Oleh : Diyan
“Kamu harus menjaga ibu,” dia
menjawab dengan anggukan. Dengan berat hati aku harus tinggalkan Ibu dan
adikku. Aku harus tegar didepan mereka, namun apa daya aku tidak bisa menahan
air mata ini. “Kakak, haruskah kakak pergi?” kupeluk adikku dengan erat. Tiba
saatnya aku harus meninggalkan mereka. “jaga dirimu baik-baik nak” meski ibu
mengatakannya dengan senyuman namun senyuman itu tak dapat menutupi kesedihannya.
Mobil yang tadinya kosong,
sekarang sudah dipenuhi oleh tentara Korea. “hei, kau tau kita akan kemana?”
seorang yang duduk tepat didepanku bertanya, ku jawab dengan gelengan. “kita
akan dikirim ke Busan”, jelasnya. “Busan? Bukankah disana pangkalan Jepang”
orang itu tersenyum simpul kearahku. Kenapa tentara Korea dikirim ke pangkalan
Jepang? Apa kita akan menyerang mereka?. “Kita ini tentara yang disewa oleh
Jepang, makannya kita dikirim kesana” pertanyaanku telah dijawab oleh orang
itu, mungkin sudah terlihat jelas diwajahku apa yang ingin ku tanyakan. “Lee jeong
suk dari Incheon” kuperkenalkan diriku padanya. “Park ji hoo dari Daegu”
balasnya.
***
Mobil yang membawa para prajurit Korea
itu tiba di Busan. Di Busan sudah tak terlihat lagi para penduduk pribumi. Yang
ada hanya sekumpulan tentara Jepang, tentara Korea dan beberapa para medis.
Suasana ini membuat bulu kuduk Lee Jeong Suk merinding, entah apa yang ada
dipikirannya sekarang, dia hanya teringat dengan keluarga yang
ditinggalkannya. “Prajurit Korea, turun
dari mobil dan segera buat barisan!” perintah dari seorang kolonel Jepang yang
bernama Hiruma Miura. Prajurit sewaan itu segera bergegas turun dari mobil
dengan tertib. Kolonel Hiruma berjalan di depan para prajurit dengan gagahnya.
Para prajurit sewaan itu berbaris dengan sangat rapi, posisi siap pandangan
lurus kedepan betapa disiplinnya pemandangan ini. “Persiapkan diri kalian,
kalian punya waktu 2 jam dari sekarang untuk mempersiapkan diri kalian.
Kemudian segera berkumpul disini. MENGERTI!”, “SIAP MENGERTI!!” jawab para
prajurit dengan semangat yang membara.
Lee jeong suk mengambil kalung
yang ada didalam saku bajunya. Ia buka linontin kalung itu, terlihat sebuah
foto keluarga yang bahagia didalamnya. “Keluargamu?” tanya seorang yang menepuk
bahunya dari belakang. “oh.. Ji Hoo” Jeong suk tersenyum kepada kawan barunya itu.
“Kalian terlihat bahagia” , “Iya, bagaimana dengan keluargamu Ji Hoo?” Ji Hoo
tersenyum, namun senyuman itu tak terlihat bahagia. “Ayah dan ibuku telah tiada ketika aku berumur lima tahun,
hanya aku yang selamat dari serangan yang terjadi di Daegu saat itu”, “Aku
turut berduka teman”, “Sudahlah jangan kau merasa kasihan padaku” Ji Hoo
menepuk bahu Jeong suk. “Itu adikmu?” tanya Ji hoo kemudian. Jeong suk
mengangguk. “Kenalkan dia padaku”, “kenapa aku harus megenalkannya padamu?”
raut muka Jeong suk menjadi serius. “Santai teman, aku hanya bercanda. Haha”.
Kedua pria itu saling tertawa, mereka bisa tertawa sekarang. Mereka tidak tau
apa yang akan terjadi besok, masihkah mereka bisa tertawa.
Tiiit.... Tiiiit...
Tiiit.. bunyi
peringatan itu merupakan tanda bagi prajurit agar segera berkumpul. Para
prajurit itu berlarian menuju lapangan dan membentuk barisan seperti sedia
kala. “Pulau Solomon adalah tempat tujuan kita, Kita disana akan melawan
sekutu, Kita akan meraih kemenangan yang memang untuk kita. BANZAI!!”
“BANZAI!!” Teriak kolonel Hiruma yang di ikuti para prajuritnya “BANZAI!!!
