Suasana diskusi tentang garam yang diadakan oleh BEM FH. Foto: Time
WKUTM – Badan
Eksekutif Mahasiwa Fakultas Hukum (BEM FH) menggelar acara Trunojoyo Disscusion
Club, Senin (10/4). Acara yang mengusung tema Kebijakan Pengelolaan Garam
Sebagai Penunjang Perokonomian Masyarakat Madura digelar di Lt. 10 Gedung Graha
Utama.
Menurut Rohman, Koordinator
Seksi Acara, Tema ini dipilih mengingat garam merupakan bagian dari 6 sektor
unggulan Universitas Trunojoyo Madura (UTM), dinilai masih belum banyak dibahas
lantaran banyaknya keterbatasan kesempatan dan waktu. Oleh karena itu, dengan
diselenggarakannya acara ini, dirinya berharap petani garam di Madura kedepannya
bisa berdikari dalam memproduksi dan mendistribusikan garam yang ada di Pulau
Madura serta terhindar dari tengkulak garam.
Selain itu,
posisi Madura yang menyumbang 60% produksi garam di Indonesia dinilai menjadi
potensi tersendiri bagi Madura. Pria asal Pasuruan itu menilai, dengan potensi
tersebut Madura dinilai bisa menghentikan impor garam yang masih dilakukan oleh
pemerintah sampai sekarang.
“Madura menyumbang
60 persen perolehan garam yang ada di Indonesia, 40 persennya dari daerah lain,
tapi mengapa garam di indonesia hanya menyumbang 20 persen dan yang sisanya itu
impor dari negara lain, misalnya India dan Australia” ujar Rohman.
Disamping itu, banyak
masyarakat yang mengeluhkan maraknya tengkulak yang membeli garam dengan harga murah.
Menurut Rohman, semua itu akan mematikan dan menjadikan petani semakin diperas,
serta dinilai kurang mampu mengangkat perekonomian di Madura sendiri.
Oleh sebab itu,
acara yang rencananya dimulai pada jam 13.00 WIB dihadiri pula oleh Aliansi
Petani Garam Madura, Pembantu Rektor III, Pembantu Dekan II FH, serta beberapa
perwakilan dari beberapa instansi tersebut, diharap bisa menciptakan solusi
terhadap permasalah yang terjadi pada para petani.
Acara yang diselenggarakan
untuk menemukan solusi dari ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di Madura itu
mendapat apresiasi positif. Boedi Mustiko, selaku PR III turut mengungkpakan
dukungannya.
“Hanya di madura
ini, pulau yang memiliki julukan sebagai pulau garam dan satu-satunya di dunia,
saya sangat mengapresiasi acara ini, terlebih ini berkaitan dengan program 6
sektor yang kita cangangkan,” ujarnya.
Terakhir, Boedi
berpesan agar samakin meningkatkan kerja sama untuk memperjuangkan semua yang
sudah menjadi tujuan bersama.
“Dua minggu yang
lalu tepatnya pada hari minggu kita datang ke Kementrian Kemaritiman membicarakan
tentang sektor garam ini, dan pada hari jumat ada 6 orang
dari kementrian meminta UTM untuk mengembangkan teknologi pengembangan garam
dan menjadikan UTM sebgai kiblat pengembangan garam,” pungkasnya. (Uda/Raj)