Judul : Jumbo
Sutradara : Ryan Andhriany
Tahun rilis : Maret 2025
Genre : Petualangan, fantasi
Durasi :1 jam 42 menit
Film animasi Jumbo berhasil menduduki film animasi dengan jumlah penonton terbanyak di Asia Tenggara. Dalam 23 hari penanyangannya, film Jumbo telah mengumpulkan 6,3 juta penonton. Ia berhasil menggeser film Mechamato Movie (2022) asal Malaysia, yang sebelumnya menduduki posisi pertama.
Lantas mengapa film ini bisa meledak di pasaran? Padahal sebelumnya, film animasi Indonesia hampir tidak pernah dilirik oleh para pencinta film.
Kualitas film Jumbo layak diacungi jempol, kualitas animasi yang ditampilkan menjadi bukti bahwa dalam proses pembuatannya tidak main-main. Ryan selaku sutradara sebelumnya pernah mengarap film animasi pendek berjudul Prognasis yang meraih piala citra pada Festival Film Indonesia 2020. Berkat penghargaan itu, banyak yang yakin dengan kemampuan Ryan sebagai sutradara film Jumbo.
Menilik dari kompas.com, banyak penonton memuji kualitas visual di film Jumbo, yang hampir menyamai film animasi luar negeri. Padahal film ini digarap langsung oleh tim kreator lokal Indonesia sendiri. Terdapat 420 kreator yang dilibatkan dalam pembuatan film Jumbo, menjadikan kebanggaan tersendiri bagi industri animasi tanah air.
Proses produksi film Jumbo memerlukan waktu setidaknya empat tahun. Meski pengerjaannya sudah dimulai sejak tahun 2020, akan tetapi beberapa kali sempat diundur lantaran proses pasca produksi yang harus dikerjakan di luar negeri. Dengan persiapan yang matang, keuletan, dan dedikasi tinggi, membuat film ini menjadi film yang berkualitas.
Alur cerita dalam film Jumbo berhasil menyentuh hati penonton, termasuk penulis yang sudah menonton film ini. Jumbo berkisah tentang seorang anak yatim piatu berusia 10 tahun. Don namanya. Namun, ia disapa ‘Jumbo’ oleh teman-temannya, lantaran fisiknya yang gempal. Karena fisik yang dimilikinya, ia kerap diolok-olok oleh temannya. Berawal dari itu, Don ingin membuktikan diri melalui pertunjukan bakat.
Don tidak sendirian, ia ditemani oleh dua sahabat setianya, yaitu Mae dan Nurman. Sebelumnya, ia ingin menampilkan pentas dari buku dongeng peninggalan milik orang tuanya. Namun nahasnya, buku tersebut dicuri oleh salah satu temannya. Dalam proses pencarian buku tersebut, Don dan dua sabahatnya bertemu dengan arwah Meri, yang ingin meminta bantuan untuk menemukan kedua orang tuanya.
Don bersedia membantu Meri, dengan syarat Meri mau membantu rencana tampil pentasnya. Sejak saat itu, munculah pertikaian di antara keduanya, yang diikuti dengan petualangan yang penuh tantangan. Seperti kisah anak-anak pada umumnya, film ini menekankan nilai-nilai persahabatan, keberanian, dan empati dalam hidup.
Terdapat tokoh unik dalam film Jumbo, yaitu tiga domba atau “embek”. Tokoh domba merupakan representasi dari persahabatan, keunikan, dan kesederhanaan. Tak hanya itu, keberadaannya juga memberikan nuansa menarik yang menampilkan sisi humor dalam film. Menariknya lagi, tokoh dibalik suara embek bukan aktor kaleng-kaleng, melainkan sederet aktor ternama, yaitu Chiko Jerikho sebagai Mbeek, Ganindra Bimo sebagai Mbeeek, Angga Dwimas Sasongko sebagai Mbek, yang membuat film Jumbo semakin berhasil mencuri perhatian publik.
Film yang disutradarai oleh Ryan ini berhasil membawa angin segar bagi dunia film animasi Indonesia. Kini Indonesia tidak lagi sekadar menjadi penonton, melainkan juga mulai tampil sebagai produsen film animasi di kelas dunia. Pastinya dengan dukungan lebih lanjut dari pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat, untuk mendukung film animasi Indonesia, agar dapat berkembang lebih baik ke depannya.
Jika dikembangkan dengan baik, Indonesia berpotensi menjadi pusat animasi di Asia Tenggara. Nantinya, film Jumbo akan ditayangkan di 17 negara. Di antaranya Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Rusia, Ukraina, negara-negara Baltik serta negara-negara di Asia Tengah, mulai Juni 2025.
Aisyah Nurainy Kusuma W
Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi