Meninjau Kembali Pembangunan Infrastruktur Kampus

Meninjau Kembali Pembangunan Infrastruktur Kampus

LPM Spirit - Mahasiswa
Rabu, 26 September 2018

               Palang pintu otomatis yang saat ini masih belum dioprasikan kembali. Foto: Dico


WKUTM – Infrastruktur Universitas Trunojoyo Madura (UTM) masih terus dalam proses pembangunan, seperti penerapan palang pintu otomatis, rumah garam, rumah sapi, gedung perkuliahan, dan rumah susun.

Palang pintu otomatis yang sempat diujicobakan dengan penggunaan barcode pada Rabu (12/9), rencananya akan diberlakukan kembali.  Seperti yang diungkapkan Amrin Rozali, selaku staf Unit Layanan Pengadaan (ULP), mengungkapkan bahwa palang pintu otomatis akan diterapkan setelah penambahan unit yang masih dalam tahap perencanaan.

Kita akan kembali menggunakan barcode. Hanya saja, yang menjadi masalah di sini perlu penambahan palang pintu saja,” ungkapnya.

Menurut Amrin, penambahan palang pintu otomatis rencananya diletakkan di beberapa tempat, di antaranya pintu gerbang lama. Apabila hal tersebut terealisasi, total ada empat palang pintu yang beroperasi.

”Total palang pintu ada 4, kita sudah melakukan pengajuan anggaran, dan kemungkinan disetujui,” jelasnya.

Eva Salmani, Mahasiswi Sastra Inggris mengungkapkan bahwa perihal masalah palang pintu, ia begitu setuju jika akan ada rencana penambahan.

”Sejauh hal itu seimbang dan mengatasi kemacetan, maka tidak apa-apa. Kalau masih dirasa macet, mending tidak usah karena hanya akan buang-buang waktu saja” ungkapnya.

Menurut Agus Bambang, selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag) Perencanaan, juga akan ada pembangunan gerbang di jalan akses baru. Akses jalan baru yang dibongkar sejak bulan Maret lalu masih belum dilanjutkan karena permasalahan tender.

”Sebenarnya akan ada pembangunan gerbang kampus yang digunakan untuk akses jalan baru pada awal tahun mendatang. Sebenarnya pada tahun ini sudah ada anggaran terkait perencanaan pembangunan tersebut. Namun, pihak ULP masih dalam pertimbangan karena terhambat permasalahan tender. Lebih baik tidak dibangun di tahun ini, daripada tidak selesai karena terburu waktu,” tuturnya.

Selain palang pintu dan akses jalan baru, pembangunan lain yang disoroti yakni keberadaan bakal gedung di sebelah selatan foodcourt. Setelah dikonfirmasi, Amrin mengatakan bahwa gedung tersebut akan dijadikan sebagai rumah susun (rusun) yang juga difungsikan sebagai guest house.

Terkait rusun, pelelang dan pemilik anggaran adalah dari pekerjaan umum dan rakyat. Kita (red: pihak UTM) tidak ikut tender karena kita hanya terima jadi. Namun, hal itu akan masuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Universitas. Mungkin pada  bulan Desember, pembangunan akan selesai."

Sedangkan perihal gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang telah dibangun sejak tahun 2016 dengan anggaran 2 Milyar, 2017 anggaran 3,6 Milyar, dan yang terakhir di tahun 2018 sebesar 15,6 Milyar, hingga sampai saat ini belum bisa ditempati karena masih terkendala terkait fasilitas, seperti lift, LCD, AC. Akan tetapi, pada tahun mendatang di bulan Januari kemungkinan bisa dipergunakan.

Gedung memang sudah jadi. Karena di kontrak tertulis pada 8 Oktober. Kontrak fasilitas tersebut terpisah dengan gedung. Namun bisa dipastikan di bulan Januari gedung itu siap pakai,” paparnya.

Bukan hanya gedung FEB, ia juga menuturkan terkait pembangunan gedung Fakultas Pertanian (FP) yang telah dibangun sejak 29 Maret 2017 hingga saat ini masih belum bisa dipergunakan. Rencana akan digunakan pada bulan Januari bersamaan dengan gedung FEB.

”Pembangunan gedung FP mendapat anggaran sekitar 20,5 Milyar. Kontraknya sudah termasuk lain-lain seperti Lift, LCD, AC. Hanya saja belum terkait meubel. Perkiraan peresmian FP bulan Januari dan sudah bisa ditempati pada bulan tersebut,” tambahnya.

Amrin mengungkapkan ada banyak perbedaan yang disebabkan anggaran dana untuk rencana pihak universitas. Ia menekankan lagi, bahwa dahulu kampus masih menganut sistem komunal sedangkan kini, pihak kampus telah beralih ke sistem cluster.

Dahulu, anggaran begitu minim sehingga kami menganut sistem komunal, gedung dijadikan satu meskipun berbeda jurusan. Akan tetapi, kini anggaran sudah semakin bertambah sudah saatnya kampus menganut sistem cluster, yang menganjurkan fakultas dikelompokan. Jadi, tidak ada gedung bersama

Amrin merasa bahwa menganut sistem cluster merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk kenyamanan mahasiswa dan cukup menunjang identitas mahasiswa. Meskipun membutuhkan anggaran lebih besar.

Sistem komunal, memang membutuhkan sedikit biaya. Akan tetapi, mahasiswa akan merasa tidak mempunyai identitas. Sedangkan sistem cluster membuat mahasiswa lebih fokus dan tidak terganggu dengan mahasiswa jurusan lain,” paparnya.

Menurut Dinda Fani, mahasiswa FEB, menuturkan sangat setuju adanya sistem cluster, karena merasakan dampak dari adanya bangunan gedung yang baru.

Adanya pembangunan FEB yang baru sangat mempermudah karena di situ semua anak FEB dapat berkumpul menjadi satu,” ujarnya.

Amrin juga memaparkan terkait visi misi Rektor adanya  6 sektor, yakni: garam, tembakau, pangan (jagung, singkong, tebu, hasil laut, daging sapi), ekonomi (wanita dan tenaga kerja), minyak gas dan energi, sektor pendidikan (formal dan informal) telah dalam tahap pelaksanaan. Salah satunya seperti kandang sapi yang telah dibangun, meskipun masih belum ada sapi-sapi.

”Rumah garam, jagung, serta kandang sapi, pembangunannya telah ada. Universitas juga mempunyai 4 hektar tambak garam di Pamekasan, karena universitas dipilih untuk membidangi masalah garam. Selebihnya terkait 6 sektor, saya masih belum tahu. Dengan adanya enam sektor diharapkan berdampak bagi mahasiswa. Salah satunya, kita bisa belajar usaha maupun belajar dalam sektor pertanian,” Paparnya. (Ben/Wuk)