Sastra adalah api. Panggilan sastra –sebagaimana catatan
Mario V. Llosa, lahir dari ketidaksepakatan seseorang terhadap dunia.
Intuisinya akan kekurangan, perbedaan, dan penderitaan di sekitarnya,
senantiasa mendorong sebuah hasrat akan perubahan. Meski dinilai sebagai
representasi palsu dari sebuah kehidupan, toh sastra dapat menjadi obat
penenang dari rasa frustasi yang dibebankan oleh sebuah realita.
Sebab pada kehidupan yang nyata –kehidupan di muka bumi ini,
begitu banyak kegaduhan-kegaduhan yang mengetuk ambang sadar kita sebagai
manusia. Tayangan di televisi, berita di koran, atau kabar yang kita dengar di
radio, tak jarang melahirkan keresahan-keresahan baru. Keresahan yang kemudian
menjadi ironi di kehidupan setiap manusia.
Akhirnya, begitu banyak persoalan yang menumpuk di ruang
kerja kemanusiaan. Kita tahu –atau sudah menjadi rahasia umum, kalau kehidupan
di bumi sedang tidak baik-baik saja. Efek rumah kaca, lautan sampah, perebutan
kuasa, dan bergantinya rupa hutan menjadi beton-beton adalah sedikit dari
banyak persoalan manusia.
Di bidang teknologi dan moralitas tak kalah peningnya. Era
4.0 yang digadang-gadang menjadi era tranformasi dan kemajuan, harus dibayar
dengan banyaknya kebebasan dan kegaduhan. Sampah digital, kabar hoax, dan
pendengung di dunia maya adalah secuil dari efek samping kemajuan teknologi.
Namun, di sisi lain kita juga mendengar dan tak bisa
mengesampingkan semangat pembaruan yang mulai digemakan. Ajakan go green,
gerakan humanisme dan seruan perdamaian mulai menyebar sedikit demi sedikit.
Kehidupan manusia, dalam perkembangannya dipenuhi dengan harapan-harapan
dan kontradiksi. Selanjutnya, tersisa satu pertanyaan besar; bagaimana
kehidupan manusia di masa mendatang?
Barangkali hanya sastra yang bisa menjawabnya. Sebab
beberapa pertanyaan, memang tak dapat dijawab hanya dengan pernyataan dan
metode ilmiah saja. Kehadiran sastra, pada akhirnya alternatif yang memungkinkan
setiap penulis untuk memanfaatkan daya analisis dan fantasinya untuk mengorek setiap
kemungkinan-kemungkinan dari pertanyaan semacam itu.
Berpijak dari hal tersebut, Lembaga Pers Mahasiswa Spirit
Mahasiswa mengundang penulis dari kalangan pelajar dan mahasiswa di Jawa Timur
untuk menulis sebuah cerita pendek bertema utopia/distopia. Dari tema tersebut,
diharap akan terpilih cerita-cerita menarik dan unik, yang menyuguhkan pada
kita gambaran tentang kehidupan manusia di masa yang akan datang,. Entah itu
dengan membawa semangat pembaruan atau pesimisme yang pada intinya tetap
berjalan di tema besar; utopia/distopia.
Utopia sendiri dapat diartikan sebagai khayalan indah
mengenai suatu tatanan masyarakat yang ideal. Sebaliknya, distopia dapat berarti
gambaran mengenai suatu keadaan yang terkesan suram, menakutkan, dan serba
kekurangan. Dua kemungkinan tersebut dapat menjadi pilihan untuk para peserta
meniti jalan ceritanya.
Syarat
dan Ketentuan Lomba
Penyelenggaraan
Lomba
4 November 2019: Deadline
pengumpulan cerpen
9 November 2019:
Pengumuman 10 nominasi dari 2 kategori cerpen
14 November 2019:
Pengemuman pemenang lomba cerpen
Hadiah diberikan kepada
pemenang pada acara puncak SM’s Day Writing Festival
Hadiah
·
Kategori Mahasiswa
-
Juara 1: Rp.500.000,00 + Trofi + Sertifikat
-
Juara 2: Rp.350.000,00 + Trofi + Sertifikat
-
10 besar: Buku antologi cerpen pemenang
·
Kategori Siswa
-
Juara 1: Rp.400.000,00 + Trofi + Sertifikat
-
Juara 2: Rp.250.000,00 + Trofi + Sertifikat
-
10 besar: Buku antologi cerpen pemenang
·
Semua peserta mendapat e-sertifikat
Ketentuan Peserta
·
Peserta wajib mengikuti media sosial LPM Spirit
Mahasiswa:
·
Peserta adalah siswa SMA sederajat aktif atau
mahasiswa aktif di wilayah Jawa Timur.
·
Peserta bersifat individu/perseorangan.
Ketentuan Karya
·
Naskah cerpen ditulis individu.
·
Isi dan makna cerita tidak boleh menyinggung
unsur SARA dan pornografi, serta harus sesuai dengan tema yang ditentukan.
·
Naskah cerpen harus asli, bukan saduran, atau
terjemahan.
·
Karya belum pernah atau tidak sedang diikutkan
lomba lain.
·
Belum pernah dipublikasikan melalui media
apapun.
·
Karya yang telah diikutsertakan lomba menjadi
milik panitia.
Teknik Penulisan
·
Cerpen ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan
tema “Utopia/Distopia”
·
Naskah cerpen ditulis dengan format
-
Minimal 600 kata, maksimal 1600 kata.
-
Ukuran kertas A4.
-
Jenis huruf calibri, font 11, spasi 1,5 dan
margin 4-3-3-3
-
Format .docx
Teknik Pengiriman
·
File diberi nama: kategori_judul_nama
Contoh: mahasiswa_kota
yang hilang di kabut api_yusuf ghozali
·
Di akhir karya (bukan di badan email) wajib
menyertakan:
-
Biodata singkat penulis berbentuk narasi
(paragraf)
-
Nomor telepon dan email aktif Foto/scan KTM
(Kartu Tanda Mahasiswa) / KTS (Kartu Tanda Siswa) yang masih berlaku. Bagi
mahasiswa yang belum memiliki KTM dapat melapirkan KRS.
-
Gambar tangkapan layar sebagai bukti sudah mengikuti
media sosial LPM Spirit Mahasiswa
·
Setiap peserta hanya diperbolehkan mengirim satu
karya.
·
Deadline pengiriman karya 4 November dikirim ke
alamat email: writingfestival.sm@gmail.com dengan subjek Nama Lengkap Penulis_Kategori.
Contoh: yusuf
ghozali_mahasiswa
·
Keputusan juri tidak dapat diganggu-gugat.
·
Dengan mengikuti lomba, peserta dianggap telah
mematuhi peraturan yang ditetapkan.
·
Seluruh informasi akan diumumkan lewat media
sosial LPM SM dan laman spiritmahasiswa.trunojoyo.ac.id
·
Akan dipilih sepuluh cerpen terbaik tiap
kategori untuk dibukukan.
·
Pemenang lomba juara 1 dan 2 wajib hadir saat
pengumuman pemenang sekaligus puncak acara SM’s Day Writing Festival
·
Karya akan didiskualifikasi apabila tidak
sesuai persyaratan yang sudah ditentukan.