Palang pintu otomatis yang saat ini masih belum dioprasikan kembali. Foto: Dico
WKUTM – Infrastruktur Universitas
Trunojoyo Madura (UTM) masih terus dalam proses pembangunan, seperti penerapan palang pintu otomatis, rumah
garam, rumah sapi, gedung perkuliahan, dan rumah susun.
Palang pintu otomatis yang sempat diujicobakan dengan penggunaan barcode pada Rabu (12/9), rencananya akan
diberlakukan kembali. Seperti yang
diungkapkan Amrin Rozali, selaku staf Unit Layanan Pengadaan (ULP),
mengungkapkan bahwa palang pintu otomatis akan diterapkan setelah penambahan unit yang masih dalam tahap perencanaan.
”Kita akan kembali menggunakan barcode. Hanya saja, yang menjadi
masalah di sini perlu penambahan palang pintu saja,”
ungkapnya.
Menurut Amrin, penambahan palang pintu
otomatis rencananya diletakkan di beberapa tempat, di antaranya pintu gerbang lama. Apabila
hal tersebut terealisasi, total ada empat palang pintu yang beroperasi.
”Total palang pintu ada 4, kita sudah melakukan
pengajuan anggaran, dan kemungkinan disetujui,” jelasnya.
Eva Salmani, Mahasiswi Sastra
Inggris mengungkapkan bahwa perihal masalah palang pintu, ia begitu setuju jika
akan ada rencana penambahan.
”Sejauh hal itu seimbang dan
mengatasi kemacetan, maka tidak apa-apa. Kalau masih dirasa macet, mending
tidak usah karena hanya akan buang-buang waktu saja” ungkapnya.
Menurut Agus Bambang, selaku Kepala
Sub Bagian (Kasubag) Perencanaan, juga akan ada pembangunan gerbang di jalan
akses baru. Akses jalan baru yang dibongkar sejak bulan Maret lalu masih belum
dilanjutkan karena permasalahan tender.
”Sebenarnya akan ada pembangunan
gerbang kampus yang digunakan untuk akses jalan baru pada awal tahun mendatang.
Sebenarnya pada tahun ini sudah ada anggaran terkait perencanaan pembangunan
tersebut. Namun, pihak ULP masih dalam pertimbangan karena terhambat
permasalahan tender. Lebih baik tidak
dibangun di tahun ini, daripada tidak selesai karena terburu waktu,” tuturnya.
Selain palang pintu dan akses jalan
baru, pembangunan
lain yang disoroti yakni keberadaan bakal gedung di sebelah
selatan foodcourt. Setelah dikonfirmasi, Amrin mengatakan bahwa gedung tersebut akan
dijadikan sebagai rumah susun (rusun) yang juga difungsikan sebagai guest house.
”Terkait rusun, pelelang
dan pemilik anggaran
adalah dari pekerjaan umum dan rakyat. Kita (red: pihak UTM) tidak ikut tender karena kita hanya terima jadi. Namun,
hal itu akan masuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Universitas. Mungkin pada bulan Desember, pembangunan akan selesai."
Sedangkan perihal gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
yang telah dibangun sejak tahun 2016 dengan anggaran 2 Milyar, 2017 anggaran
3,6 Milyar, dan yang terakhir di tahun 2018 sebesar 15,6 Milyar, hingga sampai
saat ini belum bisa ditempati karena masih terkendala terkait fasilitas,
seperti lift, LCD, AC. Akan tetapi, pada tahun
mendatang di bulan
Januari kemungkinan bisa dipergunakan.
”Gedung memang sudah jadi. Karena
di kontrak tertulis pada 8 Oktober. Kontrak fasilitas tersebut terpisah dengan
gedung. Namun bisa dipastikan di bulan Januari gedung itu siap
pakai,” paparnya.
Bukan hanya gedung FEB, ia juga
menuturkan terkait pembangunan gedung Fakultas Pertanian (FP) yang telah
dibangun sejak 29 Maret 2017 hingga saat ini masih belum bisa dipergunakan. Rencana
akan digunakan pada bulan Januari bersamaan dengan gedung FEB.
”Pembangunan gedung FP mendapat
anggaran sekitar 20,5 Milyar. Kontraknya sudah termasuk lain-lain seperti Lift, LCD, AC. Hanya saja belum terkait
meubel. Perkiraan peresmian FP bulan Januari dan sudah bisa ditempati pada
bulan tersebut,” tambahnya.
Amrin mengungkapkan ada banyak perbedaan yang disebabkan anggaran dana untuk rencana pihak universitas. Ia
menekankan lagi, bahwa dahulu kampus masih menganut sistem komunal sedangkan kini, pihak
kampus telah beralih ke sistem cluster.
”Dahulu, anggaran begitu minim
sehingga kami menganut sistem komunal, gedung dijadikan satu meskipun berbeda
jurusan. Akan tetapi, kini anggaran sudah semakin bertambah sudah saatnya
kampus menganut sistem cluster, yang menganjurkan
fakultas dikelompokan. Jadi, tidak ada gedung bersama”
Amrin merasa bahwa menganut sistem cluster merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk
kenyamanan mahasiswa dan cukup menunjang identitas mahasiswa. Meskipun membutuhkan
anggaran
lebih besar.
”Sistem komunal, memang
membutuhkan sedikit biaya. Akan tetapi, mahasiswa akan merasa tidak mempunyai
identitas. Sedangkan sistem cluster
membuat mahasiswa
lebih fokus dan tidak terganggu dengan mahasiswa jurusan lain,”
paparnya.
Menurut Dinda Fani, mahasiswa FEB, menuturkan sangat setuju adanya sistem cluster, karena merasakan dampak dari
adanya bangunan gedung yang baru.
”Adanya pembangunan FEB yang baru sangat
mempermudah karena di situ semua anak FEB dapat berkumpul menjadi satu,” ujarnya.
Amrin juga memaparkan terkait visi misi Rektor adanya 6 sektor, yakni: garam, tembakau, pangan
(jagung, singkong, tebu, hasil laut, daging sapi), ekonomi (wanita dan tenaga
kerja), minyak gas dan energi, sektor pendidikan (formal dan informal) telah
dalam tahap pelaksanaan. Salah satunya seperti kandang sapi yang telah
dibangun, meskipun masih belum ada sapi-sapi.
”Rumah garam, jagung, serta kandang
sapi, pembangunannya telah ada. Universitas juga mempunyai 4 hektar tambak
garam di Pamekasan, karena universitas dipilih untuk membidangi masalah garam.
Selebihnya terkait 6 sektor, saya masih belum tahu. Dengan adanya enam sektor diharapkan berdampak bagi
mahasiswa. Salah satunya, kita bisa belajar usaha maupun belajar dalam
sektor pertanian,” Paparnya. (Ben/Wuk)