Foto Ilustrasi |
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB), Amir Hamzah, memaparkan bila selama ini pihak FISIB tidak menerima anggaran khusus untuk alokasi penambahan koleksi buku di ruang baca. Selain itu fungsi ruang baca di FISIB bukan diperuntukkan sebagai rujukan utama mencari referensi, sebatas pembantu mahasiswa yang akan mengerjakan tugas akhir. ”Ruang baca disini hanya untuk mahasiswa yang akan mengerjakan tugas akhir, untuk buku referensi bisa langsung mendatangi perpustakaan,” ungkapnya.
Berbeda dengan penuturan dekan FISIB, Wakil Dekan satu FP, Apri Arisandi, beranggapan ruang baca tingkat fakultas harus dimaksimalkan karena memiliki peran penting dalam membantu proses pembelajaran mahasiswa. Bentuk keseriusan FP dalam membangun ruang baca salah satunya dengan sengaja menyisihkan anggaran fakultas.”Untuk penambahan buku di Fakultas Pertanian kami save money lalu kami gunakan untuk mengkopi buku-buku yang sulit didapat dari kampus lain, seperti UB (Universitas Brawijaya red.)”, ujar Apri Arisandi.
Kepala Sub-Bagian (Kasubag) perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Hamim, menjelaskan dalam membangun ruang baca ideal kualitas Pustakawan harus diutamakan. Selama ini SDM pustakawan di ruang baca fakultas mayoritas masih kurang memadai. ”Ruang baca fakultas biasanya tidak mempunyai pustakawan yang sesuai dengan bidangnya jadi tidak bisa mendata dan mengurus dengan baik,” terang alumni Universitas Bangkalan itu. (ABD/KAK)