SEBENARNYA

SEBENARNYA

LPM Spirit - Mahasiswa
Selasa, 06 Mei 2014
Oleh : Diyan
Sabtu pagi menjelang siang, aku berangkat dengan hati yang riang gembira. Aku sudah tidak sabar untuk melakukan perjalanan ini. Dimana tujuan perjalanan ini? Apa yang terjadi nanti? Itulah beberapa pertanyaan yang sempat hinggap di pikiranku. Saat itu cuacanya cukup panas, aku dan dua temanku menunggu kedatangan teman-teman yang lain, ku ketuk-ketuk pintu basecamp, tapi tidak ada jawaban dari dalam ruangan itu. Akhirnya kita putuskan untuk menunggu yang lain di luar. Tiga puluh menit kita menunggu yang lain, kemana mereka? Apa mereka sudah berangkat dulu dan meninggalkan kita? Tidak mungkin saja mereka telat, pikirku untuk menghibur diri. Kemudian aku mendapatkan pesan singkat dari teman-teman yang lain, ternyata mereka berkumpul di luar kampus. Aku dan teman-teman yang menunggu didalam kampuspun keluar. Ternyata teman-teman yang lain sudah menunggu kita di sebuah gubuk kecil pinggir jalan bersama para senior. Pantas saja waktu kami ketuk-ketuk pintu basecamp tidak ada jawaban, ternyata penghuninnya disini. 

Cukup lama juga aku dan teman-teman yang lain bercakap-cakap di gubuk itu. Setelah itu senior menyuruh kita kembali ke basecamp, dalam hatiku bicara ‘Kalo ujung-ujungnya ke basecamp kenapa aku disuruh kesini?’ tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi, aku hanya seorang junior yang harus mengikuti seniornya. Akhirnya kami semua beranjak dari gubuk kecil kembali ke basecamp. Matahari siang ini mulai memanas, kami berjalan menuju basecamp dalam kampus. Jam menunjukkan pukul 12 lewat, waktunya shalat dzuhur. Jarak masjid dengan basecamp tidaklah jauh, beberapa dari kami melakukan shalat dulu sebelum berangkat. Waktu sampai di basecamp, kakak-kakak senior menyuruh peserta perempuan untuk memasak nasi. Apa mereka mengerjai kita? Apakah kita tidak jadi pra-diklat diluar? Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang aku tidak tahu tujuannya, kemana kita kali ini? Mau diapain kami kali ini? Aku tidak tau. Setelah nasi yang kita masak tadi matang, kami semua memakannya bersama-sama. Meski dengan lauk jagung dan telur, tpi itu adalah hal yang istimewa bagi kami. ‘Setelah selesei makan, kita akan berangkat’ ternyata tidak! Kami masih menunggu senior-senior bersiap. Tanpa mereka apa yang akan kami lakukan, kami tidak tau nanti kemana dan apa yang harus kami lakukan. Pukul 4 sore kami para peserta pra-diklat dan beberapa kakak senior yang akan mendampingi sudah siap untuk berangkat. Terik matahari disore hari luar biasa panasnya. Panas dari matahari itu tidak akan mengalahkan semangat kami. 

Tidak lama kemudian kita sampai di jalan raya, menunggu kendaraan umum yang akan mengantarkan kami kepelabuhan. Sesampainya dipelabuhan kami memesan tiket kapal dari Madura menuju Surabaya, sempat terjadi konflik dalam pembelian tiket itu, temanku sudah bilang kalu mau membeli tiket untuk para pelajar, tapi bapak petugas malah memberi kita tiket dewasa. Tiket yang sudah dibeli tdak dapat dikembaalikan lagi, ya sudahlah anggap saja itu sedekah. Tidak lama kemudian kapal yang akan kami tumpangi datang. Ini adalah pengalaman pertama aku naik kapal. Berdebar-debar rasanya, yang aku pikirkan, apa kapal kita akan bergoyang kencang? seperti di film pirates of the carribean yang di bintangi actor terkenal Johny Depp. Tidak! ternyata kapalnya berjalan dengan pelan. Perjalanan diatas kapal ini memakan waktu hampir 30 menit. Setelah kapal berhenti kami segera turun dari kapal itu. Kami dan para senior segera bergegas mencari masjid untuk shalat ashar. Setelah shalat kami mencari bis untuk ke tempat pertama yang akan kita tuju, dimana tempatnya aku dan teman-teman yang lain tidak tahu, hanya para seniorlah yang tau tempat dan tujuan kita. Aku salut dengan para senior kalau menawar harga dengan supir bus, yang tadinya tariff harga bisa mencapai Rp. 5000,- bisa di tawar sampai Rp. 3000,-. Trik ini patut di contoh. Tempat tujuan pertama kita adalah Tunjungan Plaza atau bisa di sebut “TP” saat sampai disini, kami peserta pra-diklat langsung di bagi kelompok, satu kelompok berisikan 3 orang. Kita disuruh masuk ke TP, tidak hanya jalan-jalan saja disana tapi kami mendapatkan tugas dari para senior untuk mencari informasi-informasi apa yang ada dan apa yang dilakukan orang-orang didalam TP. Waktu kami hanya sekitar satu jam. Selama itu kita harus mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Ada seorag ibu-ibu sendirian sedang mencari celana, kami bertiga mendekati beliau, niat kami bertanya, tpi sepertinya ibu-ibu tadi merasa takut atau terganggu dan ibu itupun meninggalkan kita. 

Tidak mudah bagiku untuk bertanya-tanya pada orang yang baru aku kenal. Tugas di TP selesei, kami segera bergegas ke tempat selanjutnya, dimana itu kami tidak ada yang tahu kecuali senior. Karena memang hari sudah mulai larut. Sekali lagi aku salut dengan seniorku, kakak-kakak kalau mau naik kendaraan umum, kalau harganya tidak sesuai dengan yang mereka inginkan mereka tidak akan naik, Keren!. Tempat yang selanjutnya ternyata “Taman Bungkul” beberapa senior yang lain sudah menunggu di sana. Para senior menyuruh kita untuk istirahat sejenak. Aku keluarkan snack yang sudah kubawa dari asrama, beberapa aku berikan ke senior dan teman-teman. Menghabiskan malam minggu di taman bungkul adalah suatu hal yang baru pertama kali aku lakukan, pengunjung di sini banyak dari semua kalangan mulai dari anak-anak kecil, pemuda bahkan sampai orang tua. Setelah istirahat selesei kami ditanya mengenai bagaimana hasil wawancara yang kami dapatkan waktu TP. Ternyata kami gagal dalam tugas itu, kenapa? Karena kita hanya terpaku pada apa yang terlihat saja, aku tidak pernah berfikir sampai sejauh apa yang senior katakan pada kami. Betapa sempitnya pikiranku waktu itu, kenapa aku tidak menyadarinya? Seperti bagaimana perputaran ekonomi di TP. Setelah kami diberi arahan-arahan, bagaimana kita bisa peka terhadap apa yang ada disekitar kita, bagaimana kita bisa merasakan apa yang ada disekitar kita. Kemudian kita di suruh berbaur lagi dengan masyarakata yang ada di taman bungkul. Waktu itu pukul 21.00 wib. Lelah, bosan, mengantuk, itu yang aku rasakan waktu itu. Bagaimana tidak? Kita disuruh jalan-jalan berpasang-pasangan selama 2 jam penuh. Setelah 2 jam itu selesei, aku kembali lagi ke tempat senior-senior berkumpul, semua teman-teman juga sudah mulai berkumpul. yang lain. Ternyata apa yang kami lakukan selama 2 jam penuh itu sia-sia. Kenapa? Kami tidak pernah bertanya apa sih taman bungkul itu? aku baru tahu kalau taman ini sebenarnya adalah makam. Hal sekecil itupun aku tidak tahu, aku sangat kurang peka sekali dengan apa yang ada disekitarku. Tepat pukul 23.00, kami pindah lagi dari taman bungkul ke stasiun Wonokromo. Apa yang akan kami lakukan malam-malam disana? Pikirku. Kami berangkat kesana dengan berjalan kaki dari taman bungkul hingga kestasiun, jalan-jalan malam di kota Surabaya juga pertama kali aku lakukan. 

