Mafia Kampus Trunojoyo

Mafia Kampus Trunojoyo

LPM Spirit - Mahasiswa
Sabtu, 27 April 2013
Oleh : Firman Ghazali Akhmadi   

 "Kadang Manusia Baik akan menjadi kecewa ketika mereka berada di tengah orang tidak baik dan akhirnya kita harus belajar untuk menjadi orang tidak baik” 

Kalimat diatas adalah kutipan dari El principle karya Machiaveli yang dikutip oleh Mr.V, dalam buku tentang Mafia. Mr. V merupakan tokoh mafia yang berani menuliskan kondisi yang tertutup ini, padahal mafia adalah kelompok yang sangat tertutup dan tidak mudah bicara pada orang luar, sehingga dikenal sebagai organisasi “bisu”. Mafia tidak hanya dikenal di Silsilia, sejak marak kisah tentang mafia, di berbagai daerah muncul istilah mafia. Walaupun sebenarnya organisasi atau kelompok yang sama telah hadir jauh sebelum nama mafia mahsyur di masyarakat. Kelompok-kelompok ini berdiri atas dasar kepentingan golongan, dan menghalalkan segala cara.

Kelompok-kelompok ini bergerak dalam berbagai bidang dan golongan, mulai dari kelompok kejahatan kelas teri sampai kerah putih dan mereka selalu memperluas wilayahnya guna memperkuat kekuasaan dan tentunya pemasukan. Kejahatan mereka beragam, namun mempunyai ciri yang sama, selalu memberikan “terror”, yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan. Kejahatan-kejahatan seperti ini juga masuk ke arealkampus. Kelompok-kelompok tertentu akan berusaha untuk melakukan segala daya dan upaya guna kepentingan golongan. Beragam cara yang mereka lakukan dan beragam kelompok mencoba melakukan kejahatankejahatan terselubung. Masih segar ingatan penulis tragedi NKK/BKK pada tahun 70-an yang telah memberangus kreatifitas mahasiswa dan menyebabkan kemandulan mahasiswa di berbagai lini. 

Teror seperti ini dilakukan oleh kelompok yang merasa dirugikan oleh tindakan mahasiswa. Sehingga akhirnya mereka mengembalikan mahasiswa ke dalam kampus dan mengunci idealism mahasiswa dalam kotak-kotak using melauli jalur kebijakan. Zaman telah berganti . Perubahan akan senantiasa terjadi. Begitu pula dengan kejahatan mereka. Kepentingan dan kelompok mulai beragam. Kelompok-kelompok baru tercipta dengan beragam kepentingan. Mereka bersatu dan melebarkan kekuasaan Mulai dari jajaran Rektorat sampai pemerintahan Mahasiswa, Salahsatu caranya dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang akan memberikan teror bagi civitas akademika, dan di dukung penguasaan pemerintahan mahasiswa yang telah di sumbat berbagai macam benefit”. 

Dengan penguasaan kebijakan, mereka dapat dengan mudah memperoleh apapun, serta mampu memberangus lawan-lawan dengan mudah. Hal ini terjadi, karena keberpihakan mereka telah di “doktrin” sedemikian rupa demi kepentingan kelompok. Sementara kelompok-kelompok lain yang cenderung tercecer akan di libas dengan mudahnya, karena tidak mampu untuk merubah kebijakan yang ada. Pertarungan seperti ini adalah pertarungan tidak sehat dan tidak membangun. Hal ini akan berimbas pada maju tidaknya kampus ini. Gejolak yang terjadi malah akan menyebabkan keman dulan-kemandulan yang luar biasa dan tentunya kemerosotan nilai-nilai pendidikan. 

Civitas akademika lebih disibukkan dengan pencitraan kelompok atau golongan di bandingkan dengan membangun nuansa akademis sebagai salah satu indikator berhasil tidaknya pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dari kebijakan-kebijakan yang tidak populis dan cenderung mematikan kreatifitas, sehingga civitas akademika tidakmempunyai taring untuk melakukan perubahan-perubahan di masyarakat. Kegagalan ini menunjukkan bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Tri Fungsi Mahasiswa hanyalah Jargon saja, dan tidak dapat di pertanggung jawabkan. Karena realisasinya di lapangan hanya berupa program ber-motif uang yang di sulap sedemikian rupa agar terlihat “tulus”. 

Kemandulan harus segera diakhiri, sebagai kawah candradimuka pendidikan. Ki ta harus segera menghentikan tindak-tanduk kelompok-kelompok ini, tanpa harus meghakimi mereka. Karena padadasarnya mereka terjebak, dan “terpaksa” melakukannya. Hal ini dikarenakan iklim yang di huni mengharuskan mereka seperti itu. Dalam prosesnya, jangansampai memberhentikan kritik dari civitas akademika, karena pada dasarnya kritik itu merupakan evaluasi, terlepas kritikan itu berlandaskan kepentingan golongan atau kepentingan bersama.