BEM FH Adakan Diskusi Tentang Garam Madura

BEM FH Adakan Diskusi Tentang Garam Madura

LPM Spirit - Mahasiswa
Selasa, 10 April 2018


Suasana diskusi tentang garam yang diadakan oleh BEM FH. Foto: Time


WKUTM – Badan Eksekutif Mahasiwa Fakultas Hukum (BEM FH) menggelar acara Trunojoyo Disscusion Club, Senin (10/4). Acara yang mengusung tema Kebijakan Pengelolaan Garam Sebagai Penunjang Perokonomian Masyarakat Madura digelar di Lt. 10 Gedung Graha Utama.

Menurut Rohman, Koordinator Seksi Acara, Tema ini dipilih mengingat garam merupakan bagian dari 6 sektor unggulan Universitas Trunojoyo Madura (UTM), dinilai masih belum banyak dibahas lantaran banyaknya keterbatasan kesempatan dan waktu. Oleh karena itu, dengan diselenggarakannya acara ini, dirinya berharap petani garam di Madura kedepannya bisa berdikari dalam memproduksi dan mendistribusikan garam yang ada di Pulau Madura serta terhindar dari tengkulak garam.

Selain itu, posisi Madura yang menyumbang 60% produksi garam di Indonesia dinilai menjadi potensi tersendiri bagi Madura. Pria asal Pasuruan itu menilai, dengan potensi tersebut Madura dinilai bisa menghentikan impor garam yang masih dilakukan oleh pemerintah sampai sekarang.

“Madura menyumbang 60 persen perolehan garam yang ada di Indonesia, 40 persennya dari daerah lain, tapi mengapa garam di indonesia hanya menyumbang 20 persen dan yang sisanya itu impor dari negara lain, misalnya India dan Australia” ujar Rohman.

Disamping itu, banyak masyarakat yang mengeluhkan maraknya tengkulak yang membeli garam dengan harga murah. Menurut Rohman, semua itu akan mematikan dan menjadikan petani semakin diperas, serta dinilai kurang mampu mengangkat perekonomian di Madura sendiri.

Oleh sebab itu, acara yang rencananya dimulai pada jam 13.00 WIB dihadiri pula oleh Aliansi Petani Garam Madura, Pembantu Rektor III, Pembantu Dekan II FH, serta beberapa perwakilan dari beberapa instansi tersebut, diharap bisa menciptakan solusi terhadap permasalah yang terjadi pada para petani.

Acara yang diselenggarakan untuk menemukan solusi dari ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di Madura itu mendapat apresiasi positif. Boedi Mustiko, selaku PR III turut mengungkpakan dukungannya.

“Hanya di madura ini, pulau yang memiliki julukan sebagai pulau garam dan satu-satunya di dunia, saya sangat mengapresiasi acara ini, terlebih ini berkaitan dengan program 6 sektor yang kita cangangkan,” ujarnya.

Terakhir, Boedi berpesan agar samakin meningkatkan kerja sama untuk memperjuangkan semua yang sudah menjadi tujuan bersama.

“Dua minggu yang lalu tepatnya pada hari minggu kita datang ke Kementrian Kemaritiman membicarakan tentang sektor garam ini, dan pada hari jumat  ada  6 orang dari kementrian meminta UTM untuk mengembangkan teknologi pengembangan garam dan menjadikan UTM sebgai kiblat pengembangan garam,” pungkasnya. (Uda/Raj)