BANZAI!!!! BANZAI!!!!”
***
Perjalanan kami ke pulau Solomon
tidaklah semulus yang diharapkan, di tengah-tengah laut pasifik tepatnya di
Filipina kami mendapati serangan dari pasukan Amerika. Booomm.. Duaarr... Dorr... Dorr.. suara baku tembak senjata api
dari Amerika tidak dapat kami hindari. Rasa takut yang aku rasakan saat berada di
Busan tidak lagi kurasakan, malah semangat yang membara yang ku rasakan
sekarang. “HEI!! KAU!! APA YANG KAU LAKUKAN!!” Suara kolonel Hiruma membuyarkan
lamunanku “CEPAT KE DEK 1!” Perintahnya “SIAP!!” Aku segera berlari ke dek 1. Dorrr... Dorr... Dorr... suara tembakan
itu tak kunjung padam. Beberapa jam kemudian pasukan kami dapat melumpuhkan
pasukan Amerika. “Kita kehilangan seperempat dari prajurit yang ada, namun kita
akan tetap lanjutkan ke pulau Salomon. jendral Kazuto Yamasaki sudah menunggu
kita, “BANZAI!!!” “BANZAI!! BANZAI!!! BANZAI!!!” . Serangan tiba-tiba pasukan
Amerika telah merusakkan dua kapal kami, dan seperempat prajurit telah gugur.
Beberapa hari kemudian kami tiba di
pulau Solomon, kami berjalan menuju markas. Seorang yang berbadan tegap, dengan
wajah yang kaku berjalan kearah kami. Kolonel Hiruma memberi aba-aba ke pada
kami untuk memberi hormat ke orang yang berbadan tegap tadi. Apa itu jendral
Kazuto Yamasaki? Aku mendengar kalau strategi dari jendral Kazuto tidak pernah
terkalahkan. Benarkah dia sehebat itu? “Tunggu peringatan dari ku, sekarang
kalian boleh istirahat” kata kolonel Hiruma “ SIAP!!!” jawab para prajurit
termasuk aku dengan serempak.
***
“Kami diserang oleh sekutu saat di
laut Filipina”, Lapor kolonel Hiruma “Berapa banyak kerugian dari serangan
itu?” tanya Jendral Kazuto dengan nada datar “Kami kehilangan dua kapal dan
seperempat dari prajurit yang ada”, Buukk..
kepalan tangan jendral Kazuto mendarat di wajah kolonel Hiruma. Kolonel itu
tidak melawan balik dan hanya menunduk pasrah. “Besok pagi kita akan melakukan
serangan ke markas sekutu yang ada di Santa Isabel, segera siapkan semua
parajurit” “Siap jendral!”
Tiiit....
Tiiiit... Tiiit.. bunyi yang sudah tidak asing lagi di telinga para
prajurit. Semua prajurit Jepang yang bertempat di Choiseul berkumpul membentuk
barisan yang rapi. Besok pagi kita akan menyerang sekutu di Santa Isabel.
Persiapkan diri kalian untuk menang!!” “BANZAI!!!BANZAI!!!BANZAI!!”.
***
“Hei, prajurit sewaan, ambilkan aku
minum!” perintah seorang prajurit jepang yang memerintah Park Ji hoo. “Kau
menyuruhku?”, “iya, siapa lagi. Cepat ambilkan!” prajurit jepang itu memukul
kepala Ji hoo dengan kasar. Ji Hoo hanya membalasnya dengan tatapan tajam, “Kau
berani hah?!?” prajurit itu terus memukuli Ji Hoo. Jeong suk yang tak tahan
melihat kejadian itu mencoba menolong Ji Hoo. Saat Jeong suk mencoba menolong
Ji hoo, teman dari prajurit Jepang itu ikut memukuli Ji hoo dan Jeong suk. Niat
ingin menolong malah ikut di keroyok. Tak ada yang berani menghentikan
perkelahian itu, hingga kolonel Hiruma datang “APA YANG KALIAN LAKUKAN!!” suara
kolonel Hiruma menghentikan pertikaian itu. Para prajurit yang terlibat dalam
pertikaian itu diam tanpa sepatah katapun dengan posisi siap. “apa yang membuat
kalian bertikai? Tidak taukah kalian kondisi yang sedang kita alami?” mereka
masih diam dengan pandangan lurus kedepan. “Siapa yang memulai pertikaian ini?”
mereka tetap diam “JAWAB!!” Bentak kolonel Hiruma. “prajurit sewaan kolonel”
jawab salah seorang prajurit Jepang. “Bukankah kalian yang mulai duluan HAH!”
bantah Jeong Suk “CUKUP!!, Masukkan kedua prajurit Korea ini ke sel!!” kata
kolonel Hiruma. “apa? Kami tidak salah merekalah yang salah, KOLONEL!!
