Menpora Hadiri Kuliah Tamu PKKMB UTM

Menpora Hadiri Kuliah Tamu PKKMB UTM

LPM Spirit - Mahasiswa
Selasa, 14 Agustus 2018

Suasana di dalam gedung pertemuan UTM saat MENPORA menyelenggarakan kuliah tamu. Foto: Yul.


WKUTM- Rangkaian Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa baru (PKKMB) yang dibuka dengan upacara bendera dilanjutkan dengan kuliah umum. Pada hari pertama (14/8) Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dan Taufik Majid, Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Pemberdayaan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjadi pembicara pada acara yang digelar di Gedung Pertemuan tersebut.

Dengan membawa tema Generasi Mileneal dalam Menghadapi Revolusi Industri, Imam menekankan jika perbedaan bukanlah suatu masalah. Terlebih mengingat Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan bangsa. ”Untuk menghadapi era milenial yang penuh dengan keanekaragaman, kita dituntut untuk tetap bisa menghadapi semua masalah itu,” ungkapnya.

Selain itu, Imam juga menekankan tentang kearifan lokal yang juga harus diterapkan dalam segala ranah pekerjaaan, baik pejabat ataupun yang lainya.

Mentri kelahiran Madura itu juga bercerita jika dirinya mendapat julukan ‘pedagang sate yang masuk istana’ oleh Joko Widodo. Dari kisah tersebut Imam berharap kelak istana negara tidak hanya diisi oleh orang-orang dari kota besar saja. Karena sesungguhnya orang Madura pun bisa masuk menjadi bagian dari orang-orang yang ada di istana negara. ”Masyarakat Madura di istana sangatlah jarang, yang banyak itu pada masa Presiden Abdurahman Wahid saja,” jelasnya.

Dalam kuliah umum tersebut Menpora juga berpesan agar generasi sekarang tetap menjaga Indonesia dengan sebaik mungkin. Sebab menurutnya, Indonesia diraih dengan banyak pengorbanan yang dilakukan oleh para pendahulu. ”Indonesia itu diraih dengan pengorbanan, maka dari itu generasi yang sekarang harus benar-benar menjaganya dengan baik.”

Selanjutnya, kuliah umum dilanjutkan oleh Taufik Majid dengan mengusung tema Mahasiswa dan Tanggung Jawab dalam Pembangunan Masyarakat. Dalam kesempatan itu, Taufik mengungkapkan bahwa desa adalah awal mula untuk membangun bangsa. Maka dari itu aspek terkecil dari sebuah negara harus diperhatikan jika memang ingin membina dan membangun bangsa Indonesia lebih baik.

Dari gambaran akan pentingnya desa, Taufik memiliki keinginan untuk mengubah paradigma mengenai desa yang menurut sebagian pihak tidak ikut andil dalam pembangunan bangsa. Mengenai itu, dirinya juga mengharapkan peran mahasiwa untuk ikut serta dalam mensosialisasikan pentingnya desa kepada masyarakat.

Oleh karena itu dirinya mengungkapkan bahwa ada banyak yang perlu ditingkatkan, diantaranya adalah optimalisasi dana desa, menghilangkan ketimpangan yang ada di desa serta menjadikan warga desa sebagai subjek untuk kemajuan desa itu sendiri. (Uda/Raj)