Kendala Pemilihan Mata Kuliah dan Konversi Mahasiswa PMM

Kendala Pemilihan Mata Kuliah dan Konversi Mahasiswa PMM

LPM Spirit - Mahasiswa
Sabtu, 14 Agustus 2021

 



 

WKUTM – Merujuk Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, bahwa salah satu proses pembelajaran mahasiswa dapat dilakukan dengan metode Pertukaran Pelajar Merdeka (PPM). Saat ini, di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) tercatat telah ada 119 mahasiswa yang lolos dan akan mengikuti program tersebut. Namun, dalam pelaksanaannya beberapa pihak dari mahasiswa mengaku mengalami kendala terkait masalah pemilihan mata kuliah.

 

Deltania Rahmadewi, selaku salah satu mahasiswa yang lolos PMM, mengaku bahwa dirinya mengalami masalah terkait konversi satuan kredit semester (SKS) dari program studi (Prodi) Perguruan Tinggi (PT) asal dan PT penerima, serta PT penerima yang tidak kunjung memberikan informasi terkait mata kuliah yang dapat diambil oleh mahasiswa PMM. Untuk mengatasi masalah tersebut Deltania mencoba untuk mencari informasi terkait mata kuliah prodinya pada mahasiswa asli PT penerima.

 

”Untuk pemilihan mata kuliah itu masalahnya terkait konversi SKS dari prodi PT asal dan PT penerima. Soalnya dari PT penerima juga masih belum ada info terkait mata kuliah apa yang dapat diambil oleh mahasiswa PMM,ungkap mahasiswa angkatan tahun 2019 itu (10/08).

 

Selain itu, mahasiswa yang mengambil skema dua pada PMM ini mengaku bahwa mata kuliah yang diambil harus berjumlah sepuluh. Namun, dari PT asal hanya terdapat dua mata kuliah daring yang ditawarkan pada akun Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Selain itu, dua mata kuliah yang ditawarkan juga memiliki waktu pelaksanaan yang bersamaan sehingga berbenturan satu sama lain.

 

”Mahasiswa yang ikut untuk skema satu itu pindah ke skema dua atau tiga. Saya lihat di MBKM mata kuliah dalam jaringan (Daring) hanya ada dua. Dua mata kuliah ini ternyata hari dan jamnya juga sama, jadi memilih salah satu. Akhirya saya memilih skema dua, di PT asal hanya dua SKS, selebihnya ada di luar jaringan (Luring),” ujarnya saat dihubungi melalui Whatsapp.

 

 

Masalah yang sama juga dialami Farida Fardani, selaku mahasiswa prodi manajemen sumberdaya perairan. Farida mengaku jika mata kuliah yang ingin diambil tidak tersedia dan PT penerima juga tidak memperkenankan mengambil mata kuliah di luar Prodi. Dirinya menambahkan jika kebijakan dari kelompok kerja (Pokja) Dikti sebenarnya memperbolehkan.

 

”Dari keluhan teman-temen di grup banyak mata kuliah yang tidak ada di prodinya, tapi ada di prodi lain. Dari dikti sendiri saat sosialiasi mengizinkan. Tapi koordinator PT penerima tidak mengizinkan, harus ambil mata kuliah yang sama dengan prodinya,” ujar Farida saat dihubungi melalui Whatsapp (14/8).

 

Untuk mengatasi hal tersebut Farida dan teman-temanya mencoba sekali lagi untuk menanyakan kepada Koordinator PT penerima agar dapat mengomunikasikannya dengan pihak kampus. Karena dalam MBKM ini mahasiswa diberikan kemerdekaan untuk belajar dan dapat memilih di luar prodi.

 

”Menanyakan kepada koordiantor PT penerima untuk mengkoordinasikan lagi dengan pihak kampus karena kita tahu program ini MBKM kita diberikan kemerdekaan untuk belajar yaitu kita dapat memilih mata kuliah di luar prodi. Itu saat sosialisasi tentang pertukaran mahasiswa pokja Dikti mengatakan seperti itu. Kemudian dari pihak PT penerima merespon dan akhirnya ada pembaruhan yang mengizinkan mahasiswa mengambil di luar prodi namun yang serumpun dengan prodi tersebut,” ungkap Farida.

