WKUTM – Berdasarkan Sistem
Informasi Rencana Umum Pengadaan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
(Sirup LKPP), nomor 29271839, 29271838, dan 29271837. Universitas Trunojoyo Madura
(UTM) merencanakan pembangunan taman bozem di area bozem UTM. Diketahui
pembangunan taman bozem akan dimulai pada bulan Juli dengan estimasi
selesai satu bulan penuh. Adapun perihal dana dari ketiga ajuan paket yakni
berkisar Rp. 250.000.000. Menanggapi hal ini, beberapa pihak menilai
pembangunan tersebut sangat penting.
Indah
Wahyuni Abida, selaku dosen Program Studi (Prodi) Manajemen Sumber daya Perairan (MSP),
mengungkapkan bahwa taman bozem diperlukan lantaran multi fungsi dan
menawarkan sisi
edukatif di dalamnya.
”Terkait perlu tidaknya bergantung pada manfaatnya, kalau
semisal taman tersebut multi guna, misalnya akan ada tanaman endemik Madura,
ada pula gazebo guna tempat belajar dan disediakan Wireless Fidelity (Wi-Fi) sebagai fasilitas pembelajaran,”
ungkapnya (27/05).
Indah,
mengungkapkan
bahwa adanya taman bozem sebenarnya untuk tujuan yang bersifat edukasi dan
sebagai penyeimbang alam. Semuanya didasarkan pada keadaan sekitar kampus yang
didominasi oleh gedung sehingga daerah resapan air kurang memadai dan masih
memicu banjir, selain itu pembangunan gedung juga menjadi alasan mengapa
drainase relatif buruk.
”Adanya taman bozem ditujukan untuk menambah
resapan air juga memproses air resapan dan nantinya dapat disediakan air
bersih,” ungkap Indah.
Menurut Indah, perencanaan proyek
bozem harus dilihat dari segi konsep yang diusung terlebih dahulu. Mengenai
rancangan pembangunan taman bozem, pihaknya juga menuturkan bahwa pembangunannya
harus diperhatikan dari segala sisi dengan pertimbangan kegunaan, berdasarkan
pada Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), dan pemerhatian keadaan lingkungan.
”Idealnya, menurut saya nanti harus ada pintu air masuk dari
saluran yang ada untuk kemudian diproses di bozem sehingga airnya bisa
digunakan untuk keperluan tanaman. Selain itu yang terpenting ialah pemerhatian
konservasi air, kajian tanah, dan untuk aturannya mengarah pada pengelolaan UTM
agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan, ini kaitannya dengan pemerhatian
AMDAL,” tuturnya.
Mengenai penjelasan dari bozem, Indah memaparkan bahwa bozem
berasal dari bahasa belanda yakni Boezem yang dapat diartikan sebagai
danau buatan dengan kegunaannya sebagai resapan air hujan. Sedangkan untuk
perawatannya sendiri dapat didasarkan pada perhitungan air yang masuk,
kemungkinan penguapan, serta resapan air disampingnya.
”Seperti tandon, menampung di saat hujan dan dimanfaatkan saat kemarau,” papar
perempuan asal Lamongan tersebut.
Indah
menuturkan bahwa pada sekitar tahun 2012 atau 2013 UTM sempat mengadakan
perencanaan alternatif selain bozem sesuai dengan adat Madura yakni tanean
lanjhang. Meskipun begitu, menurutnya setiap konsep yang ada bisa
berkembang maupun berubah dalam lima tahun. Semua didasarkan pada perluasan lahan juga
kebutuhan pembangunan. Pihaknya berharap untuk pembangunan nanti akan terealisasikan dengan baik. Sedangkan untuk lama pembangunan
disesuaikan dengan rancangan masterplan yang ada.
Mohamad
Afif Irfani, selaku mahasiswa Prodi MSP 2018, menjelaskan bahwa keberadaan
taman bozem di dalam kampus cukup penting sebagai penyetok oksigen segar dan
perawatan tumbuhan di kampus, selain berfungsi untuk estetika.
”Pembangunan taman bozem di dalam kampus sendiri menurut saya
cukup penting. Mengingat sebenarnya UTM masih memiliki tanah yang luas. Di satu
sisi bisa menawarkan ruang hijau sebagai penyetok oksigen, dan menyajikan
fungsi keindahan. Selain itu juga mempermudah perawatan tanaman sebab
adanya air yang tersedia dari bozem,” jelas pria asal Sidoarjo
tersebut (26/05).
Senada
dengan Afif, Shinta yang juga mahasiswa Prodi MSP, mengungkapkan bahwa keberadaan
taman bozem haruslah disesuaikan dengan fungsi dan tujuan yang membawa manfaat
bagi kampus.
”Kalau menurut saya itu penting, mengingat wilayah kampus
sering terjadi banjir. Saya sendiri pernah merasakan selama dua tahun kuliah offline.
Sebenarnya kalau tujuannya untuk estetika saja, kan sudah ada taman kampus.
Jadi, dilihat dulu pemanfaatan taman bozemnya untuk apa,” ungkap mahasiswa asal
Jember ini (26/05).
Amrin
Rozali, selaku kepala Barang Milik Negara (BMN) UTM, memaparkan bahwa
pembangunan dari taman bozem akan diawali dengan cara pembersihan lewat cut
and fill, kemudian perlakuan pengerjaan tanah, dan dilanjut dengan tahap
yang disesuaikan dengan Detail Engineering Design (DED). Namun, Amrin
menjelaskan jika dirinya tidak mengetahui kapan pelaksanaan pembangunan taman
bozem tersebut direalisasikan.
”Saya tidak punya rincian pembangunan ataupun masterplan
taman bozem yang akan dibuat itu, sebab ranahnya sudah beda. Terkait hal itu
merupakan kebijakan dan wewenang dari pihak yang bersangkutan dengan
perencanaan,” jelasnya. (27/05)
Adapun
Budi Jaya Sugiarto, selaku pihak Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ),
belum bisa dihubungi hingga berita ini ditulis. (Ret/Ahr)