Para mahasiswa berhasil masuk ke dalam Gedung Rektorat UTM guna menuntut BAAKPSI mentransparasikan anggaran buku pedoman kemahsiswaan. Foto: Tim.
WKUTM - Aksi mahasiswa dilakukan oleh badan
kelengkapan, baik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di
tingkat universitas ataupun fakultas pada (29/03) di gedung rektorat
Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Aksi tersebut dilakukan untuk meminta kejelasan
terkait pembuatan buku pedoman
kemahasiswaan dan mendesak pihak rektorium memperlihatkan bukti dan kontrak
perjanjian tentang buku tersebut.
Menurut koordinator lapangan, Khoirul Amin,
menilai bahwa sudah terjadi penyelewengan. Pasalnya, ada kejanggalan rincian usulan Biro Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Perencanaan Sistem Informasi (BAAKPSI) yang mencantumkan
penyusunan buku pedoman bidang kemahasiswaan tahun 2019. Dari data yang didapat
LPM SM, untuk penyusunan buku pedoman kemahasiswaan, terdapat dana Rp32.725.000,- Berbeda di tahun sebelumnya dengan total dana anggaran senilai Rp121.000.000,- namun,
belum ada realisasi adanya buku yang akan didistribusikan kepada 3900 mahasiswa
dan 500 dosen.
Dalam aksinya, massa
kemudian ditemui Sri Mulyani Budianingsih, selaku Kepala Subbagian Administrasi
dan Supriyanto selaku Kepala BAAKPSI untuk memberikan respon atas tuntutan yang
diajukan.
”Untuk buku pedoman, Pak
Yahya Surya Winata ditunjuk sebagai ketua tim, sebenarnya di kontrak hanya
cetak 880 eksemplar saja, jika memang yang dicetak 4400 maka saya juga
dibohongi”, terangnya.
Guna meminta bukti
penjelasan, massa memaksa masuk dan melakukan penyegelan ruangan BAAKPSI. Tidak
hanya itu, jika pihak rektorium tidak bisa menghadirkan Wakil Rektor (Warek)
III, Boedi Mustiko, yang sekaligus koordinator buku pedoman untuk menjelaskan
mengenai gugatan para mahasiswa, maka massa akan memaksa langsung menuju
ruangan Warek III.
”Sebelum masuk, kami
akan menunggu terlebih dahulu dalam kurun waktu satu jam karena kami akan
meminta kejelasan serta bukti autentik,” ujar Jailani selaku Presiden
Mahasiswa.
Supriyanto mengungkapkan
bahwa Yahya Surya Winata tidak bisa menemui massa karena sedang ada urusan di
Universitas Negeri Jember.
Kecewa lantaran tidak
ada jawaban yang memuaskan dari pihak rektorium, massa yang berunjuk rasa
segera masuk kedalam gedung dan menyegel ruang BAAKPSI. (bia/is)
|