![]() |
Ilustrasi By : Cdv_t |
Banyak
orang berkata bahwa Iblis adalah sosok yang paling “buruk” di alam semesta. Jika ada seorang manusia yang berbuat dosa,
dia pasti yang pertama disalahkan. Padahal, tanpa digoda pun
manusia akan mengikuti jalannya.
Mungkin
pendapat mereka tentang Iblis cukup berasalan.
Berangkat dari sesat pikir bila iblis adalah makhluk durhaka yang ditugaskan menggoda manusia, sehingga iblis serta-merta dituduh sebagai aktor utama segala
keburukan duniawi.
Selain itu, Iblis
juga digambarkan sebagai makhluk yang sikap sombongnya kelewat batas. Iblis memang
buruk dalam penampilan, tapi dia mampu menyamar sebagai seorang atau sesuatu
yang menarik sesukanya. Tapi, apakah masuk akal jika hanya karena itu Iblis pantas
menjadi makhluk paling buruk?
Manusia
juga punya andil tersendiri untuk melakukan kesalahan tanpa godaan
iblis sekalipun. Maka apologi paling ampuh
untuk mentolelir kesalahan manusia adalah dengan meng-kambing-hitamkan Iblis.
Alkisah, Iblis dan
malaikat adalah penghuni sorga. Mereka berdua diciptakan
dari sesuatu yang sama: cahaya. Hanya
saja cahaya si Iblis membakar sedangkan cahaya malaikat tidak. Tapi,
ketentraman tersebut tidak bertahan lama, hingga Allah menciptakan seorang makhluk
dari sesuatu yang remeh: tanah.
Saat itu terjadi
banyak perdebatan antara malaikat dan Allah saat proses penciptaan manusia. Sebab, malaikat khawatir bila, selain punya sifat baik,
manusia juga punya
segudang sifat buruk. Tetapi karena malaikat termasuk makhluk yang penurut, dia pun
diam setelah Allah berkata, ”Aku tau apa
yang kalian tidak tau.”
Lalu
datanglah perintah dari Allah kepada penghuni
surga untuk
bersujud kepada manusia sebagai masterpiece ciptaan-Nya. Dalam momen seperti ini, hanya Iblis makhluk yang menolak untuk bersujud. Iblis merasa dirinya lebih baik dari manusia. Sebab dia
diciptakan dari api sedang manusia dari tanah. Meski dia mempunyai alasan,
tetapi dia telah durhaka dengan perintah yang seharusnya wajib ia laksanakan.
Bahkan, ada yang
beranggapan bahwa sebenarnya iblis menolak bersujud karena mentauhidkan-Nya.
Karena bersujud kepada selain Allah adalah haram hukumnya. Tetapi jika dilihat
dari konteksnya terasa tidak mungkin jika Allah memerintahkan melakukan sesuatu
yang dilarang karena Dia Yang Maha Benar.
Akibat
pelanggaran tersebut, Iblis menerima hukuman
dilaknat oleh Allah. Karena hal itu, mungkin tidak dimungkinkan baginya
mendapat ampunan. Tapi, sejak saat itu Iblis meminta
dipanjangkan umurnya dan ingin mengabdikan dirinya sebagai penggoda manusia
sampai hari akhir.
Dalam
segi keimanan pun dia tidak kalah meskipun dengan seorang nabi. Bagaimana
tidak, tugas Iblis adalah menggoda
manusia dan dia sukses dalam hal itu. Lagipula, dia masih iman
atau percaya kepada Allah, dia sadar bahwa hanya
dengan Kun-Nya dia akan hancur
seketika. Sedangkan Nabi Musa, dia akan mampu beriman sepenuhnya jika sudah
melihat Dzat-Nya. Meskipun beliau hanya melihat sebagian dari Dzat-Nya beliau
pingsan.
Bahkan dalam
sumber lain mengisahkan bahwa dahulu Iblis merupakan makhluk yang paling
dikasihi oleh Allah. Sedang nama Iblis sendiri baru diperoleh setelah dia
membangkang perintah-Nya. Bahkan, malaikat yang diciptakan untuk taat pun kagum
kepadanya karena seluruh do’a Iblis dikabulkan. Dan sebab ketaatannya pula dia
pernah diangkat menjadi pemimpin para malaikat. Karena anugerah yang begitu
melimpah dia mulai lupa diri dan sombong.
Saya percaya
bila apa yang terjadi di surga merupakan skenario keakraban Allah pada setiap makhluk.
Ada yang bertugas meluruskan jalannya manusia dan ada yang menggoda manusia.
Hal ini merupakan bahasa Allah dalam menciptakan sebuah keseimbangan dalam
kehidupan manusia. Dan dengan kesetiaan iblis menggoda manusia sampai akhir
jaman dan kerelaan Iblis untuk menjadi tokoh antagonis dapat menunjukkan bila Iblis
pun taat pada hukum Allah.
Dari segi
keimanan, ketaatan dan catatan historis, Iblis merupakan makhluk yang “lebih”
dari kebanyakan manusia. Tetapi, manusia yang ditugaskan untuk menjadi
pemimpin, malah merusak dan menindas
satu sama lain. Kekhawatiran malaikat dan iblis dulu saat proses penciptaan cukup
beralasan karena dia tau kalau manusia mempunyai potensi untuk melakukan hal
itu. Hanya saja, Iblis teguh akan pendiriannya untuk tidak percaya pada sifat
Ilmu-Nya Allah. Artinya dalam konteks dan situasi tertentu, Iblis masih lebih
baik dari manusia.
Maka
pertanyaannya kemudian adalah: siapa yang lebih “Iblis” dari Iblis?
Muhamad Adam Abdullah
Anggota Baru LPM Spirit-Mahasiswa 2014.