Saat sesi foto bersama dengan BEM UNDIP dengan Ormawa UTM. Foto: Dic.
|
WKUTM- Universitas Trunojoyo Madura (UTM) tahun ini
mengadakan studi banding (Stuba) dengan memilih Universitas Diponegoro (UNDIP)
dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UINSUKA) sebagai tempat tujuan.
Studi banding yang dilaksanakan pada 20-22 Maret 2018 diikuti oleh segenap
Badan Kelengkapan Keluarga Mahasiswa, baik dari Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM),
Gubernur, maupun Organisasi Mahasiswa (ormawa).
Kurangnya Persiapan
Studi Banding
Ahmad Zahid selaku presiden mahasiswa (Presma) mengungkapkan
jika rencana awal studi banding ke Jakarta, yaitu ke Universitas Indonesia
(UI), ke gedung DPR, dan salah satu studio TV di Jakarta. Namun kampus ini
tidak langsung menolak juga tidak langsung mengiyakan melainkan meminta waktu
sebentar. Ketika pihak UTM menghubungi lagi, pihak sana mengatakan akan
menghubungi kembali, hingga akhirnya tidak jadi. Awal rencana ke UI pun tidak
dapat terealisasi sebab kendala konfirmasi yang terlalu lama.
Pihak BEM mengaku Studi banding sudah dipersiapkan satu
bulan sebelumnya, namun karena menunggu
konfirmasi sehingga molor. Setelah tidak ada kabar sama sekali, akhirnya UNDIP
menjadi tujuan, walaupun awalnya tidak langsung mengiyakan, tetapi akhirnya
UNDIP menerima. Kemudian pihak BEM mencari universitas yang sejalur dengan itu
yaitu di Yogyakarta dengan mencoba
mengkonfirmasi ke UGM, UNY dan UINSUKA.
“Dari presma UGM, Obet Kresna bilang kami sedia menerima,
kebetulan saya juga bertemu secara langsung sebelumnya. Ketika itu saya sudah
bilang duluan, kemudian saya diminta menghubungi menteri luar (Menlu)
negerinya,” tambah Zahid .
Untuk tujuan lain mencoba ke UGM, namun Menteri luar
negerinya ternyata sulit dihubungi dan setelah dikonfirmasi ternyata tiba-tiba
bilang tidak bisa di H-5. Alasannya seperti UI yang masih terkendala dengan masalah
rapat kerja yang belum dibuat dan bertepatan dengan sebuah acara.
"Kami sudah menghubungi UGM tetapi tidak bisa, kemudian
kita menghubungi UINSUKA dan UNY. Akhirnya yang mengkonfirmasi terlebih dahulu UINSUKA, jadi ditetapkan di
kampus tersebut,” ungkap Zahid .
Selain itu kurangnya persiapan lain terlihat dari tidak
adanya pembagian rundown yang jelas dan pemberitahuan yang mendadak.
”pelaksanaan studi banding kali ini tidak ada rundown yang
jelas, selain itu juga adanya pemberitahuan yang dilaksanakan sehari sebelum berangkat,” ungkap Maulana
selaku Ketua Umum UKM Pramuka.
Perwakilan dari UKM KSR PMI dan Pramuka yang tidak bertemu dengan UKM sejenis di UNDIP. Foto: Dic.
Kendala-Kendala
Pelaksanaan Studi Banding
Terkait kendala selama studi banding pihak BEM berdalih
bahwasannya itu sepenuhnya bukan kesalahan panitia, melainkan dari kampus yang
bersangkutan. Terkait pemilihan tempat tujuan yang tidak segera pasti.
“Jadi sebenarnya untuk kendala itu tidak dari panitia,
tetapi kendala dari pihak kampus yang tidak langsung mengiyakan, mengulur-ulur
waktu namun akhirnya dibatalkan,” kilah Zahid.