KOLONEL!!” panggil jeong suk, namun kolonel mengabaikannya. Kedua prajurit Korea
itu di seret paksa dan dimasukkan kedalam sel bawah tanah.
“Kalau kau diam dan tak menolongku,
ini tak akan terjadi”, “Ji hoo, aku tak dapat hanya diam ketika temanku
dilakukan tidak adil”, Ji hoo tersenyum mendengar kata itu. Hanya sinar bulan
yang dapat menerangi sel yang meraka tempati. Saat Jeong suk sedang menikmati
indahnya sinar bulan, beberapa orang datang menghampiri sel yang dia tempati,
beberapa orang itu menghalangi masuknya cahaya bulan. “Ji Hoo? Kau didalam
sana?” tanya salah seorang yang menutupi cahaya bulan. “Ah yah, aku disini”,
“jangan kawatir teman, kau besok akan di keluarkan dari sel”, “benarkah?” “iya”
jawabnya. “maaf aku tak dapat membantumu tadi” tambahnya “sudahlah, lupakan”
kata Ji Hoo “baiklah, aku kembali ke camp, semoga beruntung kawan”.
***
Keesokan paginya. “KITA AKAN
BERANGKAT KE SANTA ISABEL, KEMENANGAN ADALAH MILIK KITA!!” “BANZAI!!!” tentara
Jepang sudah menyiapkan persiapan dengan rapi. Hanya tinggal waktu apakah
mereka dapat mengambil kemenangan dalam perang ini. Duar... Duar... Booommm... Boommm... suara khas senjata dari sebuah
perang itu tidak menurunkan semangat dari para prajurit malah membakar semangat
mereka. Drrtt... drrrttt.. ddrrtt... Jeong
suk sangat trampil dalam tembak menembak, tembakannya tidak pernah melesat. Pemandangan
perang begitu mengerikan, banyak tentara dari kedua belah pihak gugur, dan
beberapa lainnya lagi luka-luka. “Ji Hoo!!” Jeong Suk memanggil-manggil nama
temannya. “sadarlah,, hya!! Ji Hoo!!” Jeong suk berusaha menyadarkan temannya
itu “oh, Jeong suk” Ji Hoo tersenyum “bodoh! Aku akan membawamu pulang” Jeong
suk berusaha menyeret tubuh temannya itu ke tempat yang menurutnya aman “kau
tunggu sini, nanti aku akan kembali”.
“HEI KAU!! IKUT AKU SERANG
PEMIMPINNYA!!” Kata kolonel Hiruma pada Jeong suk, tanpa banyak omong Jeong suk
mengikuti perintah atasannya itu. Pasukan Jepang terus maju dan menyerang,
meski mereka telah kehilangan setengah dari pasukan, mereka tidak pernah
mundur. Kolonel Hiruma dan Jeong Suk menyerang pemimpin sekutu di Santa Isabel.
Dengan skill tembaknya, Jeong suk
berhasil menembak pemimpin sekutu, dengan tembakan yang dilepaskannya tepat di
jantung pemimpin itu. melihat pemimpinnya tertemba mati, pasukan sekutupun
mundur dengan sendirinya “KITA BERHASIL!” seru kolonel Hiruma “KEMENANGAN ADA
DI TANGAN KI..” Bruuk.. tubuh kolonel Hiruma jatuh ke tanah. “Kolonel!! Kolonel!!”
Jeong suk memanggil-manggil Kolonelnya. “Sam..pa..aiikan ke
jjeenn..ddrraa..aalll baahww..wwa kkiii..ta menang.. ah.. dalam .. pe..eerang
di saanntta iss...aaa..aabel” dengan sekuat tenaganya ia berkata dengan
terbata-bata dan kolonel Hirumapun menghempaskan nafas terakhirnya.
Jeong suk berlari ke arah jendral
Kazuto “Lapor, kolonel Hiruma Miura telah berhasil membuat pasukan sekutu
mundur, tapi kolonel Hiruma Miuara gugur tertembak”, “SIAL!!” Jendral Kazuto
kecewa karena kolonelnya gugur “KAU!! KUMPULKAN SEMUA PASUKAN!!” “SIAP!!” .