Capek dan kantuk tidak aku rasakan waktu itu. Kemudian kami berhenti sejenak diperempatan dekat stasiun Wonokromo. Kami memakan snack yang belum kami makan, lumayan kan untuk mengganjal perut. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan ke stasiun Wonokromo. Kakak-kakak senior memberikan arahan-arahan apa yang seharusnya kita lakukan. Ditempat ini kami bertugas dipasang-pasangkan, berhubung ini tempat yang berbeda jauh dari tempat-tempat yang kami kunjungi sebelumnya, kakak senior juga mendampingi kami. Ceritanya aku dan pasanganku itu disini menunggu kereta datang, dari pada jenuh akhirnya kami memutuskan untuk pergi kewarung membeli segelas kopi panas. Tidak hanya sekedar membeli kopi saja, tapi kami mengamati apa yang sebenarnya terjadi di situ. Aku benar-benar tegang waktu di sana, kenapa? Karena ini adalah tempat yang aku saja tidak pernah membayangkan bisa datang ketempat ini. Aku hanya duduk terpaku di warung itu, aku tidak berani menengok kanan-kiri. Banyak mata yang memperhatikan kami. Mungkin bagi mereka yang melihat kami akan berfikir seperti ini ‘kok berani mereka datang ke tempat seperti ini?’. Temanku malah menikmati hal seperti ini. Yang aku pikirkan hanya, segera lari dari tempat ini, takut, tegang itu yang aku rasakan. Kemudian senior memberi kami aba-aba untuk pindah ke tempat lain. Kami berjalan dijalan yang cukup gelap itu. aku melihat senior kami dan kesana menemuinya. Dia menyuruh kita jalan di depan tenda-tenda gelap yang dihuni oleh beberapa pasangan makhluk hidup didalamnya. Saat kami mau jalan ada seorang mbak-mbak yang biasa disitu memperingatkan kami, supaya jangan main-main di tempat seperti ini. Aku hanya diam, tatapanku lurus kedepan berjalan secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Keringat dingin keluar dari badanku. 

Aku melihat orang-orang berlari-lari dari arah yang aku kunjungi tadi. Aku sempat bingung, kenapa mereka berlari? Aku mencari seniorku tapi tidak ada, kucari lagi dia juga ikut lari. Aku tambah bingung, kenapa? Ternyata ada razia katanya, akupun ikut lari. Dalam hati aku bersyukur, karena dengan begitu aku dapat segera meninggalkan tempat itu. Kami berjalan truz, aku tidak tahu kemana kakak-kakak senior membawaku. Aku hanya bisa pasrah. Tidak lama kemudian kami bertemu teman-teman yang lain di pinggir rel kerata api. Kami berkumpul di situ, kakak-kakak bertanya pada kami bagaimana rasanya? Apa yang kalian dapat dari itu? aku menceritakan apa yang tadi aku rasakan. Senior memberikan kami masukan-masukan, memberi tahu kita bagaimana kalau hal ini mempunyai maksud yang sperti ini. Dari situ aku dapat merasakan dan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak berani lagi hanya mengkritik hal-hal seperti itu lagi, karena kenyataan kadang berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Rasa kantuk dan lelah menghantui kami, sekarang pukul 03.00 jelas saja, tapi entah kenapa aku tidak bisa tidur. Teman-teman yang lain sudah bermimpi dan aku tidak bisa tidur. Dan akhirnya kakak-kakak yang senior menasehati aku kalau kamu begini, nanti kejadian seperti ini. Sempat kepikiran dan sebal sih, tapi tidak apalah. Aku cuma berpikiran kalau apa yang dikatakan senior itu baik untuk aku. Aku juga berterimakasih pada senior karena sudah memberi aku masukan-masukan yang nantinya akan bermanfaat bagiku. Hari mulai pagi, saatnya kami pindah lagi ketempat selanjutnya. Terlihat sekali wajah-wajah lelah diwajah teman-teman termasuk aku. Kami menuju tempat selanjutnya dengan menaiki kendaraan umum. Banyak dari mereka yang tertidur di dalam kendaraan umum yang kami naiki. Tidak lama kemudian sampailah kita ditempat tujuan yaitu Pasar. Disini tugas kami masih sama. Aku merasa orang dipasar itu orang yang hebat. Kenapa aku bilang begitu? Karena mereka berani bangun pagi-pagi sekali dimana jam-jam seperti itu kebanyakan orang masih tidur, tapi mereka bangun. Orang-orang dipasar juga ramah-ramah, aku berani bicara seperti itu karena aku sudah mengalami atau bisa disebut merasakan keramahan mereka. Seperti contohnya saat aku membutuhkan kamar mandi, aku mampir ke warung yang waktu itu belum buka dan aku minta izin buat meminjam kamar madinya dan di izinkan, terus ada lagi, waktu aku dan temenku duduk di pinggiran toko, ada seorang ibu-ibu yang berjualan disana menawari kami tempat duduknya. Betapa baiknya mereka. Tugas dipasar sudah selesei, kakak senior menyuruh kami ke terminal bus bungurasih, yang aku pikirkan dengan teman-teman yang lain adalah kembali pulang. Tapi dugaan kami salah, kami masih ad tugas lagi. 