Keadaan tersebut menjadikan pihak UKM mengalami kekecewaan
terhadap apa yang terjadi pada studi banding dan dirasa kurang maksimal dalam mempersiapkan segala
sesuatunya. Seperti, rapat yang mendadak, pemberitahuan pada H-1, kuota untuk
perwakilan tiap UKM, hingga banyak UKM yang tidak bertemu dengan UKM sejenis di
sana.
Ketika dikonfirmasi perkara tidak bertemunya beberapa UKM
tersebut. Zahid mengungkapkan bahwa sebelumnya sudah ada undangan juga ada
komunikasi dengan pihak Humas.
”Rencananya mereka mengirimkan undangan pukul 9 tetapi kami tiba pukul 11. Sehingga di sana
sudah ada yang pulang, kuliah. Padahal kita mengundang ketua, namun belum
tentu semua hadir, karena ada halangan
kami jadi hanya ada perwakilan dari beberapa UKM,”
Anas selaku komandan UKM KSR PMI sangat menyayangkan tidak
ada kesiapan. Adanya beberapa UKM yang tidak ditemui.
”Keadaan tersebut terlihat kurang persiapan, seperti UKM KSR PMI, PRAMUKA yang keliling tidak
jelas di UNDIP karena tidak bertemu. Bukan hanya di UNDIP. Di UINSUKA ketua KSR
UNDIP mengaku tidak tahu perihal adanya studi banding setelah dihubungi sendiri,” keluhnya.
Menurut ketua pelaksana (ketupel) Mohammad Rofiqi, yang
menjadi kendala salah satunya adalah karena hari aktif. Karena kurang lebih
sebanyak 215 anggota UKM dan BEM adalah mahasiswa aktif.
Kekecewaan lain, masih menurut Maulana selaku delegasi dari
UKM Pramuka merasa kurang puas terkait Stuba. Hal itu karena rundown acara yang kurang jelas, sistem acara yang
belum jelas pula membuat yang membuat bingung tentang gambaran pelaksanaan
Stuba.
Ketupel mengaku bahwa mereka telah memaksimalkan yang ada.
Kurang lebih selama sebulan melakukan revisi tempat. Selain itu, yang
ditekankan masing-masing ormawa yaitu dapat bertemu dengan masing-masing UKM
yang sejenis.
Menurut Anas komandan KSR, awalnya direncanakan adanya
sharing untuk bahan evaluasi setelah terjadinya tidak bertemunya beberapa UKM
di UNDIP, supaya tidak terulang di UINSUKA.Wakil Presma mengajak evaluasi untuk
sharing. Namun, setelah ditunggu ternyata tidak diadakan evaluasi.
Tetapi sesampai di UINSUKA kejadian seperti di UNDIP masih
terjadi, banyak UKM yang merasa ditelantarkan, hingga beberapa UKM berinisiatif
untuk berangkat ke sekretariat UKM tanpa mengikuti kegiatan BEM.
Presma mengaku jika mengusahakan supaya UKM dapat menemui
UKM sejenis tetapi ada missed komunikasi.
“Disana itu ada koordinator UKM, Presma di sana berbicara
langsung kepada koordinator UKM
sana,diduga koordinator yang salah faham. Mereka mengira hanya perlu
koordinator UKM dan presma saja. Jadi missed komunikasilah,” Ungkap mahasiswa semester 8 tersebut.
Ia juga menambahkan bahwa kejadian ini bukan kesengajaan,
”Jadi beginilah logikanya, kalaupun saya mengajak UKM, ya masa saya juga
mengecewakannya. Jadi, ya kendalanya yang di UIN adalah missed komunikasi dan
di UNDIP karena terbentur dengan kegiatan dan kuliah,” Imbuhnya.
Dana studi banding
Seperti konsep studi banding yang sudah dikonsep sebulan
lalu dengan dana sekitar 50juta.