Jeong Suk membunyikan alarm peringatan untuk mengumpulkan prajurit yang masih
tersisa. Tiiit.... Tiiiit... Tiiit..
prajurit mulai berbaris dengan tertib. “BESOK KITA AKAN MENYERANG KEMBALI
SEKUTU!! HABISI MEREKA!! RAIH KEMENANGAN!! KITA TAK KENAL KATA MENYERAH!! MAJU
TERUS DAN SERANG MEREKA!! BANZAI!!!” ucapan jendral Kazuto yang membara telah
membangkitkan semangat para prajuritnya. “BANZAI!!!BANZAI!!!BANZAI!!” seru para
prajurit.
***
Para prajurit Jepang sudah siap
melanjutkan pertempurannya dengan sekutu, para prajurit itu keluar dari benteng
yang mereka menangi dari sekutu. “JANGAN SIA-SIA KAN PERJUANGAN MEREKA YANG
TELAH GUGUR!! MAJU TERUS!! HANCURKAN LAWAN!! SEEEERRRRAAAAANNGGGG!!!!!”
mendengar perintah dari jendral mereka, para prajurit berlari kearah musuh
dengan semangat perang yang membara. Di ujung sana sekutu sudah menunggu
datangnya pasukan Jepang. Jeong Suk yang ada di barisan depan melihat bahwa
sekutu telah emngepung pasukan Jepang. “Mundur!! Mereka telah mengepung kita!!
Mereka telah menyiapkan banyak tank!!”
Teriak Jeong suk. Jendral yang mendengar peringatan Jeongsuk tidak akan mundur.
Pasukan Jepang terdiam ketika melihat banyak tank yang sudah siap menyerang mereka. “APA YANG KAU LAKUKAN!! MAJU!!”
terik jendral Kazuto, prajurit Jepang yang berbalik arah ingin mundur malah di
tembaki oleh jendral Kazuto “APA KALIAN AKAN MENJADI PENGECUT HAH!! ORANG
JEPANG TAK KENAL KATA MUNDUR!! APAPUN YANG TERJADI MAJU DAN HANCURKAN
MUSUH!!!”, “Jendral tarik mundur pasukan, kalau tidak kita akan kalah dalam
perang ini” bujuk Jeong suk, “APA KATAMU!!” Ucap jendral Kazuto pada Jeong suk
dengan mata melotot. Booooommmmm....
Duaaarrrrr... Buuuoooommm... pasukan sekutu mulai menembaki pasukan Jepang
dengan Tank . Beberapa prajurit
Jepang melakukan bom bunuh diri ke arah Tank
, namun tank tak kunjung rusak.
Tidak ada harapan lagi untuk memenangkan perang melawan sekutu. Dooorr.. “Arrrgghhh!!” peluru itu
mendarat di tubuh Jendral Dooorrr...
Doorrr.. “AAARRRRGGGHHH” Jendral merintih kesakitan karena beberapa peluru
yang hinggap di tubuhnya. Jeong suk yang ada didekat Jendral segera
menyelamatkan jendral yang tertembak itu. Doorrr..
tembakan peluru itu melukai kaki kiri Jeong suk hingga ia dan Jendral
terjatuh ke tanah. Buooommm....
Duaaaarr... suara bom dan tembakan terdengar samar-samar oleh Jeong suk. Ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnggggggggggg....
pandangannyapun mulai memudar dan iapun tak sadarkan diri.
***
Byuuurrr..
siraman air itu membangunkanku “Hey kau bangun!!” kubuka mataku,
pandanganku buram lama kemudian pandanganku mulai fokus kembali. Kulihat
tanganku terikat, tepat disampingku ada jendral Kazuto. Tak jauh dari tempatku
ada Ji Hoo yang juga terikat tangannya. “Kalian jadi tentara kami atau mati?”
tanya seorang tentara bule pada kami. “Tak sudi aku menjadi bagian dari kalian”
Juih.. kata jendral Kazuto sambil
meludah. Tentara bule itu menonjok Jendral duagh..
“uhuk.. uhuk..” jendral Kazuto terbatuk dan darah keluar dari mulutnya, dia
mulai tak sadarkan diri. “Jendral.. Jendral..” ku coba membangunkannya, namun
ia terduduk lemas di tanah.
