Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan rintangan yang emnjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lain. Bisa dibilang bahwa globalisasi membawa perspektif baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini menjadi realita dan sangat mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru. Menurut SELO SOEMARDJAN, Globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama. Globalisasi membawa arus tersendiri bagi dunia secara umum dan madura secara khusus. Tak dapat dipungkiri, sebuah globalisasi memberikan banyak dampak yang mengikutinya.
Dampak positif sebuah globalisasi dapat dilihat dari perubahan
dan peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi, pola pikir sehingga kebudaan yang
diusung manusia akan semakin kompleks. Namun, disamping hal tersebut
globalisasi memberikan dampak yang negatif yang begitu kuat. Mulai dari
tergerusnya kebudayaan lokal menjadi kebudayaan kebarat-baratan karena kiblat
sebuah arus globalisasi selalu saja diawali dari negara barat yang terkadang
kebudayaannya tidak sesuai dan tidak dapat di Globalisasi sebagai tantangan:
dari persoalan ancaman yang terjadi, sebagai warga masyarakat kita seharusnya
mempunyai antisipasi.
Banyak hal yang perlu dipertegas dalam menentang arus globaliasi ini, selain
kita mempersatukan diri dalam satu kekuatan, yaitu budaya bangsa, juga
bagaimana kita dapat menyerap nilai-nilai positif yang ada di wadah globaliasi
ini sebagai bentuk kekuatan dalam memaknai sebuah nilai kebangsaan sendiri. Mau
tidak mau, kita harus berani mengimplementasikan diri dalam sebuah prilaku yang
tegas, disiplin, merawat lingkungan, tanggung jawab, kompetitif, kerja keras,
penghargaan terhadap orang lain, sosial, demokratis dan semacamnya, sehingga
untuk menuju kearah pertahanan budaya dapat kita satukan, khususnya budaya
Madura yang telah membangun ciri dan warna bangsa Madura. Kita sepakat, bahwa
yang dimaksud kebudayaan nasional adalah pertemuan dari puncak-puncak kebudayaan
daerah. Tapi persoalannya, tiap kebudayaan daerah tidak memiliki kekuatan yang
sama. Setiap kelompok etnik memiliki kekuatan yang berbada-beda, baik terkait
dengan kekuatan sumber daya alam, sumber daya manusia, atau modal budaya yang
dimilikinya. Kebudayaan daerah yang diyakini sarat dengan pesan-pesan
filosofis, spiritualitas, moral dan sosial, sebagaimana ditemui diberbagai
aktifitas seni dan tradisi masyarakat Madura.
Seni tradisi yang merupakan ekspresi hidup dan kehidupan masyarakat
pendukungnya, serta menjadi sumber inspirasi gerakan spiritual, moral dan
sosial. Dalam lingkaran kecilnya, seni tradisi terbukti memiliki peran
signifikan dalam mencairkan ketegangan sosial. Dibalik keterbatasan pranata
lokalnya, seni tradisi juga mengandung makna universal – yang paralel dengan
agama – membawa pesan mulia bagi keluhuran budi manusia. Konon, etnik Madura
memiliki kekuatan tersendiri, sehingga (seharusnya) dapat mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat tanpa harus hawatir terhadap masuknya budaya
diluarnya. Tapi persoalannya, apakah kebenaran kekuatan ini menjadi realitas
bagi masyarakat Madura?. Ada lagi suatu pemikiran yang dikemukakan orang, yaitu
kehidupan tradisi (kesenian, sosial dan lainnya) Madura merupakan satu-satunya
yang memiliki nilai plus dan sebagai martabat bangsa Madura.
Bahkan diimplementasikan setiap kelompok etnik Madura yang eksoduspun tetap
mempertahankan nilai-nilai kemaduaraannya meski mereka hidup dalam kondisi
budaya yang berbeda. Nah, dari sini kita perlu pahami bersama tentang apa yang
dipahami sebagai orang Madura. Apakah indentivikasi kekerasan dan carok menjadi
kekuatan indetitas etnik Madura. Atau nilai-nilai lain yang terkandung dalam
kehidupan seni tradisi, peninggalan budaya, dan persoalan-persoalan kehidupan
dibalik kekerasan dan carok itu. Atau apakah kita telah sepakat bahwa budaya
Madura telah menjadi bagian vital bagi kehidupan masyarakatnya?. Atau kita
biarkan saja, budaya yang konon adiluhung itu mengalir sendiri sesuai dengan
perkembangannya?. Masalahnya, apakah kita pernah mengevaluasi diri dari
kacamata budaya? Apakah kita masih pantas disebut sebagai masyarakat atau etnik
Madura? Apakah sikap kita dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan sikap
manusia yang berbudaya Madura? Cerminan diri bangsa adalah bersumber dari
individu-individu bangsa.
Baik buruknya negara bersumber dari
masyarakatnya.
Untuk itulah fungsi norma dan nilai sosial tidak akan pernah tergantikan dan pudar fungsi-fungsinya. Penginternalisasian nilai dan norma mutlak dilakukan tiap warga negara untuk melindungi perilaku dan kearifan lokal budaya nasional.