Suasana di dalam gedung pertemuan UTM saat MENPORA menyelenggarakan kuliah tamu. Foto: Yul.
WKUTM- Rangkaian
Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa baru (PKKMB) yang dibuka dengan upacara bendera
dilanjutkan dengan kuliah umum. Pada hari pertama (14/8) Imam Nahrawi selaku
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dan Taufik Majid, Dirjen Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Pemberdayaan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjadi pembicara pada acara yang digelar di
Gedung Pertemuan tersebut.
Dengan
membawa tema Generasi Mileneal dalam Menghadapi Revolusi Industri, Imam menekankan jika perbedaan bukanlah suatu masalah. Terlebih mengingat Indonesia
yang terdiri dari banyak suku dan bangsa. ”Untuk menghadapi era milenial yang
penuh dengan keanekaragaman, kita dituntut untuk tetap bisa menghadapi semua
masalah itu,” ungkapnya.
Selain
itu, Imam juga menekankan tentang kearifan lokal yang juga harus diterapkan
dalam segala ranah pekerjaaan, baik pejabat ataupun yang lainya.
Mentri
kelahiran Madura itu juga bercerita jika dirinya mendapat julukan ‘pedagang sate
yang masuk istana’ oleh Joko Widodo. Dari kisah tersebut Imam berharap kelak
istana negara tidak hanya diisi oleh orang-orang dari kota besar saja. Karena
sesungguhnya orang Madura pun bisa masuk menjadi bagian dari orang-orang yang
ada di istana negara. ”Masyarakat Madura di istana sangatlah jarang, yang
banyak itu pada masa Presiden Abdurahman Wahid saja,” jelasnya.
Dalam
kuliah umum tersebut Menpora juga berpesan agar generasi sekarang tetap
menjaga Indonesia dengan sebaik mungkin. Sebab menurutnya, Indonesia diraih
dengan banyak pengorbanan yang dilakukan oleh para pendahulu. ”Indonesia itu
diraih dengan pengorbanan, maka dari itu generasi yang sekarang harus benar-benar
menjaganya dengan baik.”
Selanjutnya,
kuliah umum dilanjutkan oleh Taufik Majid dengan mengusung tema Mahasiswa dan Tanggung
Jawab dalam Pembangunan Masyarakat. Dalam kesempatan itu, Taufik mengungkapkan
bahwa desa adalah awal mula
untuk membangun bangsa. Maka dari itu aspek terkecil dari sebuah negara harus
diperhatikan jika memang ingin membina dan membangun bangsa Indonesia lebih baik.
Dari gambaran akan pentingnya desa,
Taufik memiliki keinginan untuk mengubah paradigma mengenai desa yang menurut
sebagian pihak tidak ikut andil dalam pembangunan bangsa. Mengenai itu, dirinya
juga mengharapkan peran mahasiwa untuk ikut serta dalam mensosialisasikan
pentingnya desa kepada masyarakat.
Oleh karena itu dirinya mengungkapkan
bahwa ada banyak yang perlu ditingkatkan, diantaranya adalah optimalisasi dana
desa, menghilangkan ketimpangan yang ada di desa serta menjadikan warga desa
sebagai subjek untuk kemajuan desa itu sendiri. (Uda/Raj)