Tapi sebelum menuju ke cerita tugas itu, kami membeli makanan hanya beberapa bungkus untuk kami makan bersama, dengan uang yang pas-pasan kami cukup-cukupkan suapaya nanti uangnya cukup untuk pulang. Setelah selesei makan kami menjalankan tugas lagi, yaitu mencari informasi tentang semua yang bersangkutan di area terminal tadi. Aku kebagian tugas mencari informasi ke penumpang, aku vertanya tentang terminal ini, malah aku yang diberi nasihat-nasihat sama orang yang aku jadikan target. Setelah kami menjalankan tugas kami berkumpul lagi, dan kesimpulan dari tugas ini kami gagal lagi. Menjadi seorang pencari informasi itu memang susah yah. Senior memberikan masukan-masukan lagi kepada kami. Matahari di siang ini terik sekali. Kemudian aku dan salah satu temanku disuruh untuk membeli sebungkus rokok dan air minum. Kedua seniorku berhenti tepat d depan indomaret. Tanpa pikir panjang aku segera menuju ke indomaret itu. kemudian seniorku menawari kami makan ‘kamu tidak beli makan ta?’ aku menjawab dengan tegas ‘ndak kak’. Setelah itu kami balik lagi ketempat kami berkumpul tadi. Aku heran kenapa para senior menertawakan kami, ternyata gara-gara kresek indomaret. Ya Allah aku tidak kepikiran akan hal itu, pantas saja mereka tadi bilang salah satu dari kalian berarti salah semua. Oh jadi ini maksudnya, betapa bodohnya diriku, apa yang ku dengarkan dari materi senior tadi tidak aku cerna dengan baik, ditambah teriknya panas matahari yang menuntunku ketempat itu. aku hanya bisa berkata ‘maaf teman-teman’. Sudah tidak ada lagi yang dapat kami lakukan, kamipun segera pergi dari tempat ini, yang kupikirkan masih sama, akhirnya pulang juga. Dan ternyata aku salah lagi, kami dibawa keapartemen lalat milik LPM di Surabaya, tepatnya di dekat IAIN Sunan Ampel. 

