WKUTM – Pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) untuk Mahasiswa UTM angkatan 2019 masih belum selesai. Belum diterimanya KTM tersebut mendapat banyak keluhan di kalangan mahasiswa baru.
Senada
dengan Imatus, Syahrany Safitry juga mengeluhkan sulitnya mengajukan peminjaman
buku di perpustakaan. Selain itu, tidak adanya KTM juga menyulitkan dirinya
dalam mengajukan beasiswa di luar kampus.
”Mau
ngurus apa-apa jadi susah. Seperti saat ingin meminjam buku dari perpustakaan
kampus, menghadiri acara-acara mahasiswa, hingga saat saya ingin mengajukan
beasiswa kepada Ibu wali kota. Saya harus mencantumkan KTM pada saat itu
sebagai tanda pengenal bahwa saya benar-benar mahasiswa Universitas Trunojoyo
Madura,” ujar Mahasiswa asal Surabaya tersebut.
Menanggapi
hal tersebut, Supriyanto, Kepala Badan Akademik
dan Kemahasiswaan (BAK), mengaku kendala saat ini berasal dari Mahasiswa
2018. Sebanyak 1000 mahasiswa belum mendapatkan KTM. Dengan rincian, 500 belum
menyetor foto. Dan 500 belum mengambil KTM di Bangkalan. Pihaknya mengatakan,
keterlambatan KTM 2019 berasal dari mahasiswa 2018.
Di
lain pihak, Ferry Fernando, mahasiswa Prodi Sastra Inggris angkatan 2018
menganggap sistem pembuatan KTM terlalu rumit. Untuk membuat KTM Ferry harus
menyetor data diri beserta foto ke BNI di Bangkalan terlebih dahulu untuk
selanjutnya melakukan pengisian saldo rekening bank.
“Sistem
KTM di angkatanku itu memang baru. Jadi sistemnya bisa dibuat ATM juga. Lalu,
uang yang seratus ribu itu akan masuk ke rekening ATM. Makanya, sempat ada
masalah,” ungkap mahasiswa asal Lamongan tersebut.
Banyaknya
persoalan yang muncul akibat sistem KTM yang baru, dinilai tidak lebih baik
dari pada sistem KTM lama. Ferry menilai sistem KTM yang lama lebih efektif
daripada yang diterapkan saat ini.
“Daripada
banyak kendala seperti ini, mending KTM kembali difungsikan menjadi KTM biasa.
Jujur saya agak keberatan dengan diwajibkannya membayar.” Ujar mahasiswa asal
Lamongan tersebut.
Terkait
hal tersebut, Supriyanto memberi tanggapan kalau sistem tersebut memang sengaja
diterapkan. Harapannya agar mahasiswa lebih bisa menjaga KTMnya dengan baik.
Sebab, di tahun-tahun sebelumnya angka kehilangan KTM dinilai cukup tinggi. Dengan
adanya sistem ATM pada KTM yang baru, dia berharap agar mahasiswa lebih menjaga
KTM.
“Berdasarkan
pengalaman sebelumnya, mahasiswa seakan meremehkan adanya KTM. Tidak kurang
dari seratus kasus kehilangan KTM di setiap minggunya sebab keteledoran mahasiswa,” paparnya.
Dengan
berlarutnya persoalan terkait KTM ini, Syahrany hanya bisa berharap agar pihak
rektorat lebih tanggap dalam menanganinya agar mahasiswa tidak menemui
kesulitan untuk mengurus beberapa perkara yang memerlukan KTM.
Hal
yang sama juga disampaikan Imatus, persoalan ini menurutnya harus bisa menjadi
evaluasi ke depan untuk pihak rektorat, ”Kalau bisa, nanti pas masuk langsung
diadakan sesi foto untuk pembuatan KTM supaya tidak lama seperti sekarang,”
pungkasnya. (TSB/CIM/S)