 

Senada dengan Farida, Berlyana Putri Shafira mahasiswa prodi sosiologi yang juga diterima di PT yang sama dengan Farida mengalami permasalahan serupa. Selain itu, dirinya juga mengungkapkan jika mata kuliah yang dipilihnya berada di semester tujuh. Namun, dikarenakan masih semester tiga maka pemilihan mata kuliah harus diubah kembali dengan sesuai acuan semester tiga.

 

”Pemilihan mata kuliahnya juga mencari yang relevan . Permasalahan utamanya itu adalah ketika ada mata kuliah yang tidak sesuai dengan pilihan kita dan saat pemilihan SKS juga sedikit sulit jadi pada akirnya memilih mata kuliah yang semester tujuh,” ungkapnya (10/08).

 

Sedangkan dari pihak prodi Sosiologi, Hisnuddin Lubis, selaku kaprodi sosiologi, memberikan penjelasan terkait konversi SKS di prodi Sosiologi. Hisnuddin menjelaskan terkait konversi MBKM model PMM mengacu pada peraturan rektor yaitu dengan transfer kredit dengan menyesuaikan antara mata kuliah dengan PT penerima dengan menyesuaikan deskripsi Capain Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK).

 

”Terkait konversi, pada MBKM model PMM ini mengacu ke peraturan rektor yaitu dengan  transfer kredit. Transfer kredit dapat berupa mata kuliah yang sama, atau mata kuliah yang serupa, atau mata kuliah hasil penyesuaian tentunya untuk mata kuliah yang serupa. Mata kuliah hasil penyesuaian ini terlebih dahulu ada proses komunikasi dengan PT penerima terkait dengan deskripsi dan CPMK-nya,” ungkapnya (13/08).

 

Pihak PIC sendiri, Siti Fadjryana Fitroh, selaku PIC PMM UTM, dalam video yang diunggah channel Youtube Universitas Trunojoyo (12/8) “Kerjasama UTM’s Personal Meeting Room” menjelaskan bahwa untuk skema satu maksimal 20 SKS, dan apabila kurang dari itu diizinkan. Namun, untuk masalah konversinya tetap harus menginformasikan ke prodi.

 

”Skema satu maksimal 20, seandainya kasusnya di sini ada yang 18 ataupun 16 diizinkan, cuma nanti bahasa konversinya sekali lagi harus menginformasikan ke prodi agar terakui,” paparnya.

 

Adapun terkait permasalahan di atas, Deltania berharap agar untuk program ini kedepannya pihak PT penerima dan PT asal dapat berkoordinasi, juga terdapat sosialisasi menyeluruh mulai dari fakultas hingga prodi agar tidak terjadi miskomunikasi.

 

”Harapan saya untuk program ini kedepannya, kalau bisa dari pihak PT penerima dan PT asal itu juga saling koordinasi. Kalau tidak ya sosialisasinya menyuluruh dari sosialisai fakultas lalu prodi agar tidak miskomunikasi jika ada mahasiswa bertanya dijawab tidak tahu, katanya harus bilang Person in Charge (PIC), PIC juga yang diurus banyak,” harap mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

 

Harapan lain juga hadir dari Berlyana, untuk semua PT penerima dapat memberikan tawaran mata kuliah yang lebih beragam dan sesuai dengan semester yang diambil. Supaya dapat mempermudah mahasiswa dan  tidak perlu memilih matakuliah yang jauh dari jurusan asalnya.

 

Semoga PT penerima dimana pun itu bisa memberikan tawaran mata kuliah yang memang lebih sesuai dengan semester yang kita ambil. Pilihan mata kuliahnya juga kalau bisa banyakin lagi, jadi juga bisa mempermudah mahasiswa sehingga tidak perlu memilih mata kuliah yang jauh dari jurusan asalnya ataupun jenjangnya,” harapnya. (IT/J2)