Menurut keterangan ketupel Dana yang terpakai 36 juta
sedangkan sisanya masih ada di pihak
BAAK. Sisa dari dana tersebut pun bisa diakses untuk Ormawa jika nanti akhirnya dikembalikan. Terkait
masalah pendanaan, BEM hanya tahu masalah kendaraan dan juga jumlah peserta.
Maka untuk uang saku, pihak penyelanggara mengaku tidak tahu.
”Dana yang masih lebih tersebut juga masih ada di pihak
BAAK. Tidak ada uang saku, karena semua pendanaan seperti keberangkatan tidak
dipungut biaya,” imbuh mahasiswa Fakultas Hukum tersebut.
Hasil Studi Banding
Terkait hasil studi banding beberapa UKM menilai bahwa belum
mendapatkan hasil maksimal. seperti UKM Unit Kerohanian Keagamaan Kristen (UK3)
yang mengeluh hanya bisa sharing di UNDIP.
Senada dengan pernyataan tersebut pihak UKM Pramuka mengeluh
bahwasannya belum mendapatkan hasil maksimal.
”Kemarin di UNDIP tidak ketemu UKM pramuka. Sedangkan di
UINSUKA alhamdulilah ketemu akan tetapi pihak
kami sendiri yang menghubungi. Hasilnya
dirasa ilmu yang didapat belum maksimal. Karena kalau di UIN Insya Allah
sebelumnya sudah pernah sharing. Sebetulnya yang terpenting itu di UNDIP,
karena kita belum pernah sharing selain itu karena pramukanya di UNDIP lebih maju dan berpengalaman, tapi
malah tidak ketemu,” Keluhnya.
Pihaknya juga menilai bahwa studi banding ini hanya antar
BEM saja, untuk ormawa dirasa hanya
sedikit pencapaiannya.
Meski demikian pihak penyelenggara tidak memandang kecewa
atau sudah dirasa maksimal. Pihak BEM sudah mengkonfirmasi pihak Universitas,
UKM, DPM, maupun Ormawa di sana. Meski demikian Pihak bempun meminta maaf atas
semua itu seperti UKM UK3 yang tidak bertemu sesama UKM ketika di UIN juga
untuk beberapa UKM lain baik di UINSUKA maupun
UNDIP.
“Secara pribadi saya ya minta maaf. Tapi untuk UKM yang
merasa kecewa saya mohon maaf
sebesar-besarnya kepada yang lainnya, kita sudah mencoba semaksimalnya
dengan komunikasi ke BEM, kita juga
sudah meminta untuk UKM hadir semua,” ungkap Zahid.
Pelaksanaan Stuba kemarin dinilai banyak minusnya, pihak BEM
dan tuan rumah kurang koordinasi.
”Ada banyak hal yang perlu dikoreksi, untuk presentasi
penilaian 65% saja keberhasilannya,” ungkap April selaku delegasi dari UKM
Taruna Jaya.
Stuba kali ini diharapkan lebih bisa meningkat lagi untuk ke
depan dengan adanya persiapan lebih matang.
"Harapannya kedepan
persiapan yang dilakukan teman-teman BEM lebih tertata dan tidak mendadak.
Alangkah baiknya jika sistem Stuba juga dijelaskan, supaya tidak hanya sekedar
jalan-jalan. Selain itu, kita ini mau bertamu jaga koordinasi dan komunikasi
dengan tuan rumah. Karena kemarin teman-teman pramuka UIN dan UNDIP saya
hubungi tidak ada informasi bahwa akan ada STUBA dari UTM. Ini cukup membuat
kita malu, karena seperti bertamu namun tidak permisi. Dan tahun depan jangan
sampai terulang kembali,” imbuh Maulana.
Menurut Rofiqi terkait pengadaan evaluasi, dilakukan
masing-masing untuk BEM dan UKM, ”Jadi,
evaluasi studi banding akan di lakukan secara terpisah,” pungkasnya.
(Yul/Ena/Wuk)