Ketidakjelasan Audiensi Pemberedelan LPM Aksara

Ketidakjelasan Audiensi Pemberedelan LPM Aksara

LPM Spirit - Mahasiswa
Senin, 05 Oktober 2015
Sehubungan dengan desakan Dewan Perwakilan mahasiswa (DPM) serta Aliansi Mahasiswa HBS pada Dekan tentang pemberedelan LPM Aksara maka akan diadakan Audiensi bersama seluruh badan kelengkapan Fakuktas Ilmu-Ilmu Keislaman (FIK). Audiensi rencananya akan dilakukan hari Senin (05/10) namun gagal dan tidak ada kejelasan. Hal ini disebabkan tidak adanya kelanjutan atau kejelasan informasi baik dari pihak DPM FIK, Aliansi Mahasiswa HBS, bahkan Dekanat. 

Menurut Rosiqi selaku ketua LPM Aksara ia telah mecoba menghubungi berbagai pihak, namun tidak ada jawaban sama sekali. Selain itu, Rosiqi tidak mengetahui sebab kegagalan Audiensi. "Saya sudah mencoba menghubungi tapi tidak di balas, entah mau di adakan audiensi kapan. Tapi kami selalu siap" ujarnya. 

Tidak hanya itu, pihak Dekanat juga menolak untuk ditemui dan memberikan konfirmasi tentang pemberedelan ini. Wakil Dekan Shofiyun Nahidloh menolak untuk diwawancara oleh Reporter Spirit Mahasiswa mengenai pemberedelan LPM Aksara. "Maaf, saya ada rapat" kelihnya. (Baca Juga : Takut Memberitakan Hal Buruk, LPM Aksara Diberedel

Ancaman Pemberedelan LPM Aksara yang beralasan karena tidak menjaga nama baik FIK serta selalu memberitakan yang buruk-buruk mengenai FIK UTM membuat Toyyib selaku Sekjend PPMI DK Madura (Sekertaris Jendral Perhimpunan Pers Mahasiswa Dewan Kota Madura) angkat bicara. Menanggapi tentang pemberedelan LPM Aksara , menurutnya pemberitaan tersebut memberikan dampak yang positif terhadap FIK UTM, selain itu hal yang disampaikan bukanlah aib melainkan kenyataan yang sedang terjadi. "Yang diberitakan kan tidak bohong dan sesuai fakta. Kalau benar ya diberitakan benar, kalau masih ada yang salah ya diberitakan salah, jadi ya bukan aib. Namanya juga pers ya selalu berlandaskan pada kebenaran. Nantinya juga bisa dibuat koreksi sama pihak Fakultas kalau memang ada kesalahan." Ucap Toyyib selaku Sekjend PPMI DK Madura. 

Selain itu, adanya tuntutan dalam kasus pemberedelan LPM Aksara tentang pembuatan kode etik sendiri untuk FIK UTM juga dirasa mengganjal oleh Toyyib. "Ini yang tidak bisa, mana mungkin LPM Aksara bikin kode etik pers sendiri. Beda sendiri. Ini kan sudah disepakati dan ditentukan Oleh Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia dan tentunya Dewan Pers." Ujar Toyyib. 

Kendati demikian, tidak dipungkiri ada beberapa kesalahan yang sepertinya dilakukan oleh LPM Aksara. Toyyib menambahkan agar pihak LPM Aksara menjelaskan secara benar maksud penulisan dan pemberitaannya selama ini. "Ini kan terjadi pasti juga ada beberapa kesalahan LPM Aksara, lebih baik dijelaskan saja dulu. Makanya perlu adanya Hak Jawab dan LPM Aksara harus bisa mewadahi jika ada pihak yang tidak terima dengan pemberitaannya. Sehingga tidak ada main beredel sana-sini sembarangan" tambah Toyyib. 

Tidak hanya itu, pemberedelan ini juga mendapat perhatian khusus dari Mantan Aktivis Pers Mahasiswa. Salah satunya Surochiem Abdus Salam, selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi UTM yang juga Mantan Aktivis Pers Mahasiswa Unair (Universitas Airlangga Surabaya). Menurut Surochiem Pers Mahasiswa adalah salah satu pilar yang mendorong keterbukaan informasi, terutama di Madura. Pembekuan atau pemberedelan yang akan dilakukan adalah sebuah kemunduran. "Dalam sistem demokratis, pers diberedel atau dibekukan itu tidak lazim. Praktik itu hanya ada dalam sistem otoritarian. Saat ini kita tengah dalam konsolidasi sistem pers demokratis agar fungsional dengan cita-cita reformasi. Jadi kalau sampai diberedel itu langkah mundur" terangnya. 

Tidak jauh berbeda dengan Toyyib, Surochiem menyarankan adanya komunikasi antara LPM Aksara dengan pihak yang mendesak pembekuan atau pemberedelan. "Lakukan komunikasi dan dialog, jangan memilih jalan kekerasan, kekerasan hanya akan menambah masalah dan cermin kebuntuhan akal sehat, yakinkan bahwa eksistensi Pers Mahasiswa akan sangat fungsional bagi kemajuan kampus, pers mahasiswa adalah taman persemaian mahasiswa menjadi kritis dan solutif" tutur Surochiem.(AWW/NPI)