi menuturkan bahwa jika ada alih fungsi gedung, masyarakat akan rawan terkena virus dikarenakan kampus berdiri di tengah-tengah masyarakat, sehingga menimbulkan keresahan.

”untuk dampak terhadap masyarakat, virus ini sangat berbahaya, justru karena itu masyarakat sering resah kenapa virus berbahaya ini ditaruh di kalangan masyarakat,” tutur pria asal dusun Telang Candi tersebut.

Terkait  press release yang dikeluarkan oleh hubungan masyarakat satuan tugas (satgas) Corona Viruses Disease 2019 (Covid-19) kabupaten Bangkalan pada (18/06) lalu.  Mas'al mengatakan hal tersebut masih dinilai kurang cukup. Hal itu dikarenakan tidak adanya tanda tangan ataupun stempel yang melengkapinya.

”Memang ada press release terkait pembatalan, namun tidak ada tanda tangan dengan hal yang terlampir. Jadi harus ada konfirmasi lagi dari kampus. Kalau begitu saja, saya juga bisa buat,” katanya.

Menanggapi aksi demo ini, Ningwar, selaku satgas Covid-19 UTM mengungkapkan bahwa sebenarnya memang tidak akan ada pengumuman terkait pembatalan dari pihak kampus. Dia juga mempertanyakan adanya aksi sehubungan dengan dikeluarkannya press release oleh satgas Covid-19 Bangkalan.

”Saya heran kenapa ada aksi demo padahal wacananya sudah batal. Saya juga baru mengetahui aksi ini ketika pagi tadi,” ungkapnya.

Selain itu, Ningwar berpendapat apabila aksi tetap berlanjut, menurutnya lebih baik mereka meminta stempel dari satgas Covid-19 kabupaten Bangkalan langsung. Ningwar menambahkan, pihak kampus tetap tidak akan menandatangani kepastian selama masih belum ada instruksi dari rektor. 

”Kami tidak akan memberikan pengumuman apabila rektor belum menginstruksikan. Menurut saya jika ingin kepastian, lebih baik mereka langsung ke satgas Covid-19 Bangkalan. Mungkin saja bisa langsung mendapatkan stempelnya,” jelas pria asal Bangkalan itu.

Sedangkan keberadaan Muh. Syarif, selaku Rektor UTM sendiri dikatakan masih sedang dalam kondisi sakit. Hal itu disampaikan oleh Supriyanto, selaku kepala Biro Administrasi, Akademik, dan Kemahasiswaan Pelayanan Sistem Informasi (BAAKPSI) ketika aksi demo sedang berlangsung. (Ndy/J2)