Disana kami disuruh membersihkan apartemen itu sebelum kami bisa menempatinya untuk beristisarahat. Setelah kami membersihkannya kami tidak langsung tidur. Tapi kami mandi dulu, biar segar. Setelah mandi dan shalat, kami kembali lagi ke apartemen lalat untuk beristirahat. Akhrinya kami bisa tidur juga. Saat kami sudah mulai pulas, kami dibangunkan agar pindah keruangan bagian tiga di apartemen lalat itu, dan kamipun tidur lagi. Meski kami tidur tidak sampai 2 jam, tpi itu cukuplah untuk memulihkanku dari rasa kantuk dan lelah meski juga tidak benar-benar seratus persen pulih. Akhirnya kami berbincang-bincang, sharing tentang apapun juga. Setelah itu kami diberikan masukan-masukan lagi oleh kakak senior. Tidak lama kemudian terdengar adzan maghrib, kakak senior mengakhiri materinya. Aku dan teman-teman menuju masjid untuk shalat. Kemudian kami d ajak jalan-jalan di sekitar tempat itu. kami duduk-duduk di pinggir jalan menikmati malamnya suasana di sini. Disni kita bersantai, bermain-main, sharing dan lain-lain. Jam menunjukkan sudah pukul 22.00 waktunya untuk pulang. Pada jam-jam malam seperti itu, kendaraan umum sulit untuk dijumpai, cukup lama kami menunggu datangnya bis. Bis yang kami tunggu-tunggupun datang, kami segera naik bi situ takutnya kalau kami telat kami tidak dapat kembali ke Madura karena ketinggalan kapal. Didalam bis aku sempat tertidur sejenak. 

Tidak lama kemudian kami sampai di pelabuhan. Kami berlari-lari menuju loket pembelian tiket atau bisa dosebut karcis. Untuk malam seperti ini tidak ada tiket untuk mahasiswa atau pelajar, yang ada hanya tiket dewas. Mau tidak mau kita harus membelinya, haraga beda seribu saja adalah masalah bagi kami yang uangnnya pas-pasan. Setelah mendapatkan tiket, kami berlari-lari menuju kapal yang akan mengantarkan kami ke Madura. Betapa malunya kami saat petugas bicara di alat pengeras supaya jangan berlari-lari karena kapal akan berangkat pukul 00.00, lah sedangkan sekrang masih pukul 23.30. Kami berjalan menuju kapal itu, lama sekali rasanya menunggu berangkatnya kapal. Banya dari teman-teman yang memilih untuk tidur, tapi aku tidak, aku tidak bisa tidur. Setelah menunggu cukup lama akhirnya kapalpun berangkat. 

Tiga puluh menitan perjalanan dari perak ke Madura. Kami segera turun dari kapal dan mencari tumpangan. Ternyata malam-malam seperti ini masih ada angkot yang beroprasi. Biaya dari pelabuhan ke kampus sekitar Rp.5000,- maklum lebih mahal dari tariff tadi siang. Tapi kalau dengan tarif seperti itu, uang kami tidak cukup. Kamipun disuruh naik oleh kakak senior. Kakak-kakak senior memang sangat baik, meski kadang membuat kami sebal tapi sebenarnya merka sangat baik. Kami sampai di pertigaan jalan menuju kampus. Yang membawa motor hanya satu, kakak senior kita mengantar dua teman perempuanku dahulu ke kampus, kalau dilihat-lihat jalannya cukup jauh lah. Dan sisa dari kami menunggu kakak itu balik lagi. Pukul 00.30 disini jalanan sepi, sudah jarang lalu-lalang kendaraan. Kemudian kami disuruh untuk kembali ke kampus dulu dengan mengendarai motor kakaknya tadi. Terus kakak-kakak dan teman-teman yang lain memilih untuk berjalan. Betapa baiknya mereka, aku sampai terharu. Maaf kakak dan teman-teman kalau kami selalu merepotkan. Hanya kata maaf dan terimakasih yang bisa aku ucapkan sekarang. Sesampainya di kampus aku tidak langsung tidur kami menunggu kakak-kakak yang lain datang dan teman-teman . 

Setelah mereka datang barulah aku dan yang lainnya tidur. Sekitar pukul 05.00 kami dibangunkan untuk shalat subuh. Setelah shalat subuh kami balik ke asrama. Dari perjalanan ini banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat aku ambil. Aku tidak akan pernah menyesal dengan perjalanan ini, malah akan aku kenang. Di perjalanan ini banyak fakta-fakta atau realita yang membuka hatiku untuk melihat lebih jauh lagi ada apa yang sebenarnya terjadi diluar sana. Capek, lelah, ngantuk dan senang itu yang aku rasakan, tapi banyak senangnya. Dari perjalanan ini aku bisa berkata jadi inilah kehidupan yang sebenarnya.