WKUTM – Ratusan mahasiswa Universitas
Trunojoyo Madura (UTM) yang tergabung dalam aliansi Trunojoyo Bergerak melakukan
demonstrasi di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Bangkalan, Selasa (13/10). Selain menolak Omnibus
Law, massa juga mendorong pengsahan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
Seksual (RUU PKS), dan mengecam tindakan represif polisi terhadap demonstran.
Untuk isu
lokal, massa juga menyurakan penolakan atas impor garam dan komersialisasi pendidikan
dalam jaringan (Daring), pemberian hak pendidikan bagi seluruh lapisan
masyarakat, serta menunutut pembentukan Badan Narkotika Nasional Kabupaten
(BNNK), dan perbaikan pengelolaan sampah di Bangkalan.
Mohammad
Thoifur Syairozi, selaku Koordinator Lapangan, mengatakan penuntutan untuk
segera dibentuknya BNNK berlandaskan pada pertemuan rapat para stakeholder bersama DPRD komisi D di Bangkalan
pada 21 Maret 2016. Pertemuan yang dihadiri oleh beberapa lembaga tersebut
menyepakati status Bangkalan darurat narkoba sehingga direkomendasikan untuk
membentuk BNNK. Namun, menurut Rozi, pembentukan lembaga tersebut lamban untuk
ditindaklanjuti oleh pemerintah Kabupaten Bangkalan.
”Padahal kita
mengetahui bahwa narkoba adalah musuh kita semua,” jelas mahasiswa UTM angakatan
2015 itu.
Selanjutnya,
ia juga mengungkapkan jika penolakan impor garam menjadi salah satu tuntutan
dari aksi tersebut. Garam yang menjadi identitas Madura, menurutnya belum dapat
mensejerahkan petani garam. Hal tersebut disebabkan harga garam yang berkisar
Rp.450 per kilogram terhitung masih sangat murah. Hal tersebut menurut Rozi, disebabkan
masih maraknya impor garam di Indonesia tanpa memperhatikan stok garam di Madura
yang berlimpah.
Terkait penolakan
terhadap omnibus law, massa aksi
hanya meminta untuk difasilitasi untuk melakukan video conference dengan DPR RI lantaran DPRD Kabupaten Bangakalan
sudah menolak UU tersebut.
”Bagi
kami, saat ini pemerintah kabupaten sudah tidak punya kewenangan akan hal itu,”
ujarnya.
Terkait aksi
yang dilaksanakan ini, Wakil Ketua Polisi Resort Bangkalan, Deky Hermansyah menyampaikan
pesan dari Kepala Resort Bangkalan Rama
Samtama Putra, yaitu antara massa dan kepolisian bukan saling bermusuhan
dan pihak kepolisian selalu melayani proses masyarakat supaya tidak terganggu.
”sampaikan pesan dari bapak Kapolres, kita bukan saling
bermusuhan dan selalu berkoordinasi,” ungkap pria asal jember tersebut.
Massa Aksi Memasuki Gedung DPRD
Pukul
12:00 WIB massa aksi menuju DPRD Bangkalan, sebelumnya massa sempat berkumpul
di Suramadu untuk melakukan aksi tabur garam sebagai bentuk protes atas
murahnya harga garam. Hingga pukul 15:30 WIB, mahasiswa melakukan orasi didepan
kantor DPRD. Mereka memaparkan tuntutan dan mendesak agar anggota dewan DPRD
menemui massa dan segera menyambungkan mereka dengan DPR RI.
Sempat terjadi
negosiasi antara aparat dengan massa, terkait jumlah massa yang masuk ke dalam
gedung DPRD. Setelah negoisasi tersebut disepakati, yaitu dengan hanya
memperbolehkan 80 massa aksi yang masuk, durasi yang diberi untuk audiensi
hanya 40 menit dengan ketentuan apabila ada massa yang membuat kerusakan di daerah
gedung, akan ditangkap tanpa pertanggungjawaban Korlap. Setelah kesepakatan
tersebut, massa dipersilahkan masuk ke dalam ruang rapat paripurna dan sisanya
menunggu di luar gedung.
Setelah di
dalam ruang rapat, massa mendesak untuk dihubungkan dengan presiden Joko Widodo
atapun ketua DPR RI, Puan Maharani. Namun hal itu tidak bisa direalisasikan
oleh perwakilan DPRD, sebab mereka tidak berhubungan dengan kedua orang
tersebut. Mereka hanya dapat menyambungkan massa dengan anggota Komisi V DPR RI, H. Syafiuddin Asmoro dari Fraksi
Partai Kebangkitan Bangsa menggunakan aplikasi zoom.
Massa pun mengungkapkan kekecewaan dan tuntutan mereka
terkait omnibus law. Di akhir
perbincangan, mereka mengucapkan mosi tidak percaya pada DPR, juga menuntut DPRD
untuk memberikan bukti foto maupun video yang berisi penolakan Undang-undang
tersebut kepada DPR.
Terkait tuntutan atas isu lokal, antara massa dan DPRD menyepakati
untuk melakukan audiensi lanjutan yang belum diketahui kapan pastinya. (Uya/S)