“Hey pak, aku mau jadi bagian dari
kalian” kata Ji hoo tiba-tiba. Tentara bule itu tersenyum sinis “Baik, segera
ganti pakaianmu!” tentara bule itu melepaskan tali yang mengikat tangan Ji Hoo
dan melemparkan baju kearahnya. “Ji Hoo, apa yang kamu lakukan? Kamu mau jadi
pengkhianat?” tanyaku padanya “Hya jeong suk, apa kau mati disini? Bersetan
dengan pengkhianat, cepat bilang mau!”. “Kita hanya punya baju sedikit, jadi
siapa yang cepat mendapatkan baju ini, dia yang dapat bergabung menjadi bagian
dari kami” kata tentara bule itu. setelah ikatan kami dilepas, dia melempar
baju seragam tentara. Aku segera bergegas mengambil seragam itu, dan aku
mendapatkan dua seragam. Yang satu akan aku berikan pada jendral Kazuto.
“Jendral pakailah seragam ini”
kusodorkan seragam padanya “aku tak sudi memakainya”, “Jendral jangan kau keras
kepala, hanya ini jalan kita supaya bisa selamat” , setelah aku meyakinkan jendral,
akhirnya jendral memakai seragam sekutu meski dengan berat hati.
***
“Kau!! Kau yang memimpin grup ini”
kata seorang dari sekutu, dengan menujuk kearah Ji hoo. “SIAP!!” jawab Ji hoo. Setelah
sorang yang menunjuk Ji hoo pergi, aku berjalan mendekati Ji Hoo “Ji hoo, ayo
kita susun strategi untuk pergi dari sini”, “apa? Pergi? Kenapa kita harus
pergi?”, “Ji hoo kenapa kau seperti ini?”, sepertinya Ji hoo sudah berubah
“Jeong Suk, kita akan lebih aman di sini dari pada ikut Jepang, buakankah
Jepang yang menjajah negeri kita? Jadi kenapa harus membela Jepang?” “Kau
memang sudah berubah, dan kau memang sudah benar menjadi bagian dari mereka”,
Ji hoo hanya tersenyum kepadaku dan meninggalkanku.
“Maaf jendral, Ji hoo tidak dapat
ikut bersama kita”, “Sialan anak itu, kita akan keluar dari sini di pagi buta.
Karena pada jam itu penjagaannya tidak begitu ketat” aku menganggukan kepala
tanda bahwa aku mengerti perkataan Jendral. “Kumpulkan dulu pasukan secara
diam-diam”, tambahnya “Siap Jendral”.
Setelah semua siap kami mulai
bergerak. Jendral memberi aba-aba padaku ketika situasi aman, dan aku
mengarahkan pasukan jepang yang lain untuk keluar dari sini. Beberapa orang
berhasil keluar dari sini, “HEY!! ADA YANG KABUR!!”, “haish.. SIAL!” umpatku.
“Cepat lari dan bawa yang lainnya, aku akan urus mereka” kata jendral. “Tidak
Jendral yang pergi dan akan aku halangi mereka, karena hanya jendral yang dapat
membawa mereka pergi dari sini”, “baiklah, usahakan kau bisa ikut bersama kami”
“siap jendral”. Jendral dan pasukan lain meninggalkan markas sekutu, “Ji Hoo?
Kau yang melaporkannya?” tanyaku kaget padanya. “Ya, kemana mereka pergi?” “Tak
aka ku beritahukan padamu!”. Pemimpin sekutu itu datang, “Ribut-ribut apa ini?”
“pasukan Jepang kabur” jelas Ji Hoo. “APA? BODOH! KEMANA SAJA KAU!!” pemimpin
sekutu itu mengbil pistol yang akan ditembakkan ke Ji Hoo. Melihat itu segera
ku tembak pemimpin sekutu. Dorr.. tembakanku
mengenai tangan pemimpin itu. “Argghh, SIAL!! BUNUH MEREKA!!” Perintah pemimpin
sekutu. Duar... Duar.. Duar.. tentara
sekutu menembak Ji hoo. “Agh.. Jee..oonn
sssuk,, ma..aaf” itulah kata terakhir yang kudengar darinya. Duaar.. Duuarr.. peluru-peluru itu
bersarang di tubuhku, pandanganku mulai kabur dan Bruk..
.
***
Jeong suk ambruk karena tembakan
para tentara sekutu. Kedua sahabat itu menghembuskan nafas terakhirnya dan
memejamkan mata untuk selamanya.