Komunitas mahasiswa disinyalir HTI sedang berfoto di area taman kampus UTM
WKUTM - Beredarnya
foto beberapa mahasiswi dengan bendera yang
disinyalir sebagai bendera bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ramai menjadi
bahan pembicaraan, khususnya di
kalangan Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Beberapa
mahasiswi yang ada di dalam foto tersebut teridentifikasi berasal dari Fakultas
Pertanian dan Keislaman.
Terkait hal itu Pembantu Dekan III Fakultas
Keislaman (Fkis), Abdur Rohman membenarkan kalau anak didiknya merupakan salah satu mahasiswi yang ada di
foto itu. Menurut Rohman, pihaknya sudah meminta mahasiswi FKis yang terlibat
memberi penjelasan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara
kekeluargaan.
”Kita sudah
mengetahui siapa saja yang terlibat dan kita sudah memintanya untuk
menghadap kita sembari menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Kita memberikan
sistem kekeluargaan,” ungkapnya.
Senada dengan Abdur Rohman, Pembantu
Dekan III Fakultas Pertanian (FP), Ahmad Farid juga membenarkan
terkait beberapa mahasiswi FP yang ada di foto itu. Namun dirinya membantah foto tersebut sebagai bagian dari HTI. Menurutnya, bendera yang dibentangkan di foto hanya mirip dengan
bendera HTI.
”Di bendera
HTI itu ada tulisan kecil dibawah Hizbut Tahrir Indonesia sedang ini tidak,” jelasnya.
Sedang
menurut salah satu mahasiswi yang tidak mau disebutkan namanya, menuturkan bahwa yang ada di dalam foto itu memang bagian dari HTI yang tergabung dalam satu komunitas baru. Hal ini dilakukan karena secara resmi HTI
sudah dibubarkan oleh negara.
”Mereka
adalah bagian dari HTI. Karena setiap kampus membubarkan HTI, maka mereka membuat
komunitas sendiri, Forum Muslimah Cerdas (FORMUDA) namanya. Dan akan berbeda (namanya, red) pada setiap kampus yang ada,” Ungkap mahasiswi yang juga mengikuti
kajian Formuda tersebut.
Selain itu dia juga mengungkapkan bahwa komunitas itu tumbuh di Fakultas Pertanian karena adanya salah satu dosen yang membimbing dan biasa mengisi
materi ketika kajian bersama istrinya. Namun dia
berani menjamin selama mengikuti kajian, forum tidak pernah membahas tentang
khilafah dan makar.
”Memang
kebanyakan tumbuh di FP, karena ada dosennya disana. Yang
mengisi kajiannya pun dari dosen dan istri dosen, namun mereka tidak pernah
membahas makar atau
khilafah yang notabene dicap kepada mereka,” tambahnya.
Menyikapi
hal tersebut ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa, Halimi menuturkan perihal masalah ini masih ditindak lanjuti untuk pemanggilan ke mahasiswi yang
bersangkutan, yang dipasrahkan kepada Pembantu Dekan III masing-masing. Selanjutanya, hal tersebut akan dikaji dan
dipertimbangkan kembali untuk pemberian sangsi.
Di sisi lain, pihak rektorat
sudah melakukan rapat di Ruang Rapat 401 Gedung Graha Utama terkait masalah ini.
Namun, sampai sekarang belum ada keterangan resmi
dari pihak rektorat terkait hasil rapat terbatas yang dilaksanakan pada pukul
10.00 WIB (18/9) itu. (Vir/Sir)